BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono, 1996) HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudia menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono, 1996) HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudia menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.
B. Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif
diskus intervetebralis
C.Insiden
Angka kejadi dan kesakitan banyak terjadi pada usia
pertengahan. Pada umumnya HNP didahului oleh aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat
(terutama mendadak) mendorong barang berat. Laki — laki
lebih banyak dari pada wanita.
D.Gejala
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas :
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas :
1. HNP sentral, HNP sentral akan menimbulkan
paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
2. HNP lateral, Rasa nyeri terletak pada punggung bawah,
ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit dan telapak
kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V
kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa
nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai
bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki
berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau
test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat
tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang
bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava dab nafsinger akan memberikan hasil
posistif
E.Patofisiologi
Pada umumnya HNP didahului oeleh aktiivta syang berat dengan keluahan utamanya adalah nyeri di punggung bawah disertai nyeri otot sekitar lesi dan nyeri tekan . Hal ini desebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan spasme menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan terjadi skoliosis. Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma *jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal. Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
Pada umumnya HNP didahului oeleh aktiivta syang berat dengan keluahan utamanya adalah nyeri di punggung bawah disertai nyeri otot sekitar lesi dan nyeri tekan . Hal ini desebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan spasme menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan terjadi skoliosis. Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma *jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal. Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
F.Penatalaksanaan
1.
Terapi konservatif
a.
Tirah baring, Penderita hrus tetap berbaring di
tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam
posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi
pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[
dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah
mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan
yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah
berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah
terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
b.
Medikamentosa
1.Symtomatik, Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
1.Symtomatik, Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
c.
Kausal, Kolagenese
d.
Fisioterapi
1.
Biasanya
dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan
mengurnagi lordosis.
2.
Terapi
operatif, Terapi
operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif
tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau
terjadi defisit neurologic
3.
Rehabilitasi
a.
Mengupayakan
penderita segera bekerja seperti semula
b.
Agar
tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari (the activity of
daily living)
c.
Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran
kencing dan sebagainya).
2.
Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.
3.
Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
A. .Pengkajian
1. Identitas, HNP terjadi pada umur pertengahan,
kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran
berat atau mendorong benda berat)
2. Keluahan Utama, Nyeri pada punggung bawah P, trauma (mengangkat atau mendorong
benda berat) Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk
atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng
yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri
acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri . R, letak atau lokasi nyeri
menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat. S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan
dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat
nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri
seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-oabata
yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan. T Sifanya akut, sub akut,
perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin
nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
a. Apakah klien
pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks),
metabolik (osteoporosis)
b. Riwayat menstruasi, adneksitis
dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah
4. Status mental, Pada umumny aklien menolak bila
langsung menanyakan tentang banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih
bijakasana bila kita menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental
secara tidak langsung (faktor-faktor stres)
5. Pemeriksaan
a. PemeriksaanUmum,Keadaanumum
pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut. Inspeksi, inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenik. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal., Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak. Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak, Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit., palpasi dan perkusi, paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien, Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri. Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior. Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll. Neuorologik, Pemeriksaan motorik, Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan, atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri, fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu. Pemeriksan sensorik. Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu, Pemeriksaan reflex-refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring. duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif. Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif. Pemeriksaan range of movement (ROM). Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut. Inspeksi, inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenik. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal., Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak. Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak, Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit., palpasi dan perkusi, paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien, Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri. Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior. Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll. Neuorologik, Pemeriksaan motorik, Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan, atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri, fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu. Pemeriksan sensorik. Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu, Pemeriksaan reflex-refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring. duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif. Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif. Pemeriksaan range of movement (ROM). Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
b. Pemeriksaan penunjang, foto rontgen, Foto rontgen dari
depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit.
Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan
lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya
penyumbatan.hambatan kanalis spinalis, yang mungkin disebabkan HNP. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.Sken tomografi. Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.Sken tomografi. Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis
4.
Penatalaksanaan
Terapi konservatif
Terapi konservatif
a.Tirah baring, Penderita hrus tetap berbaring di
tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam
posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi
pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[
dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah
mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan
yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah
berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah
terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
e.
Medikamentosa
1.Symtomatik, Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
1.Symtomatik, Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
f.
Kausal, Kolagenese
g.
Fisioterapi
4.
Biasanya
dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan
mengurnagi lordosis.
5.
Terapi
operatif, Terapi
operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif
tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau
terjadi defisit neurologic
6.
Rehabilitasi
d.
Mengupayakan
penderita segera bekerja seperti semula
e.
Agar
tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari (the activity of
daily living)
f.
Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran
kencing dan sebagainya).
5.
Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.
6.
Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
B.
C.
Dignosa keperawatan, Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien
yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan
keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi
atau dikurangi. (Lismidar, 1990)
a. Nyeri berhubungan dengan penjepitan
saraf pada diskus intervetebralis
b. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi
c. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan
hemiparese/hemiplagia
d. Perubahan eliminasi alvi
(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan
yang tidak adekuat
e. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang
berhubungan dengan hemiparese/hemiplegic
f. Resiko gangguan
integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama
D.
Perencanaan, Setelah merumuskan diagnosa
keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas
keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi,
menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan
keperawatan klien adalah penentuan prioritas diagnosa
keperawatan,penetuan tujuan, penetapan kriteria
hasil dan menntukan intervensi keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah
a. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan dampak penjepitan saraf pada radiks intervertebralis
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria,
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria,
Klien mengatakan tidak terasa nyeri lokasi nyeri minimal, keparahan nyeri berskala, Indikator nyeri verbal
dan noverbal (tidak menyeringai)
Intervensi Rasional
1.
Identifikasi
klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan tindakan
penghilangan nyeri. Berikan
informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya Informasi
mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan. Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif
dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.
Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri. Terapi analgetik Terapi farmakologi
diperlukan untuk memberikan
peredam nyeri.
2.
Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi,. Tujuan : Rasa cemas
klien akan berkurang/hilang.Kriteria hasil
: Klien mampu mengungkapkan
ketakutan/kekuatirannya. Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Rasional
1.
Diskusikan
mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan harapan
klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
2.
Berikan
informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan
seperti yang dialami klien danmenjalani operasi
3.
Berikan
informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu
klien
5.
Reinforcement
terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan penyakit,
perawatan dan tindakan
a.
Menunjukkan
kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif
tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi
rasa cemasnya.
b.
Harapan-harapan
yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan,
justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
c.
Memungkinkan
klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat
untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya
sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
d.
Dukungan
dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien.
e.
Agar
klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat
mendukung dia untuk berkomunikasi.
3. Perubahan
mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil, Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertabahnya kekuatan otot, Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil, Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertabahnya kekuatan otot, Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasional
a) Ubah posisi klien tiap 2 jam
b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak
aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
c) Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas
yang sakit
d) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien a) Menurunkan resiko terjadinnya
iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan
e) Gerakan aktif memberikan massa,
tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung
dan pernapasan
f) Otot volunter akan kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
7.
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi, nyeri. TujuanKebutuhan
perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil, Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien, Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Kriteria hasil, Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien, Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Intervensi Rasional
a.
Monitor
kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan
diri
b.
Beri
motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan
sikap sungguh
c.
Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang
dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
d.
Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau
keberhasilannya
e.
Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi/okupasi
1. Membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual
2. Meningkatkan harga diri dan semangat untuk
berusaha terus-menerus
3. Klien mungkin menjadi sangat
ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat
dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak
mungkin untuk diri-sendiri untuk emepertahankan harga diri dan meningkatkan
pemulihan
4. Meningkatkan perasaan makna diri dan
kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
5. Memberikan bantuan yang mantap untuk
mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus
5. Gangguan eliminasi
alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi Kriteria hasil. Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat. Konsistensifses lunak. Tidak teraba masa pada kolon ( scibala ). Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Klien tidak mengalami kopnstipasi Kriteria hasil. Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat. Konsistensifses lunak. Tidak teraba masa pada kolon ( scibala ). Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Intervensi Rasional
a. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga
tentang penyebab konstipasi
b. Auskultasi bising usus
c. Anjurkan pada klien untuk makan
maknanan yang mengandung serat
d. erikan intake cairan
yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
e. Lakukan mobilisasi sesuai dengan
keadaan klien
f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian
pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
1. Klien dan keluarga akan
mengerti tentang penyebab obstipasi
2. Bising usu menandakan sifat
aktivitas peristaltic
3. Diit seimbang tinggi
kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi
regular
4. Masukan cairan
adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan
membantu eliminasi regular
5. Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi
dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic
6. Pelunak feses meningkatkan efisiensi
pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.
6.
Resiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan tirah baringlama, Tujuan Klien
mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil, Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka, Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
Kriteria hasil, Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka, Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
Intervensi Rasional
a.
Anjurkan
untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
b.
Rubah
posisi tiap 2 jam
c.
Gunakan
bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
d.
Lakukan
massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu
berubah posisi
e.
Observasi
terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan
pelunakan jaringan tiap merubah posisi
f.
Jaga
kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma,
panas terhadap kulit
1.
Meningkatkan
aliran darah kesemua daerah
2.
Menghindari
tekanan dan meningkatkan aliran darah
3.
Menghindari
tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
4.
Menghindari
kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
5.
Hangat
dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
6.
Mempertahankan
keutuhan kulit
E. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan yang diberikan pada klien.
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan yang diberikan pada klien.
F.
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan
terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya.
Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi
adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang. (Lismidar, 1990)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses
patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis
(diskogenik) (Harsono, 1996) HNP
adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudia menekan ke
arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.
Angka kejadi dan kesakitan banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada
umumnya HNP didahului oleh
aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat (terutama mendadak)
mendorong barang berat. Laki — laki lebih banyak dari pada
wanita.
PENUTUP
Demikianlah rangkaian makalah kami
yang membahas tentang HNP ( Hernia Nucleus Pulposus ) semoga bermamfaat bagi
yang membacanya.Atas segalah kekurangannya kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
8, EGC, Jakarta.
Doenges,
M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram,
Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,
Volume 3, EGC, Jakarta.
Harsono,
1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Harsono,
2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Hudak
C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume
II, EGC, Jakarta.
Ignatavicius
D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, An HBJ
International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Juwono,
T., 1996, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, EGC, Jakarta.
Mardjono
M., Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar,
PT Dian Rakyat, Jakarta.
Satyanegara,
1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar