Minggu, 27 November 2011

Pengaruh Urutan Anak dan Remaja dalam Keluarga dan Kemungkinan Terpengaruh Narkoba Pengaruh narkoba semakin merajalela, seperti menghujam bumi, membe

Pengaruh Urutan Anak dan Remaja dalam Keluarga dan Kemungkinan Terpengaruh Narkoba

Pengaruh narkoba semakin merajalela, seperti menghujam bumi, membelah angkasa, meluas samudera. Dera derita ketagihan, kesakitan, kesenangan semu, kekayaan tak berkah ada pada satu titik., narkoba...ya...lagi-lagi narkoba. Pengaruhnya sudah menyentuh setiap lini manusia, baik tua, muda, lelaki, perempuan, kalangan elit bahkan sampai kalangan biasa tak lepas dari pengaruhnya yang begitu dasyat. Jangan tanya bagaimana ini bisa terjadi, entahlah, rasanya sulit mengatakan atau menyimpulkan benang merah yang begitu sulit diurai. Pemberantasan narkoba seperti membasmi tumbuhnya ilalang, ketika dibasmi seadanya, maka dia akan tumbuh lagi dengan liarnya, bahkan semakin menjadi-jadi. Seperti ada sang aktor yang berada dibelakang penyebaran narkoba, kalangan penting yang punya jaringan kuat dan rapi, yang tak mudah dijangkau oleh hukum. Karena memang terkadang mereka adalah orang-orang hebat yang punya kekuatan untuk membolak-balik permasalahan, menjadi sesuatu yang tidak menimbulkan masalah, memang rasanya terlalu melebar.

Terkadang orang yang suka teriak agar narkoba dibasmi, tapi ia sendiri adalah pengedar, bahkan juga ikut-ikutan jadi pemakai. Tapi jika orang-orang kecil yang terjerat narkoba, maka mereka akan cepat ditindak, bahkan terkena jerat hukum yang kadang berlapis-lapis. Tapi otak dibelakang peredaran narkoba tersebut melenggang dengan aman dan santai tanpa mereka sadari bahwa mereka telah dan mulai menciptakan lost generation. Menghancurkan generasi penerus harapan bangsa menjadi generasi santai yang sakit yang tak mampu berpikir jernih.

Kembali menyinggung masalah judul diatas kenapa kok anak kedua yang lebih berpotensi terjerat narkoba. Kita coba meneropong lebih jauh kedalam kehidupan keluarga, bagaimana sikap orang tua memperlakukan anak-anaknya. Sudah bersikap adilkah kita, atau kita sebagai orang tua dengan sengaja menciptakan perlakuan-perlakuan istimewa antara anak yang satu dengan yang lainnya. Ada anak emas misalnya, dan itu tanpa kita sadari terjadi ketika kita mendidik anak-anak kita. Rasanya tidak percaya kita, kenapa urutan kelahiran, maksudnya anak kedua lebih berpotensi terjerat narkoba. Tapi jangan panik dulu, kan tidak semua anak-anak kita yang selalu berasyik-masyuk dengan narkoba. Masih ada anak-anak yang bertanggungjawab dalam menjalani hidupnya.

Kita sebagai orangtua haruslah intropeksi diri bagaimana cara perlakuan (treatment) kita terhadap anak-anak kita. Apakah kita sudah bersikap adil ataukah kita membeda-bedakan perhatian dan kasihsayang kita terhadap mereka. Karena dalam tulisan P. Bobby H. (praktisi quantum learning dan pemerhati masalah remaja), di koran Media Indonesia tanggal 29 Maret 2008 yang berjudul “Urutan Kelahiran dan Narkoba”, yaitu “Deskripsi tentang Fenomena Anak Kedua”. tersebut yang memiliki potensi untuk terjerat dalam kasus narkoba lebih cenderung anak kedua. Ada sebuah fenomena menarik yang ditemukan di Departemen Konseling Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Dalam kurun waktu 1999 – 2005, diperoleh data bahwa lebih dari 70% penelpon yang mengaku bermasalah dengan narkoba adalah anak kedua. Dan yang banyak mengikuti konseling narkoba adalah anak kedua, ini juga berdasarkan data Departemen Konseling YCAB.

Urutan kelahiran (birth-order) sering diyakini memiliki efek yang dalam dan berkelanjutan dalam perkembangan psikologi anak, dan memiliki posisi yang kuat dalam psikologi maupun budaya populer (walau banyak para ilmuwan yang menentang pernyataan ini). Para pakar sering mengaitkan urutan kelahiran dengan kepribadian, intelegensi dan pilihan karier. Menurut Robert Needlman, posisi seseorang dalam keluarga memainkan peranan yang sangat penting dan menentukan pola berinteraksi anak dengan orang tuanya dan lebih khusus lagi antara anak dengan saudara kandungnya.

Berdasarkan dari data Departemen Konseling YCAB, ditemukan bahwa yang banyak mengikuti konseling narkoba adalah anak kedua. Penjelasan ini mengacu pada seorang tokoh bernama Alfred Adler, seorang psikolog berkebangsaan Austria dengan hipotesisnya bahwa urutan kelahiran mempengaruhi kepribadian. Dia menyakini bahwa bahwa makhluk manusia memiliki kebutuhan yang sangat kuat diterima untuk dihargai Karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama tempat masing-masing dari kita memenuhi kebutuhan tersebut.

Dalam keluarga anak-anak berjuang keras untuk mendapatkan perhatian dan kasihsayang serta berbagai sumberdaya lainnya dari orangtua. Menurut Adler, anak kedua berbeda dalam posisi yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan anak pertama. Sejak lahir ia sudah harus berbagi perhatian dari orang tua dengan kakaknya.
Ia selalu melihat bahwa di depan ia ada anak lain yang lebih dari dirinya (baik dalam hal usia maupun proses perkembangan).

Menurut Adler anak kedua :

  • Selalu berusaha memacu dirinya untuk bisa menyamai.
  • Ia tampak seperti seseorang yang berada dalam sebuah pacuan, dan jika ada yang di depannya ia akan berusaha mengalahkannya.
  • Sangat menyukai kompetisi atau perlombaan.
    Selalu merasa tidak nyaman dengan perasaan bahwa dirinya dilindungi, dan mencari hal lain untuk membuktikan bahwa pelindungnya gagal dengan menunjukkan bahwa yang bisa melindungi adalah dirinya sendiri.


Teori Adler didasari asumsi bahwa manusia membutuhkan perhatian dan kasihsayang. Anak kedua sejak lahir bersaing untuk mendapatkan hal itu. Dengan melakukan dua cara, bersaing secara sehat dengan bekerja lebih keras atau menempuh jalan pintas (seperti penggunaan narkoba). Temuan di YCAB merupakan sebuah fenomena yang menggambarkan upaya memperoleh perhatian dan kasih sayang yang dilakukan anak kedua sudah berada pada titik ekstrim yaitu menggunakan narkoba. Teman-teman di luar anggota keluarga berperan lebih besar dalam membentuk kepribadian seseorang.



Menurut Needlman, hal lain yang bisa mempengaruhi kepribadian anak adalah : Jarak kelahiran antar anak, jenis kelamin, temperamen anak, tempramen orang tua, urutan kelahiran orang tua, kepribadian orang tua, pola asuh orang tua, dan pola interaksi dengan saudara kandung.

Dinamika yang terjadi dalam sebuah keluarga begitu kompleksnya dan berbeda antara satu dengan yang lain. Di keluarga A, anak kedua menjadi bintang dan teladan, sedang di keluarga B, anak kedua merupakan sumber persoalan yang tidak ada habis-habisnya. Karena itu perkembangan kepribadian anak dan keterlibatan mereka dalam narkoba tidak bisa ditentukan oleh urutan kelahiran semata. Namun diharapkan tulisan tentang urutan kelahiran ini bisa memberikan sebuah wawasan tentang bagaimana kekuatan-kekuatan (forces) dalam keluarga bisa membentuk anak-anak dan orang dewasa di dalamnya untuk tumbuh bersama dan bisa membantu kita untuk mewaspadai sejumlah aspek yang mungkin membuat kita atau anak kita terjerumus dalam keadaan yang tidak diinginkan.

Dengan memahami urutan kelahiran, ciri-ciri dari tiap urutan, dan kekuatan serta kelemahannya, kita bisa melakukan refleksi terhadap diri kita. Apakah kita menuntut terlalu banyak pada anak kedua, memberi beban yang terlalu banyak bagi anak pertama, atau bahkan terlalu longgar pada si bungsu? Mengenal anak adalah langkah pertama dalam membesarkan anak bebas narkoba. Kadang-kadang kita lupa lebih membanggakan salah satu dari anak kita daripada lainnya merupakan hal yang alamiah.
Tapi tidak mau belajar dari pengalaman lupa tersebut dan tidak peduli pada perasaan anak adalah arogansi.


(sumber : media Indonesia, “Urutan Kelahiran dan Narkoba”, yaitu “Deskripsi tentang Fenomena Anak Kedua”, P. Bobby Hartanto Mpsi /praktisi quantum learning dan pemerhati masalah remaja, teruntuk mutiara-mutiara yang ada di persada ini yang saat ini bergelut dengan kelelahannya karena jeratan narkoba, semoga tersadarkan, Hasbunallah)

pengaruh narkoba pada remajaPengaruh Urutan Anak dan Remaja dalam Keluarga dan Kemungkinan Terpengaruh Narkoba Pengaruh narkoba semakin merajalela, seperti menghujam bumi, membelah angkasa, meluas samudera. Dera derita ketagihan, kesakitan, kesenangan semu, kekayaan tak berkah ada pada satu titik., narkoba...ya...lagi-lagi narkoba. Pengaruhnya sudah menyentuh setiap lini manusia, baik tua, muda, lelaki, perempuan, kalangan elit bahkan sampai kalangan biasa tak lepas dari pengaruhnya yang begitu dasyat. Jangan tanya bagaimana ini bisa terjadi, entahlah, rasanya sulit mengatakan atau menyimpulkan benang merah yang begitu sulit diurai. Pemberantasan narkoba seperti membasmi tumbuhnya ilalang, ketika dibasmi seadanya, maka dia akan tumbuh lagi dengan liarnya, bahkan semakin menjadi-jadi. Seperti ada sang aktor yang berada dibelakang penyebaran narkoba, kalangan penting yang punya jaringan kuat dan rapi, yang tak mudah dijangkau oleh hukum. Karena memang terkadang mereka adalah orang-orang hebat yang punya kekuatan untuk membolak-balik permasalahan, menjadi sesuatu yang tidak menimbulkan masalah, memang rasanya terlalu melebar. Terkadang orang yang suka teriak agar narkoba dibasmi, tapi ia sendiri adalah pengedar, bahkan juga ikut-ikutan jadi pemakai. Tapi jika orang-orang kecil yang terjerat narkoba, maka mereka akan cepat ditindak, bahkan terkena jerat hukum yang kadang berlapis-lapis. Tapi otak dibelakang peredaran narkoba tersebut melenggang dengan aman dan santai tanpa mereka sadari bahwa mereka telah dan mulai menciptakan lost generation. Menghancurkan generasi penerus harapan bangsa menjadi generasi santai yang sakit yang tak mampu berpikir jernih. Kembali menyinggung masalah judul diatas kenapa kok anak kedua yang lebih berpotensi terjerat narkoba. Kita coba meneropong lebih jauh kedalam kehidupan keluarga, bagaimana sikap orang tua memperlakukan anak-anaknya. Sudah bersikap adilkah kita, atau kita sebagai orang tua dengan sengaja menciptakan perlakuan-perlakuan istimewa antara anak yang satu dengan yang lainnya. Ada anak emas misalnya, dan itu tanpa kita sadari terjadi ketika kita mendidik anak-anak kita. Rasanya tidak percaya kita, kenapa urutan kelahiran, maksudnya anak kedua lebih berpotensi terjerat narkoba. Tapi jangan panik dulu, kan tidak semua anak-anak kita yang selalu berasyik-masyuk dengan narkoba. Masih ada anak-anak yang bertanggungjawab dalam menjalani hidupnya. Kita sebagai orangtua haruslah intropeksi diri bagaimana cara perlakuan (treatment) kita terhadap anak-anak kita. Apakah kita sudah bersikap adil ataukah kita membeda-bedakan perhatian dan kasihsayang kita terhadap mereka. Karena dalam tulisan P. Bobby H. (praktisi quantum learning dan pemerhati masalah remaja), di koran Media Indonesia tanggal 29 Maret 2008 yang berjudul “Urutan Kelahiran dan Narkoba”, yaitu “Deskripsi tentang Fenomena Anak Kedua”. tersebut yang memiliki potensi untuk terjerat dalam kasus narkoba lebih cenderung anak kedua. Ada sebuah fenomena menarik yang ditemukan di Departemen Konseling Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Dalam kurun waktu 1999 – 2005, diperoleh data bahwa lebih dari 70% penelpon yang mengaku bermasalah dengan narkoba adalah anak kedua. Dan yang banyak mengikuti konseling narkoba adalah anak kedua, ini juga berdasarkan data Departemen Konseling YCAB. Urutan kelahiran (birth-order) sering diyakini memiliki efek yang dalam dan berkelanjutan dalam perkembangan psikologi anak, dan memiliki posisi yang kuat dalam psikologi maupun budaya populer (walau banyak para ilmuwan yang menentang pernyataan ini). Para pakar sering mengaitkan urutan kelahiran dengan kepribadian, intelegensi dan pilihan karier. Menurut Robert Needlman, posisi seseorang dalam keluarga memainkan peranan yang sangat penting dan menentukan pola berinteraksi anak dengan orang tuanya dan lebih khusus lagi antara anak dengan saudara kandungnya. Berdasarkan dari data Departemen Konseling YCAB, ditemukan bahwa yang banyak mengikuti konseling narkoba adalah anak kedua. Penjelasan ini mengacu pada seorang tokoh bernama Alfred Adler, seorang psikolog berkebangsaan Austria dengan hipotesisnya bahwa urutan kelahiran mempengaruhi kepribadian. Dia menyakini bahwa bahwa makhluk manusia memiliki kebutuhan yang sangat kuat diterima untuk dihargai Karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama tempat masing-masing dari kita memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam keluarga anak-anak berjuang keras untuk mendapatkan perhatian dan kasihsayang serta berbagai sumberdaya lainnya dari orangtua. Menurut Adler, anak kedua berbeda dalam posisi yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan anak pertama. Sejak lahir ia sudah harus berbagi perhatian dari orang tua dengan kakaknya. Ia selalu melihat bahwa di depan ia ada anak lain yang lebih dari dirinya (baik dalam hal usia maupun proses perkembangan). Menurut Adler anak kedua : • Selalu berusaha memacu dirinya untuk bisa menyamai. • Ia tampak seperti seseorang yang berada dalam sebuah pacuan, dan jika ada yang di depannya ia akan berusaha mengalahkannya. • Sangat menyukai kompetisi atau perlombaan. Selalu merasa tidak nyaman dengan perasaan bahwa dirinya dilindungi, dan mencari hal lain untuk membuktikan bahwa pelindungnya gagal dengan menunjukkan bahwa yang bisa melindungi adalah dirinya sendiri. Teori Adler didasari asumsi bahwa manusia membutuhkan perhatian dan kasihsayang. Anak kedua sejak lahir bersaing untuk mendapatkan hal itu. Dengan melakukan dua cara, bersaing secara sehat dengan bekerja lebih keras atau menempuh jalan pintas (seperti penggunaan narkoba). Temuan di YCAB merupakan sebuah fenomena yang menggambarkan upaya memperoleh perhatian dan kasih sayang yang dilakukan anak kedua sudah berada pada titik ekstrim yaitu menggunakan narkoba. Teman-teman di luar anggota keluarga berperan lebih besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Menurut Needlman, hal lain yang bisa mempengaruhi kepribadian anak adalah : Jarak kelahiran antar anak, jenis kelamin, temperamen anak, tempramen orang tua, urutan kelahiran orang tua, kepribadian orang tua, pola asuh orang tua, dan pola interaksi dengan saudara kandung. Dinamika yang terjadi dalam sebuah keluarga begitu kompleksnya dan berbeda antara satu dengan yang lain. Di keluarga A, anak kedua menjadi bintang dan teladan, sedang di keluarga B, anak kedua merupakan sumber persoalan yang tidak ada habis-habisnya. Karena itu perkembangan kepribadian anak dan keterlibatan mereka dalam narkoba tidak bisa ditentukan oleh urutan kelahiran semata. Namun diharapkan tulisan tentang urutan kelahiran ini bisa memberikan sebuah wawasan tentang bagaimana kekuatan-kekuatan (forces) dalam keluarga bisa membentuk anak-anak dan orang dewasa di dalamnya untuk tumbuh bersama dan bisa membantu kita untuk mewaspadai sejumlah aspek yang mungkin membuat kita atau anak kita terjerumus dalam keadaan yang tidak diinginkan. Dengan memahami urutan kelahiran, ciri-ciri dari tiap urutan, dan kekuatan serta kelemahannya, kita bisa melakukan refleksi terhadap diri kita. Apakah kita menuntut terlalu banyak pada anak kedua, memberi beban yang terlalu banyak bagi anak pertama, atau bahkan terlalu longgar pada si bungsu? Mengenal anak adalah langkah pertama dalam membesarkan anak bebas narkoba. Kadang-kadang kita lupa lebih membanggakan salah satu dari anak kita daripada lainnya merupakan hal yang alamiah. Tapi tidak mau belajar dari pengalaman lupa tersebut dan tidak peduli pada perasaan anak adalah arogansi. (sumber : media Indonesia, “Urutan Kelahiran dan Narkoba”, yaitu “Deskripsi tentang Fenomena Anak Kedua”, P. Bobby Hartanto Mpsi /praktisi quantum learning dan pemerhati masalah remaja, teruntuk mutiara-mutiara yang ada di persada ini yang saat ini bergelut dengan kelelahannya karena jeratan narkoba, semoga tersadarkan, Hasbunallah)Pengaruh Urutan Anak dan Remaja dalam Keluarga dan Kemungkinan Terpengaruh Narkoba Pengaruh narkoba semakin merajalela, seperti menghujam bumi, membelah angkasa, meluas samudera. Dera derita ketagihan, kesakitan, kesenangan semu, kekayaan tak berkah ada pada satu titik., narkoba...ya...lagi-lagi narkoba. Pengaruhnya sudah menyentuh setiap lini manusia, baik tua, muda, lelaki, perempuan, kalangan elit bahkan sampai kalangan biasa tak lepas dari pengaruhnya yang begitu dasyat. Jangan tanya bagaimana ini bisa terjadi, entahlah, rasanya sulit mengatakan atau menyimpulkan benang merah yang begitu sulit diurai. Pemberantasan narkoba seperti membasmi tumbuhnya ilalang, ketika dibasmi seadanya, maka dia akan tumbuh lagi dengan liarnya, bahkan semakin menjadi-jadi. Seperti ada sang aktor yang berada dibelakang penyebaran narkoba, kalangan penting yang punya jaringan kuat dan rapi, yang tak mudah dijangkau oleh hukum. Karena memang terkadang mereka adalah orang-orang hebat yang punya kekuatan untuk membolak-balik permasalahan, menjadi sesuatu yang tidak menimbulkan masalah, memang rasanya terlalu melebar. Terkadang orang yang suka teriak agar narkoba dibasmi, tapi ia sendiri adalah pengedar, bahkan juga ikut-ikutan jadi pemakai. Tapi jika orang-orang kecil yang terjerat narkoba, maka mereka akan cepat ditindak, bahkan terkena jerat hukum yang kadang berlapis-lapis. Tapi otak dibelakang peredaran narkoba tersebut melenggang dengan aman dan santai tanpa mereka sadari bahwa mereka telah dan mulai menciptakan lost generation. Menghancurkan generasi penerus harapan bangsa menjadi generasi santai yang sakit yang tak mampu berpikir jernih. Kembali menyinggung masalah judul diatas kenapa kok anak kedua yang lebih berpotensi terjerat narkoba. Kita coba meneropong lebih jauh kedalam kehidupan keluarga, bagaimana sikap orang tua memperlakukan anak-anaknya. Sudah bersikap adilkah kita, atau kita sebagai orang tua dengan sengaja menciptakan perlakuan-perlakuan istimewa antara anak yang satu dengan yang lainnya. Ada anak emas misalnya, dan itu tanpa kita sadari terjadi ketika kita mendidik anak-anak kita. Rasanya tidak percaya kita, kenapa urutan kelahiran, maksudnya anak kedua lebih berpotensi terjerat narkoba. Tapi jangan panik dulu, kan tidak semua anak-anak kita yang selalu berasyik-masyuk dengan narkoba. Masih ada anak-anak yang bertanggungjawab dalam menjalani hidupnya. Kita sebagai orangtua haruslah intropeksi diri bagaimana cara perlakuan (treatment) kita terhadap anak-anak kita. Apakah kita sudah bersikap adil ataukah kita membeda-bedakan perhatian dan kasihsayang kita terhadap mereka. Karena dalam tulisan P. Bobby H. (praktisi quantum learning dan pemerhati masalah remaja), di koran Media Indonesia tanggal 29 Maret 2008 yang berjudul “Urutan Kelahiran dan Narkoba”, yaitu “Deskripsi tentang Fenomena Anak Kedua”. tersebut yang memiliki potensi untuk terjerat dalam kasus narkoba lebih cenderung anak kedua. Ada sebuah fenomena menarik yang ditemukan di Departemen Konseling Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Dalam kurun waktu 1999 – 2005, diperoleh data bahwa lebih dari 70% penelpon yang mengaku bermasalah dengan narkoba adalah anak kedua. Dan yang banyak mengikuti konseling narkoba adalah anak kedua, ini juga berdasarkan data Departemen Konseling YCAB. Urutan kelahiran (birth-order) sering diyakini memiliki efek yang dalam dan berkelanjutan dalam perkembangan psikologi anak, dan memiliki posisi yang kuat dalam psikologi maupun budaya populer (walau banyak para ilmuwan yang menentang pernyataan ini). Para pakar sering mengaitkan urutan kelahiran dengan kepribadian, intelegensi dan pilihan karier. Menurut Robert Needlman, posisi seseorang dalam keluarga memainkan peranan yang sangat penting dan menentukan pola berinteraksi anak dengan orang tuanya dan lebih khusus lagi antara anak dengan saudara kandungnya. Berdasarkan dari data Departemen Konseling YCAB, ditemukan bahwa yang banyak mengikuti konseling narkoba adalah anak kedua. Penjelasan ini mengacu pada seorang tokoh bernama Alfred Adler, seorang psikolog berkebangsaan Austria dengan hipotesisnya bahwa urutan kelahiran mempengaruhi kepribadian. Dia menyakini bahwa bahwa makhluk manusia memiliki kebutuhan yang sangat kuat diterima untuk dihargai Karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama tempat masing-masing dari kita memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam keluarga anak-anak berjuang keras untuk mendapatkan perhatian dan kasihsayang serta berbagai sumberdaya lainnya dari orangtua. Menurut Adler, anak kedua berbeda dalam posisi yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan anak pertama. Sejak lahir ia sudah harus berbagi perhatian dari orang tua dengan kakaknya. Ia selalu melihat bahwa di depan ia ada anak lain yang lebih dari dirinya (baik dalam hal usia maupun proses perkembangan). Menurut Adler anak kedua : • Selalu berusaha memacu dirinya untuk bisa menyamai. • Ia tampak seperti seseorang yang berada dalam sebuah pacuan, dan jika ada yang di depannya ia akan berusaha mengalahkannya. • Sangat menyukai kompetisi atau perlombaan. Selalu merasa tidak nyaman dengan perasaan bahwa dirinya dilindungi, dan mencari hal lain untuk membuktikan bahwa pelindungnya gagal dengan menunjukkan bahwa yang bisa melindungi adalah dirinya sendiri. Teori Adler didasari asumsi bahwa manusia membutuhkan perhatian dan kasihsayang. Anak kedua sejak lahir bersaing untuk mendapatkan hal itu. Dengan melakukan dua cara, bersaing secara sehat dengan bekerja lebih keras atau menempuh jalan pintas (seperti penggunaan narkoba). Temuan di YCAB merupakan sebuah fenomena yang menggambarkan upaya memperoleh perhatian dan kasih sayang yang dilakukan anak kedua sudah berada pada titik ekstrim yaitu menggunakan narkoba. Teman-teman di luar anggota keluarga berperan lebih besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Menurut Needlman, hal lain yang bisa mempengaruhi kepribadian anak adalah : Jarak kelahiran antar anak, jenis kelamin, temperamen anak, tempramen orang tua, urutan kelahiran orang tua, kepribadian orang tua, pola asuh orang tua, dan pola interaksi dengan saudara kandung. Dinamika yang terjadi dalam sebuah keluarga begitu kompleksnya dan berbeda antara satu dengan yang lain. Di keluarga A, anak kedua menjadi bintang dan teladan, sedang di keluarga B, anak kedua merupakan sumber persoalan yang tidak ada habis-habisnya. Karena itu perkembangan kepribadian anak dan keterlibatan mereka dalam narkoba tidak bisa ditentukan oleh urutan kelahiran semata. Namun diharapkan tulisan tentang urutan kelahiran ini bisa memberikan sebuah wawasan tentang bagaimana kekuatan-kekuatan (forces) dalam keluarga bisa membentuk anak-anak dan orang dewasa di dalamnya untuk tumbuh bersama dan bisa membantu kita untuk mewaspadai sejumlah aspek yang mungkin membuat kita atau anak kita terjerumus dalam keadaan yang tidak diinginkan. Dengan memahami urutan kelahiran, ciri-ciri dari tiap urutan, dan kekuatan serta kelemahannya, kita bisa melakukan refleksi terhadap diri kita. Apakah kita menuntut terlalu banyak pada anak kedua, memberi beban yang terlalu banyak bagi anak pertama, atau bahkan terlalu longgar pada si bungsu? Mengenal anak adalah langkah pertama dalam membesarkan anak bebas narkoba. Kadang-kadang kita lupa lebih membanggakan salah satu dari anak kita daripada lainnya merupakan hal yang alamiah. Tapi tidak mau belajar dari pengalaman lupa tersebut dan tidak peduli pada perasaan anak adalah arogansi. (sumber : media Indonesia, “Urutan Kelahiran dan Narkoba”, yaitu “Deskripsi tentang Fenomena Anak Kedua”, P. Bobby Hartanto Mpsi /praktisi quantum learning dan pemerhati masalah remaja, teruntuk mutiara-mutiara yang ada di persada ini yang saat ini bergelut dengan kelelahannya karena jeratan narkoba, semoga tersadarkan, Hasbunallah)