Sabtu, 14 Januari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


Bevel: ASUHAN PENYAKIT KATUP 
(VALVULAR HEART DISEASES)


A. MITRAL STENOSIS

I.      DEFINISI
Mitral stenosis adalab suatu keadaan di mana terjadi obstruksi atau penyempitan dan katup mitral yang menghambat aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.

II.            PATOFISIOLOGI

·         Terjadi proses fibrosis yang progresif, skar dan kaIsifikasi dari daun katup mitral
·         Katup mitral menjadi menyempit (normal MVA 4-6 cm)
·         Terjadi peningkatan tekanan di atrium kiri dan proses tersebut berlansung terus akibatnya akan tenjadi hipertensi pulmonal

III.           ETIOLOGI

·         Penyakit rematik
·         Gangguan kongenital katup mitral
·         Tumor di atrium kiri
·         Kalsifikasi di anulus niiiral

IV.          MANIFESTASI KLINIK

·         Sesak
·         Batuk
·         Hemoptysis
·         Siaotik
·         Atrial Fibnilasi
·         Fatique
·         Tanda-tanda gagal jantung kanan
·         Diastolik murmur
·         Opening snap



V.           PENEMUAN DIAGNOSTIK
·         Kateterisasi jantung: kalsifikasi katup mitral, peningkatan tekanan
LVEDP, peningkatan tekanan arteri pulmonalis
·         Ekhokardiogram: penebalan pada anterior dan posterior katup mitral. pergerakan katup abnormal
·         EKG: RV hiperiropi, atrial fibriilasi

VI.          KOMPLIKASI
·         Edema paru
·         Disritmia
·         REF
·         Pulmonay Hypertensi
·         Angina Pektoris

B. MITRAL INSUFISIENSI

I.                      DEFINISI

Mitral insufisjensi adalah suatu keadaan di mana terjadi kebocoral pada katup mitral di mana darah yang dipompakan dari atrium kiri ke ventrikel kiri saat sistol ventrikel kembali lagi ke atrium kiri.

II.                    PATOFISIOLOGI

·         Katup mitral mengalami kegagalan saat menutup selama Sistol ventrikel
·         Lebih dan 50% jumlah darah kembali lagi ke atrium kiri dan ventrikel kiri
·         Terjadinya peningkatan volume di ventrikel kiri akan menyebabkan dilatasi ventrikel
·         LVEDP dari tekanan di atrium kiri meningkat
·         Peningkatan tekanan di arlerii pulmonalis akan menyebabkan hipentensipurmonal
·         Terjadi kegagalan jantung kanan

III.                   ETIOLOGI

·         Penyakit jantung rheumatic
·         Malformasi bawaan katup mitral, chordac tendinae atau anulus
·         Trauma
·         Ruptur chordae tendinae
·         Ruptur papillary muscle

IV.                  MANIFESTASI KLINIK

·         Dyspnca
·         Orthopnea
·         PND
·         Fatique
·         Palpitasi
·         Holosistolik murmur
·         Tanda-tanda gagal jantung

V.                   PENEMUAN DIAGNOSTIK

·         Thoraks photo: terjadi pcmbesarall atrium kiri dan pembesaiarl ventrikel kiri
·         Kateterisasi jantung: terjadi peningkatan tekanan diastol akhir, ventrikel kiri dan atrium kiri
·         EKO: RVH, P mitral

VI.    KOMPLIKASI

Gagal jantung kongesti

VII.   TERAPI  MEDIK

1.  Pengobatan non surgikal
·      terapi antibiotika
·      digitalis
·      diuretik
·      restriksi sodium
·      antikoagulan
·      obat-obat antianitmia
·      beta adrenergik blocker
·      PercutaneusTransluminary Balloon Valvuloplasty.
2.  Pembedahan
·      Valvulotomy
·      Anuloplasty
·      Mitral valve repair
·      Mitral valve replacement
VIII. PROSES KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

a.    Data subjektif
Riwayat demam reumatik, cepat lelah, DOE, PND, riwayat nyeri dada
b.    Data objektif
·      Integument: diaphoresis. sianotik, clubbing, peripheral edema
·      Kardiovaskuler bunyi jantung abnormal, thrill, sistolik murmur, diastol murmur, atrial fibrilasi, takhikardi, hipotensi
·      Gantrointestinal: asites, hepatomegali
·      Thoraks photo-pembesaran ruang-ruang jantung
·      EKG:aritmia

B.   DIAGNOSA

1.  Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan Insufisiensi oksigen sekunder dengari penurunan curah jantung dan hipertensi pulmonal
2.  Gangguan pola tidur berhubungan dengan bendungan paru
3.  Kelebihan cairan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan jantung memompakan darah ke seluruh tubuh
4.  Penurunan curah jantung berhubungan dengan kerusakan katup jantung
5.  Resiko tinggi terjadi komplikasi emboli sistemik dan emboli pulmonal berhubungan dengan lepasnya vegetasi katup jantung.
C.   RENCANA
Diagnosa keperawatan I
Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan penurunan oksigen sekunder dan penurunan curah jantung dan hipertensi pulmonal
Tujuan:
Meningkatnya kemampuan melakukan aktifttas dengan adanya toleransi jantung.

 Rencana
o  Kaji dan observasi respon pasien terhadap aktifitas (tanda- tanda vital)
o  Rencanakan periode istirahat antar program aktifitas
o  Bantu pasien untuk melakukan perawatan diri secara bertahap
o  Meningkatkan program aktifiias secara periodik.
 Diagnosa keperawatan 2
Gangguan pola tidur berhubungan dengan bendungan paru
Tujuan
Gangguan pola tidur teratasi
Rencana
o  Tinggikan tempat tidur bagian kepala 30-40 derajat
o  Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
o  Jaga lingkungan agar tenang
Diagosa keperawatan 3
Kelebihan cairan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan  jantung memompakan darahnya ke seluruh tubuh
Tujuan
Mengurangi kelebihan cairan tubuh
Rencana
o  Monitor gejala kelebihan cairan seperti edema perifer
o  Kaji tanda vital, auskultasi suara paru, distensi vena jugularis, ukur intake dan output, palpasi edema perifer, ukur berat badan dan lingkar perut
o  Batasi penggunaan garam
o  Monitor hasil laboratorium (elektrolit, Hb, BUN. urine analisa)
Diagnosa Keperawatan 4
Penuruan curah jantung berhubungan dengan fungsi katup jantung
Tujuan
Curah jantung optimal
Rencana
o  Monitor tekanan darah, pulsasi perifer, pernapasan, suara paru dan suara jantung
o  Kaji parameter hemodinamik (PAP. PA\VP, CO. CVP) sesuai indikasi
o  Tirah baring selama periode akut. Tinggikan kepala 30-40 derajat untuk menurunkan volume sekuncup dan menurunkan kebutuhan oksigen
o  Berikan oksigen sesuai kebutuhan
o  Monitor irama jantung
o  Ukur intake dan output
o  Berikan terapi inotropik sesuai advis medis
 Diagnosa Keperawatan 5
Resiko tinggi terjadi komplikasi emboli sisitemik dan emboli pulmonal berhubungan dengan lepasnya vegetasi katup
Tujuan
Tidak terjadi emboli sistemik maupun pulmonal
Rencana
o  Monitor adanya perubahan kesadaran. sesak, hemoptoe, nyeri, pulsasi tidak teraba, urine output menurun, perubahan warna kulit
o  Auskultasi suara paru
o  Berikan koaguIan sesuai advis medis
o  Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
o  Kaji pulsasi perifer dan pulsasi ekstremitas bawah, warna dan adanya edema
o  Lakukan ROM ekstremitas





Bevel: ATRIAL SEPTAL DEFEK (ASD)ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


I.    DEFINISI

     Atrial Septal Defek adalah suatu defek pada septum atrium yang menyebabkan adanya aliran darah di antara atrium kanan dan atrium kiri.

Ada 3 tipe:
1.    Ostium Prinium (ASD I), defek terjadi di bawah/akhir dan pada septum. Dapat dihubungkan dengan kelainan katup mitral.
2.    Ostium Scundum (ASD 2), defek terjadi dekat pertengahan septum.
3.    Sinus Venosus Defek, defek terletak di junction vena kava superior dan atrium kanan.

II.  PATOFISIOLOGI

Pasien dengan defek septum atrium mempunyai beban pada sisi kanan jantung, akibat pirau dan atrium kiri ke atrium kanan. Pada basil foto dada tampak atrium kanan dan ventrikel kanan membesar, pulmonalis menonjol dan vaskularisasi pam meningkat. Aorta, Atrium kiri dan Ventrikel kiri relatif tidak akan berubah. Elektrokardiogram menunjukan surnbu QRS normal atau berdeviasi ke kanan, terdapat inkomplit right bundle branch block yang ditandai oleh pola RSR di hantaran VI disertai hipertropi vertikal kanan. Defek septum atrium biasanya asimptomatik pada auskultasi bunyi jantung I normal atau mengeras, pada bunyi jantung II terdengar split.

III. ETIOLOGI

ASD merupakan penyakit kongenital, terjadi bila ada kesalahan dalam jumlah absorbsi atau proliferasi jaringan selama perkembangan embriologi pada minggu ke-empat sampai minggu ke-enam kehamilan, maka dapat terjadi defek.

IV.  MANIFESTASI KLINIK

Pasien mungkin asimtomatik. Dapat juga berlanjut menjadi CHF, adanya karateristik dan path murmur. Pasien beresiko terjadinya disritmia dan penyakit obstriksi pembuluh darah pulmonal yang selanjutnya terjadi emboli karena peningkatan aliran darah paru yang kronis.

V. PENEMUAN DIAGNOSTIK

·      EKG: Normal, RVH, RBBB, PR memanjang, left axis defiasi (Ostium Primum), normal atau right axis (Ostium Scundum).
·      X - ray: Pembesaran RA, RV, PA, peningkatan vaskularisasi ke pulmonal, tanda LA, LV dan Aorta knob kemungkinan kecil
·      Echo: pada Ostium scundum pembesaran RV, paradoxic movement pada septum pada saat sistol
·      Kateterisasi : L- R shunt, peningkatan O2 saturasi pada RA, tekanan pada RA biasanya normal, MR.

VI.    KOMPLIKASI

Komplikasi yang terjadi pada ASD besar yaltu gagal jantung

VII.   TERSPI MEDIS

Tindakan Operasi
 
Operasi penutupan dengan dekron patch pada moderat sampai defek yang besar perbaikan dengan cardiopulmonary by pass biasanya dilakukan sebagai usia sekunder. Pada sinus venostus defek dilakukan pemasangan patch. Pada ASD I dilakukan repair antar jantung, pergantian mitral.
 
Tanpa operasi

ASD juga dapat dilakukan penutupan menggunakan alat khusus melalui prosedur kateterisasi.

VIII. PROSES KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

o   Shunt kecil asimptomatik
o   Shunt besar (moderat), sesak pada saat exercise, penurunan toleransi terhadap aktifitas.

B.   DIAGNOSA
1.  Cemas berhubungan dengan penyakit yang diderita.
2.  Resiko intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilisasi, kurang pengetahuan atau penurunan fungsi jantung.
3.  Koping individu dan keluarga tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuat atau informasi yang salah mengenai diagnosa atau perubahan-perubahan gaya hidup dan peran akibat penyakitnya.
4.  Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya.

C.   RENCANA
Diagnosa keperawatan I
 Cemas berhubungan dengan penyakit yang diderita

Tujuan

Mengidentifikasi dan menurunnya tingkat kecemasan
 
Rencana :

-     Kaji tingkat anxietas dan tentukan penyebab primer
-     Kaji tingkat informasi pasien untuk mengidentifikasi kesalahan pengertian sehubungan dengan kondisinya
-     Kaji mekanisrne koping yang biasa digunakan.yang berkaitan dengan Stress.
-     Lengkapi, klarifikasi dan validasi informasi yang sesuai dengan kondisi
-     Bantu pasien untuk berfikir secara realistis terhadap anxietas, berikan alternatif lain dalam menangani stress seperti; membantu imaginasi, melakukan relaxasi otot secara progresif.
-     Berikan “reinforcement” positif tentang prognosis, bantu pasien dalam mencapai tujuan dan gaya hidup yang realistik.

 Diagnosa keperawatan 2
Resiko intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilisasi, kurang pengetahuan atau penurunan fungsi jantung.
 
Tujuan
Dapat mempertahankan tingkat aktifitas yang optimum.


Rencana

-     Kaji tingkat aktifitas, tennakan aktifitas yang tepat sesuai dengan kondisinya.
-     Kaji dan monitor respon terhadap aktifitas dengan memperhatikan jenis aktifitas, intensitas, frekuensi dan adanya gejala yang timbul. Untuk pasien dengan cadangan jantung yang menurun Iakukan càra-cara yang dapat memperbaiki toleransi aktifitas dengan menurunkan kelelahan.

Diagnosa keperawatan 3
Koping individu dan keluarga tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuat atau informasi yang salah mengenai diagnose penyakitnya atau perubahan-perubahan gaya hidup dan peran akibat penyakitnya.

Tujuan
Koping individu dan keluarga efektif.

Rencana

-     Identifikasi kesalahan pengertian berhubungan dengan rasa bersalah, takut, kecenderungan untuk perlindungan yang berlebihan yang tidak tepat.
-     Kenali tingkat emosi dan stress finansial yang dialami keluarga terhadap kondisi pasien, merujuk kepada pelayanan penunjang yang tepat: pelayanan sosial, konseling pekerjaan.
-     Libatkan keluarga dalam rencana penyuluhan, berikan dorongan secara verbal tentang perasaan individu dan bersama sebagai keluarga.
-     Berikan kesempatan untuk diskusi dengan keluarga.

Diagnosa keperawatan 4
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan
    Tingkat pengetahuan meningkat


Rencana

-     Lengkapi pasien dan keluarga dengan gambaran adanya defek (tanda dan gejala) dan intervensi secara bcdah atau non bedah
-     Ingatkan aktifitas yang dianjurkan dan pembatasannya sesuai indikasi.
-     Lengkapi konsultasi mengenai pelajaran di sekolah, olah raga dan pekerjaan.
-     Jelaskan tentang diet dan pembatasannya sesuai indikasi
-     Jelaskan untuk pencegahan terjadinya endokarditis
-     Jelaskan pentingnya kontrol teratur
-     Untuk remaja dan orang dewasa, Iengkapi konsultasi perhatian tentang keturunan, pernikahan dan melahirkan.
-     Untuk wanita, lengkapi informasi sehubungan dengan resko
kehamilan dan persalinan sesuai dengan defek, intervensi bedah dan status klinik. Diskusikan mengenai pentingnya konsultasi kehamilan dan penggunaan kontrasepsi yang tepat.













ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
Oval: TETRALOGE of FALLOT 


I.    PENGERTIAN

Tetralogi of Failot menipakan penyakit jantung bawaan (sianotik) yang terdiri dan empat kelainan, yaitu: defek septum ventrikel, stenosis pulmonal infundibuler, ovcniding oarta, dan hiperiropi ventrikel kanan.

II.  PATOFISIOLOGI

Secara anatomis Tetralogi of Failot merupakan suatu defek septum ventrikel sub aortik yang disertai deviasi ke anterior septum infundibuler. Deviasi mi menyebabkan akai aorta bergeser ke depan, sehingga tcrjadi overiding aorta terhadap septum interventrikul’r stenosis pada bagian infundibuier ventrikel kanan dan penyempitan arteri pulmonal. Tekanan dalam ventrikel kanan meningkat karena obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot darah akan didorong ke ki masuk ke aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel, ventrikel kiri dan aorta relatif menjadi sama. Berat ningarinya stenosis pada ToF tergantung pada berat ningarinya stenosis infundibuler yang terjadi dan arah pirau interventnikel, sianosi mi bisa timbul sejak lahir dan mi menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat, atau atresia pulmonal. Sianosi biasanya berkembang perlahan-Iahan dengan bertambahnya usia dan mi menandakan adanya peningkatan hipertropi infundubuler pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian tersebut.


III. ETIOLOGI

Tetralogi of Fallot merupakan salah sau jenis kelainan jantung bawaan yang disebabkan oleh adanya ketidaksempurnaan pembentukan jantung dalam masa kehamilan.

IV.  MANIFESTASI KLINIK

1.    Sianosis
2.    Dyspnea
3.    Squatting
4.    Clubbing finger (jail tabuh)
5.    Murmur

V. PENEMUAN DIAGNOSTIK

EKG: Pada TF yang sianotik ditemukan deviasi ke kanan (1200 — 1500). Pada ToF yang asianotik axis normal. RVH selalu ada, R.AH kadang-kadang ada.

Photo thorak:
o   Pasien yang sianosis: Tidak tampak kardiomegali, gambaran vaskularisasi paru-paru tanpak kurang (oligemi). Apex jantung tampak naik (boot shaped heart); Kadang-kadang ditemukan pembesaran RA.
o   Pasien yang asianosis: pemeriksaan x-ray tidak dapat dibedakan pada pasien dengan VSD kecil.
ECHOKARDIOGRAFT: Dengan Echo dua dimensi tampak VSD besar dengan overiding aorta.
LABORATORIUM: Pada pasien yang sianosis kadar hernatokrit Iingi (polisitemia)

VI.    KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering timbul adalah:
o   Anak yang TF asianotik sering berkembang menjadi sianotik.
o   Gejala bertambah memburuk sehubungan dengan semakin beratnya stenosis infundibulum.
o   Sering terjadi spell hipoksia
o   Abses cerebri
o   Infeksi endokarditis
o   Polisitemia
o   Gangguan pertumbuhan
o   Koagulopathi
o   Anemia defisiensi besi

VII.   TERAPI MEDIS

1.    Mempertahankan hygiene mulut gigi
2.    Antibiotika profilaksis untuk mencegah infeksi endokarditis sesuai indikasi
3.    Deteksi dan mengobati anemia defisiensi besi
4.    Kenali dan atasi spell hipoksia (posisikan klien dengan posisi knee chest, berikan Morphin sulfate 0,1 — 0,2 mg/kg SC/IM, atasi asidosis dengan memberikan bicnat 1 mEqikg IV, berikan oksigen)
5.    Propanolol oral untuk mencegah spell hipoksia
6.    Pembedahan dapat berupa paliatif untuk menambah aliran darah ke paru-paru seperti operasi BT shunt sesuai indikasi, atau pembedahan koreksi total dengan menutup VSD dan pelebaran RVOT.


VIII. PROSES PERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

Sistemik:
Klien tampak sianosis, ada riwayat sering squatting (jongkok)
Sirkulasi:
Murmur sistolik, ejection click (aorta), murmur kontinyUS bila ada PDA
Respirasi:
Klien sesak pada saat aktifitas.
Ekstremitas:
Sianosis dan jan tabuh (clubbing finger)

B.   DIAGNOSA

1.  Gangguan oksigenasi berhubungan dengan adanya efek pirau ventrikel kanan ke ventnkel kiri, pulmonal stenosis.
2.  Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
3.  Kurangnya pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kelelahan
4.  Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik sekunder gangguan sirkulasi
5.  Risiko terjadi spell hipoksia berhubungan dengan aktifitas.

C.   RENCANA
Diagnosa keperawatan I
Gangguan oksigenasi berhubungan dengan adanya pirau ventrikel kanan ke ventrikel kiri, pulmonal stenosis.
Tujuan:
Kebutuhan oksigen terpenuhi
 Rencana
o  Atur posisi nyaman untuk klien
o  Observasi tanda-tanda vital
o  Observasi saturasi oksigenasi
o  Aktifitas sesuai dengan kemampuan fisik
o  Kolaburasi pemberian oksigen.
Diagnosa keperawatan 2
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan
Rasa nyaman terpenuhi
Rencana
o Penahankan lingkungan yang sejuk
o Berikan kompres air biasa
o Berikan selimut
o Observast suhu, intake cairan yang cukup
o Kolaborasi pemberian obat-obatan.
Diagosa keperawatan 3
Kurangnya pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kelelahan
Tujuan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Rencana
o Ukur berat badan setiap hari
o Atur makan porsi kecil tapi sering
o Beri makan dengan posisi knee chest
o Kolaborasi dengan bagian gizi dalam pemberian diet.
 Diagosa keperawatan 4
Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik.
Tujuan
Tumbuh kembang sesuai usia
Rencana
o Kaji faktor penyebab
o Beri informasi pada orang tua tentang tugas perkembangan anak sesuai usia
o Beri motivasi pada pasien untuk melakukan tugas tumbuh kembangnya sesuai usia.
Diagosa keperawatan 5
Risiko terjadi spell berhubungan dengan aktifitas yang meningkat
Tujuan
Spell tidak terjadi
Rencana
o Observasi tingkat sianosis pada pasien
o Pertahankan rasa nyaman uncuk mencegah faktor pencetus timbulnya spell (aktifitas yang meningkat)
o Ukur saturasi oksigen
o Kolaborasi pemberian oksigen
o Observasi adanya tanda-tanda speli
o Membatasi aktifitas pasien.




Bevel: GAGAL JANTUNGASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN 

I.    PENGERTIAN

Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu dapat memompakan cukup darah guna memenuhi kebutuhan oksigen untuk metabolisme tubuh serta kebutuhan nutrisi sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan deman oksigen miokard.
Fungsi utama jantung adalah rnemompakan darah yang masuk ke ventrikel dan sistem vena yang bertekanan rendah melawan sistem arterial yang bertekanan tinggi. Gangguan kemampuan pompa ini mengakibatkan ketidak-adekuatan pengosongan vena dan ketidak-adekuatan hantaran darah ke sirkulasi pulmonal dan sistemik. 

II.  PATOFISIOLOGI

Untuk menkompensasi penurunan curah jantung terjadi peningkatan aktifitas saraf simpatetik, stimulasi pengeluaran Renin. Angiotensin- Aldosteron, dan pelepasan ADH. Mekanisme kompensasi neuro-hormonal ini membantu sementara dalam mempertahankan curah jantung yang adekuat tetapi menyebabkan terjadinya “cardiac modeling” (perubahan pada struktur dan ventriikel: dilatasi, hypertropi) serta berperan memperberat kondisi gagal jantung itu sendiri.

III. ETIOLOGI

Setiap kondisi yang dapat mempengaruhi efesiensi jantung sebagai pompa akan menyebabkan terjadinya gagal jantung. Mekanisme dan kondisi yang dapat menyebabkan kegagalan jantung tersebut dapat disimpulkan sbb:
1.    Penurunan Kontraktilitas Miokard:
a.    Penyakit Jantung Koroner
b.    Tamponade Jantung
c.    Aneurisma Ventrikel
d.    Penyakit lnfiltra

2.    Kerja Miokard berlebihan:
a.    Afterload meningkat:
-     Hypentensi
-     Stenosis Aorta/Pulmonal
-     Cor Pulmonal
b.     Preload meningkat:
-     Insufisiensi Aorta! Mitral/Trikuspid
-     Shunting kongenital kiri dan kanan

3.    Kebutuhan Tubuh meningkat:

a.    Anemia berat
b.    Kehamilan
c.    Thyroto icosis
d.    Fistula arteri-vena
e.    Defisiensi nutrisi (penyakit beri-beri)

Gagal jantung dapat diklasifikasikan sebagai gagal jantung kanan atau kiri, “backward” atau “forward”, serta sistolik atau diastolik failure.
Sistem klasifikasi fungsional berdasarkan hubungan antara gejala dan jumlah aktifitas yang dapat menimbulkan gejala dibuat oleh New York Heart Association. Dalam sistem terdapat 4 kelas. Pada kelas 1 tidak timbul gejala dalarn melakukan aktifitas normal, sedangkan kelas IV gejala timbul walaupun pada keadaan istirahat.

IV.    MANIFESTASI KLINIK

Géjala dan tanda yang timbul pada gagal jantung bergantung pada sisi jantung yang mengalami gangguan. Gejala pada “forward failure” disebabkan oleh penurunan curah jantung. Sedangkan gejala pada “backward failure” berhubungan dengan kegagalan ventrikel dalam pengosongan sempurna yang menyebabkan gangguan aliran darah.
Pada gagal jantung kiri terjadi penurunan kemampuan. pengosongan ventrikel kiri yang menyebabkan penurunan perfusi sistemik serta penumpukan darah di atrium kiri dan pembuluh pulmonal. Bendungan di pembuluh pulmonal menyebabkan edema paru dengan gejala takhipnea, dypsnea, bunyi nafas abnormal. Pada gagal jantung kanan, efek dan penurunan fungsi dan pengosongan ventrikel kanan adalah penurunan aliran darah pulmonal dan penahan darah di atrium kanan. Hal ini menyebabkan bendungan vena sistemik. Yang dimanifestasikan dengan edema perifer dan gejala disfungsi dan pembesaran organ. Pada tahap awal dapat terjadi kegagalan jantung pada satu sisi saja (biasanya sisi kiri) tetapi kemudian dapat berkembang menjadi gagal pada kedua sisi.



V. PENEMUAN DIAGNOSTIK

1.    Foto Thorax

Didapat gambaran kardiomegati bendung vena pulmonal serta adanya efusi

2.    EKG

Melihat gambaran infark, aritmia maupun pembesaran jantung

3.    Laboratorium darah

·         Hemoglobin: melihat adanya anemia
·         Enzimjaruung: Melihat resiko infark akut
·         Fungsi hepar: Terurama pada gagal jantung kanan
·         Fungsj renal
·         Elektrolit : Melihat kadar potasim dan sodium sebagai indikator kelebihan cairan. Kadar potassium dapat rendah bila pasien dengan terapi diuretic
·         Digoxin level: Pemeriksaan ini diperlukan untuk pasien yang telah mendapatkan terapi digitalis untuk mengetahui apakah mengalami intoksikasi digitalis

4.    Echocardiogrphi

·         Ketebalan otot-otot ruang jantung
·         Fungsi sistol dan diastol
·         Pembentukan trombus
·         Fungsi katup

5.    Nuklir scanning

·         Fungsi ruang jantung
·         Iskemi, infark miocard

6.    Katerisasi

7.    Monitoring hemodinamik
Pemeriksaan dapat mengestimasi fungsj ventrikel dengan akurat. Data berikut ini menggunakan tekanan baji paru (PAWP) sebagai petunjuk dalam mengkaji perkembangan gagal jantung.
 Nilai PAWP

Kesan
0-6 mmHg

Penurunan volume sirkulasi
6-12 mmHg

Dalam batas normal
12-20 mmHg

Bendungan paru ringan
20-25 mmHg

Bendungan paru sedang
25-30mmHg

Bendungan paru berat
>30 mmHg

Edema paru


VI.    KOMPLIKASI

Komplikasi akibat dari gagal jantung sendiri :
·         Aritmia
Dapat terjadi karena respon terhadap peningkatan katekolamin dan iskhemi miokard. Iskhemi atrial yang lama dapat menimbulkan atrial fibrilasi
·         Angina dan infark miokard
Terjadi akibat dan peningkatan kerja otot jantung yang iskhemi atau akibat dan penurunan perfusi arteri koroner akibat dan penurunan tekanan sistemik.
·          Shock
Terjadi akibat dan penurunan curah jantung
·         Renal failure
Terjadi akibat dan penurunan aliran darah ke ginjal
·         Pembentukan kembàli
Terjadi akibat bendungan dan stasis vena.
·         Hepatomegali
Akibat dan bendungan vena

Komplikasi akibat dan pengobatan:
·         Hypovolume
Akibat dan pemberian terapi diuretik disertai pengeluaran cairan dan sodium yang berlebihan.
·         Hypokalemia
Akibat dan pengeluaran potasium yang berlebihan akibat dan terapi diutetik
·         lntoksikasi digitalis
Akibat dan penggunaan digitalis berlebihan, hypokalemi, gangguan fungsi renal.
·         Aritmia
Dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan elektrolit maupun intoksikasi digitalis
·         Infark miokard
Terjadi akibat dan beban kerja miokard yang meningkat serta efek dan pemberian inotropik


VII.   TERAPI MEDIS

Fokus pengobatan adalah memperbaiki performan jantung. Diuretik dan ACE inhibitor adalah obat utama pada gagal jantung. Inotropik positif digunakan untuk mengurangi gejala. Hasil penelitian memperlihatkan penambahan beta bloker dan spironolakton juga dapat memperbaiki status pasien dengan gagal jantung. Diyakini ACE inhibitor, beta bloker, dan spironolactone mempengaruhi aktifitas kompensasi neurohoniional yang terjadi pada gagal jantung. Terapi pharmakologis gagal jantung bervariasi tergantung pada apakah pasien menderita gagal sistolik (dilatasi ventrikel dan tidak adekuatnya pengosongan ventrikel) atau gagal diastolik (gangguan relaksasi ventrikel yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel). Inotropik positif adalah kontra indikasi pada pengobatan gagal diastolik


VIII. PROSES PERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

1.    Riwayat Kesehatan
Pengurnpulan data subjektif tentang kondisi yang menyebabkan pasien membutuhkan perawatan di RS. Infark miokard seringkali penyebab timbulnya gagal jantung sehingga perlu dikaji lebih jauh. Oleh karena itu data yang dikumpulkan hendaknya meliputi:
·      Riwayat Penyakit jantung dan pengobatannya
·      Nyeri dada
·      Sering timbul rasa nafas pendek
·      Toleransi terhadap aktifitas memur
·      Kaki mengalami pembengkakan
·      Peningkatan berat badan berlebihan dalam beberapa hari
·      Sering terbangun pada malam hari, tinggi kepala saat tidur
·      Obat yang masih diminum
·      Diet yang dijalankan
·      Penyakit lain yang diderita


2.    Pemeriksaan Fisik
Pemerian fisik meliputi pengenalan gejala dan tanda serta penyebab gagal jantung.

-   Gejala dan tanda penurunan curah jantung
·      Kelelahan
·      Peningkatan denyut jantung
·      Nadi lemah
·      Hipotensi
·      Pucat
·      Berkeringat
·      Sincope, Pusing, penurunan kesadaran

-   Gejala dan tanda bendungan jantung, paru, dan vena:
·      Terdapat BJ 3 dan atau BJ4
·      Orthopnea
·      Nafas cepat
·      Terdapat ronchi paru
·      Batuk
·      Edema perifer
·      Distensi vena jugular
·      Hepatomegali
·      Anorexia

-   Gejala dan tanda edema paru:
·      batuk produktif disertai sputum dengan bercak darah merah muda
·      gallop
·      nocturia dan oliguria

3.    Pemeriksaan Penunjang
Lihat pada penjelasan penemuan diagnostik

B.   DIAGNOSA

1.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload. afterload dan kontra aktifitas
2.    Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan:
-   meningkatnya frekuensi dan kedalaman nafas akibat takut dan cemas
-   menurunnya “compliance” paru akibat dan efusi pleura dan penumpukan cairan di interlitium paru dan alveoli
-   menurunnya pengembangan paru akibat kelemahan, menurunnya mobilitas dan penekanan diagprama karena penumpukan cairan
-   depresi pernafasan atau akibat dan hypoxia, hypercapnia, dan penurunan suplai darah cerebral.
3.    Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan:
-    Peningkatan resisten jalan nafas akibat dan edema mukosa bronkhial dan penekanan jalan nafas akibat dan pembesaran pembuluh pulmonal
-    Penumpukan sekret akibat dan penuninan mobilitas dan kemampuan batuk yang menurun
4.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:
-     gangguan difusi akibat dan penumpukan cairan di intertisial paru dan alveoli
-     penurunan perfusi jaringan paru akibat dan penurunan curah jantung
5.    Volume cairan berlebih berhubungan dengan:
-     retensi garam dan air akibat dan penurunan kecepatan filtrasi, glomerulus (GFR) dan aktifasi mekanisme RAA
-     penurunan pengeluaran cairan akibat dan peningkatan ADH
6.    Gangguan keseimbangan elektrolit berhubungan dengan hemodilusi dan efek terapi diuretik
7.    Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen sekunder dengan penurunan curah jantung dan hipertensi pulmonal.


C.   RENCANA
Diagnosa keperawatan I
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload, afterload dan kontraktifitas
Tujuan:
Curah jantung optimal
 Rencana
o  Observasi tekanan darah
o  Auskultasi bunyi, denyut, dan irama jantung
o  Palpasi nadi perifer
o  Observasi warna kulit, diaphoresis dan pengisian kapiler
o  Observasi tingkat kesadaran
o  Tinggikan posisi kaki
o  Kolaborasi pemberian terapi.

Diagnosa keperawatan 2
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan:
o  meningkatnya frekuensi dan kedalaman nafas akibat dan takut dan cemas
o  menurunnya “compliance” paru akibat dan efusi pleura dan penumpukan cairan di intertitium paru dan alveoli
o  menurunnya pengembangan paru akibat dan kelemahan, menurunnya mobilitas, dan penekanan diagprama karena penumpukan cairan
o  depresi pemafasan atau akiba dan hypoxia, hypercapnia, dan penurunan suplai darah cerebral.
Tujuan
Pernafasan efektif
Rencana
o  Observasi pernafasan (frekuensi, irama dan kedalaman)
o  Auskultasi bunyi paru
o  Beri posisi nyaman
o  Observasi cyanosis dan mukosa
Diagosa keperawatan 3
Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan:
o  peningkatan resisten jalan nafas akibat dan edema mukosa bronkhial dan penekanan jalan nafas akibat dan pembesaran pembuluh pulmonal
o  penumpukan sekret akibat dan perubahan mobilitas dan kemampuan batuk yang menurun.

Tujuan
Mempertahankan jalan nafas efektif
Rencana
o  latih nafas dalam dan batuk efektif
o  lakukan fisiotherapi dada
o  lakukan pengisapan lendir
o  koordinasi pemberian therapi bronkhodilator
o  atur posisi agar tidak terjadi aspirasi
o  pastikan intake cairan dan humidikasi baik
o  beri terapi sesual program pengobatan
Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan periukaran gas berhubungan dengan:
o  gangguan difusi akibat dan penumpukan cairan di intersisial paru dan alveoli
o  penurunan perfusi jaringan paru akibat dan penurunan curah jantung
Tujuan
Gangguan pertukaran gas teratasi
Rencana
o  Ajarkan dan motivasi untuk nafas dalarn
o  Pertahankan jalan nafas
o  Atur posisi yang nyaman
o  Ajarkan gejala dan konsekwensi dan hypoksemia
o  Ajarkan pengaturan penggunaan terapi oksigen
o  Periksa analisa gas darah
o  Pilih alat terapi oksigen sesuai dengan aktifitas pasien.
Diagnosa Keperawatan 5
Volume cairan berlebih berhubungan dengan:
o  retensi garam dan air akibat dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) dan aktifasi mekanisme RAA
o  penurunan pengeluaran cairan akibat dan peningkatan ADH
Tujuan
Keseimbangan cairan dalarn batas normal
Rencana
o  Lakukan ROM ekstremitas
o  Observasi intake dan output cairan
o  Timbang berat badan dan ukur lingkar perut setiap hari
o  Observasi tanda-tanda vital
o  Beri terapi sesuai program pengobatan.

Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan keseimbangan elektrolit berhubungan dengan hemodilusi dan efek terapi diuretik
Tujuan
Elektrolit dalam batas normal
Rencana
o  Kaji keluhan rasa haus, pusing
o  Observasi intake dan out put
o  Observasi tingkat kesadaran
o  Monitor irama jantung
o  Cek elektrolit
Diagnosa Keperawatan 7
Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan penurunan oksigen sekunder dan penurunan curah jantung dan hipertensi pulmonal.
Tujuan
Meningkatnya kemampuan melakukan aktifitas dengan adanya toleransi jantung
Rencana
o  Kaji dan observasi respons pasien terhadap aktifitas (tanda-tanda vital)
o  Rencanakan periode istirahat antar program aktifitas
o  Bantu pasien untuk melakukan perawatan diri secara bertahap
o  Meningkatkan program aktifitas secara periodik

















Oval: EDEMA PARUASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


I.      PENGERTIAN

Edema paru adalah suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan abnormal di dalam alveoli dan ruang interstisial paru. Merupakan komplikasi dan gangguan jantung dan paru yang perlu penanganan dengan segera.

II.            PATOFISIOLOGI

Untuk menkompensasi penurunan curah jantung. terjadi peningkatan aktifitas saraf simpatetik, stimulasi pengeluaran Renin, Angiotensin- Aldosteron, dan pelepasan ADH.
Mekanisme kompensasi neuro-hormonal ini membantu sementara dalam mempertahankan curah jantung yang adekuat tetapi menyebabkan tenjadinya “cardiac modeling” (perubahan pada struktur dan ventnikel: dilatasi, hypertropi) serta berperan memperberat kondisi gagal janitung itu sendiri.
Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan ontotik di dalam kapiler pulmonal. Jika tekanan hidrostatik meningkat, atau tekanan onkotik koloid menurun maka akan mengakibatkan cairan tertahan di kapiler pulmonal dan ruang interstisial, keadaan ini disebut sebagai edema interstisial. Jika cairan secara terus menerus masuk melalui kapiler pulmonal dan masuk ke alveoli disebut edema alveolar.
Edema paru dapat menyebabkan gangguan difusi antara alveoli dan kapiler pulmonal.
3 (tiga)  langkah terjadinya edema paru adalah:
-       “stage 1” - peralihan cairan ke intertisial paru meningkat akibat dan aliran limfatik meningkat
-       “stage 2” — kapasitas limfatik untuk mengalirkan cairan menurun dan cairan mulai menumpuk di ruang intertisial yang mengelilingi bronithiolus dan vaskuler paru terlihat sebagai gambaran intertisial edema paru pada foto thorax.
-       “stage 3” — dengan semakiri meningkatnya jumlah cairan, peningkatan tekanan menyebabkan kerusakan permiabialitas membran alveolar. Pertama-tama cairan memasuki perifer kapiler alveoli lalu kemudian membanjirii alveoli. Pada ‘stage’ 3 gambaran foto thorax akan terlihat garnbaran edema alveolar, pertukaran gas menjadi terganggu.


III.           ETIOLOGI

Umumnya penyebab dan edema paru adalah berasal dan jantung. Identifikasi penyebab utama akan dapat menyelamatkan hidup.
Adapun beberapa penyebab dan edema paru adalah:
1.  Perubahan permiabiltas kapiler :
a.  Edema paru karena infeksi (viral atau bakterial)
b.  Terhirup racun
c.  Adanya racun dalam sirkulasi
d.  Zat vasoaktif (histamni, kinins)
e.  Kerusakan faktor koagula (Disseminated intravascular coagulation)
f.   Reaksi Immunologi
g.  Radiasi pneumonia
h.  Uremia
i.    Tenggelam
j.    Aspirasi pneumonia
k.  Terhisap asap
l.    Adult respiratory distress syndrome

2.  Peningkatan tekanan kapiler paru :
a.    Penyebab kardiak:
-     Gagal jantung kiri
-     Mitral stenosis
-     Subakut bakerjal endokarditis
c.    Penyebab Non kardiak:
1)  Fibrosis vena pulmonal
2)  Stenosis vena pulmonal kongenital
3)  Penyakit oklusif vena pulmonal
d.     Pemberian cairan infus berlebih.

3.  Penurunan tekanan onkotik
Hypobuminemia dari berbagai penyebab (renal, hepatik, nutrisi, atau kehilangan protein enteropati)
4.    Lymphatic insufficiency
5.    Campuran atau mekanisme lain tidak diketahui
a.    Edema paru akibat dari “High-ahitude”
b.    Edema paru neurogenik (trauma CNS, perdarahan subarachnoid)
c.    Overdosis narkotik
d.    Emboli pulmonal (sangat jarang)
e.    Penyakit parencim paru
f.     Eklampsia
g.    Kardiovers
h.    Postanesthetik
i.      Kandiopulmonary bypass

IV.          MANIFESTASI KLINIK

Gejala dan tanda pada edema paru dapat dimulal sebagai manifestasi utama penyakit tertentu atau evolusi dan penyakit yang ada.
Pasien terlihat dispnea, takhipnea, ditopne, hypertensi, ekstremitas dingin dengan disertai atau tidak cianotik, batuk dengan bercak darah, penggunaan pernafasan tambahan, ronkhi disertai atau tidak wheezing.
Pada proses awal, saat edema hanya terjadi di interstisial, pasien dapat hanya tertihat takhipnea dan batuk kering. Saat cairan paru menumpuk, pasien dengan cepat akan menjadi dipsnea, sianosis, dan mengeluarkan banyak sputum dengan bercak darah merah muda.

V.           PENEMUAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan pada edema paru adalah pemeriksaan darah:
Analisa gas darah pada tahap awal terdapat penurunan PO2 dan PCO2 yang kemudian pada tahap lanjut PO2 akan semakin turun sedangkan PCO2 semakiri meningkat. Pada PO2 <50 mmHg serta PCO2 = 50 mmHg menggambarkan kondisi semakiri memburuk sehingga diperlukan ventilasi mekanik.

Analisis dan pemeriksaan mikroskopik urin:
Kemungkinan terdapat proteinuria.

Foto thorak.S PA dan lateral:

Tanda awal edema paru (intertisial edema) adalah garis the Kerley B garis horizontal terlihat secara lateral pada sisi bawah sepanjang 2 cm long pada daerah pembuluh darah di sudut paru. Saat edema berkembang menjadi alveolar edema maka akan terlihat gambar bayangan kupu-kupu di daerah central dan daerah pinggiran lobus tampak bersih. Gambaran lain yang dapat terlihat adalah pembesaran jantung pada pasien dengan gagal jantung. Perlu diingat bahwa pada tahap awal ARDS dapat menyebabkan edema paru kardiak.Untuk dapat membantu membedakan edema kardiak dan non kardiak dan eksudat seperti pada pnemonia yaitu kecepatan edema timbul dan hilang, perkembangan bermakna dalam waktu 24 jam akan terlihat pada edema paru kardiak.

           EKG

Bila terdapat gangguan kardiak yang menimbulkan edema, EKG dapat terlihat gambaran gangguan irama atau pembesaran jantung.

Pemerikaaan lanjut:

Pada pasien tertentu di mana penyebab edema tak jelas, kateterisasi jantung kanan dapat dilakukan untuk melakukan pengukuran tekanan baji paru. yang besarnya meningkat letih dan 25 mmHg pada edema paru, sedangkan pada non kardiak edema paru tekanan baji paru normal atau rendah. Hocardiography dapat memperlihatkan valvular atau kardiomiopati bila ada. Kultur darah dan pemenksalm fungsi paru dapat dilakukan setelah kondisi stabil.


VI.          KOMPLIKASI

Komplikasi dan edema paru adalah gagal nafas

VII.   TERAPI MEDIS

Pendekatan terapi pada edema paru adalah:
1.    Terapj oxygen 100% melalui sungkup untuk memenuhi kebutuhan oxygenisasi
2.    Pemberian Morfin untuk mengurangi kecemasan, menurunkan respon simpatetik sehingga terjadi dilatasi vena dan menurunkan beban awal. yang dapat mengurangi edema paru. Akan tetapi tidak boleh diberikan pada pasien dengan penurunan sensory “respiratory drive” karena akan dapat menyebabkan henti nafas. Bila hal ini terjadi naloxone (0.8 to 2.0 mg IV bolus) harus diberikan. Dosis awal morfin is 2 to 5 mg IV bolus, dapat diulang sampai dengan maximum I5 mg.
3.    Furosem (40 to 100 mg IV bolus) harus segera diberikan karena dapat langsung memobilisasi cairan dan paru ke sirkulasi kernudian dikeluarkan melalui urine sehingga mengurangi “venous return”.
4.    Nitroglycerine harus diberikan sublingual atau intavena drip, akan membantu mengurang edema dengan vena dilatasi. Juga mendilatasi arteri koroner sehingga dapat mengobati ishkemia yang dapat merupakan penyebab terjadinya edema paru
5.    Digoxin dapat diberikan bila terjadi atrial fibrilasi dengan rapid ventrikular respon.
6.    Terapi inhalasme dengan beta-adrenergic agonists atau aminophylin IV dapat diberikan untuk mengatasi bronchospasme yang mungkin terjadi sebagai respon dari edema paru. Aminoplyjin meningkatkan aliran renal plasmatic, pengeluar sodium, kontraksj cardiac dan menyebabkan venoditatasi, sehingga menurunkan resiko vascular perifer. Keduanya dapat meyebabkan takhikardia dan aritmia supra ventrjkujer.
7.    Cara lain untuk mengurangi preload adalah dengan .plebotomi sekiiar 500 ml dan plasmapheresis
8.    Bila terjadi edema paru non cardiac harus diatasi penyebab, pertahankan fungsi respirasi dan pertimbangkan penggunaan obat yang sesuai.

VIII. PROSES PERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

1.    Riwayat Kesehatan

PengumpuIan data subjektif tentang kondisi yang menyebabkan pasien membutuhkan perawat di RS. Gagal jantung seringkali penyebab timbulnya edema parui sehingga perlu dikaji lebih jauh. Oleh karena itu data yang dikumpulkan hendaknya meliputi:
·      Riwayat penyakit jantung dan pengobatanya.
·      Sering timbul rasa nafas pendek
·      Toleransi terhadap aktifitas menurun
·      Kaki mengalami pembengkakan
·      Peningkatan berat badan berlebihan dalam beberapa hari
·      Sering terbangun pada malarn hari, tinggi kepala saat tidur
·      Obat yang masih diminum
·      Diet yang di jalankan
·      Penyakit lain yang diderita

c.    Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pengenalan gejala dan tanda edema paru:
-       Gejala dan tanda bendungan jantung, paru, dan vena:
·      Terdapat BJ 3 dan atau BJ 4
·      Onthopnea
·      Nafas cepat
·      Terdapat ronchi paru
·      Batuk
·      Edema pcrifcr
·      DistenSi vena jugular
·      Hepatomegali
·      Anorexia
-       Gejala dan tanda edema paru:
·      batuk produktif diserta sputum dengan bercak darah merah
muda
·      gallop
·      nocturia dan oliguria

d.    Pemeriksaan Penunjang

Lihat pada penjelasan penemuan diagnostik


B.   DIAGNOSA

1.  Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan:
·      Meningkatnya frekuensi dan kedalaman nafas akibat dan takut
dan cemas
·      Menurunnya “complaince” paru akibat dan efusi pleura dan penumpukan cairan di intertitium paru dan alveoli
·      Menurunnya pengembangan paru akibat dan kelemahan, menurunnya mobilitas, dan penekanan diagprama karena penumpukan cairan
·      Depresi pernafasan atau akibat dan hypoxia, hypercapflia. dan penurunan suplai darah cerebral.

2.  Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan:
·      peningkatan resisten jalan nafas akibat dan edema mukosa bronkhial dan penekanan jalan nafas akibat dan pembesaran pembuluh pulmonal
·      penumpukan sekret akibat dan penut-unan mobilitas dan kemampuan batuk yang menurun.
3.  Gangguan pertukaran gas hypoxemia berhubungan dengan:
·      gangguan difusi akibat dan penumpukan cairan di interstisial paru dan alveoli
·      penurunan perfusi janingan paru akibat dan penurunan curah jantung
4.  Gangguan pertukaran gas hypercapnia berhubungan dengan:
·      gangguan difusi akibat dan penumpukan cairan di interstisial paru dan alveoli
·      alkalosis metabolik
5.  Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan penurunan oksigen sekunder dan penurunan curah jantung dan hipertensi pulmonal.


C.   RENCANA
Diagnosa keperawatan I
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan:
·      Peningkatnya frekuensi dan kedalaman nafas akibat dan takut dan cemas
·      Menurunnya “complaince’ paru akibat dan efusi pleura dan penumpukan cairan di intertitium paw dan alveoli
·      Menurunnya pengembangan paru akibat dan kelemahan
·      Menurunnya mobilitas, dan penekanan diagprama karena penumpukan cairan
·      Depresi pernafasan atau akibat dan hypoxia, hypercapnia, dan penurunan suplai darah cerebral
Tujuan:
Curah jantung optimal
 Rencana
o  Beri rasa nyaman (atur posisi, terapi analgetik)
o  Latih tehnik relaksasi
o  Atur penggunaan energi
o  Pertahankan patensi jalan nafas
o  Observasi tanda-tanda vital
o  Observasi tingkat kesadaran
o  Beri therapy 02
o  Periiksa analisa gas darah
Diagnosa keperawatan 2
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan:
o peningkatan resisten jalan nafas akibat dan edema mukosa bronkhial dan penekanan jalan nafas akibaL dan pembesaran pembuluh pulmonal
o penumpukan sekret akibat dan penurunan mobilitas dan kemarnpuan batuk yang menurun.
Tujuan
Mempentahankan kebersihan jalan nafas
Rencana
o Observasi pernafasan (frekuensi, irama dan kedalaman)
o Auskultasi bunyi paru
o Beri posisi nyaman
o Observasi cyanosis dan mukosa
o latih nafas dalam dan batuk efektif
o lakukan fisiotherapi dada
o lakukan pengisapan lendir
o koordinasi pembenian therapi bronchodilator
o atur posisi agar tidak terjadi aspirasi paru
o pastikan intake cairan dan humidikasi baik
o beri terapi sesuai program

Diagosa keperawatan 3
Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan:
o peningkatan resisten jalan nafas akibat dan edema mukosa bronkhial dan penekanan jalan nafas akibat dan pembesaran pembuluh pulmonal
o penumpukan sekret. akibat dan perubahan mobilitas dan kemampuan batuk yang menurun.
Gangguan pertukaran gas hypoxemia berhubungan dengan:
o gangguan difusi akibat dan penumpukan cairan di intestisial paru dan alveoli
o penurunan perfusi jaringan paru akibat dan penurunan curah jantung
Tujuan
Oksigen arteri dalam batas normal
Rencana
o Ajarkan dan motivasi untuk nafas dalam
o Peningkatan jalan nafas
o Atur posisi yang nyaman
o Ajarkan gejala dan konsekwensi dan hypoksemia
o Ajarkan pengaturan penggunaan terapi oksigen
o Pilih alat terapi oksigen sesuai dengan aktifitas pasien
Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan pertukaran gas hypercapnia berhubungan dengan:
o gangguan difusi akibat dan penumpukan cairan di intertisial paru dan alveoli
o alkaloss metabolik
Tujuan
Mengembalikan PaCO2 ke dalam batas kómpensasi pasien
Rencana
o Ajarkan dan motivasi untuk nafas dalam
o Peningkatan jalan nafas
o Atur posisi yang nyaman
o Ajarkan gejala dan konsekwensi dan hypoksemia
o Ajarkan pengaturan penggunaan terapi oksigen
o Pilih alat terapi oksigen sesuai dengan aktifitas pasien
o Stjmulasj usaha nafas jika diperlukan (pada pos anasthesi, penggunaan narkotik. tranquaher)
o Ajarkan tanda, gejala dan konsekwens, dan hypercapnia
o Hindari penggunaan terapi yang mengandung depresan CNS
o Monior status asam-basa dan konsultasikan dengan dokter tentang penyebab dan penanganan.

Diagnosa Keperawatan 5
Ganguan rasa nyaman sesak berhubugan dengan:
o peningkatan resisten jalan nafas
o peningkatan level aktifitas
o penurunan “lung complaince” (edema paru).
Tujuan
Meningkatkan rasa nyaman dengan mengurangi dypsnea
Rencana
o Latih relaksasi
o Atur jadwal aktifitas dan istirahat
o Latih nafas dalam
o Atur posisi yang nyaman

Diagnosa Keperawatan 6
Ketidakmarnpuan rnelakukan aktifitas berhubungan dengan penurunan oksigen sekunder dan penurunan curah jantung dan hipertensi purnonal.
Tujuan
Meningkatnya kemampuan meIakukan aktifitas dengan adanya toleransi jantung.

Rencana
o Kaji dan observasi respons pasien terhadap aktifitas (tanda — tanda vital)
o Rencanakan periode istirahat antar program aktifitas
o Bantu pasien uniuk melakukan perawatatan diri secara bertahap
o Meningkatkan prograrn aktifitas secara periodik.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
ANGINA PEKTOKIS
I.    PENGERTIAN

Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbulkan karena iskhemik rniokard tanpa kematian set dan sifatnya sementara.

II.  PATOFISIOLOGI

Iskhemik miokard terjadi akibat kehdakseimbangan antara suplal dan kebutuhan oksigen otot-otot jantung.

III. ETIOLOGI

·      AtherOSkelOns arteri koroner.
·      Hypertensi.
·      Penyakit pada katup Aona.
·      Anemia
·      Aritmia (terutama takiaritmia).
·      TirotokSikoSls.
·      Shock
·      Gagal jantung.
·      Spasme arteri koroner.

IV.    MANIFESTASI KLINIK

·      Rasa terbakar seperti direntas dan berat didaerah dada, leher, dagu, tengan kiri hingga ke belakang punggung dan daerah epigastrium
·      Sukar bernafas.
·      Lemas
·      Mual
·      Pucat
·      Keringat dirigin
·      Takikardia.
·      Tekanan darah naik.



V. PENEMUAN DIAGNOSTIK

1.  Laboratorium
Enzym CK-MB tidak naik pada angina.
2.  Ktrokardiogram
Kadang tampak gambaran dan injuri miokardiat atau iskhemik, transien ST
depresi dan perubahan getombang T.
3.  Ekhokardiograpi:
Kadang tampak gambaran transient gerakan dinding yang abnormal,
terganggunya fungsi katup jantung, hiperiropi.
4.  Hasil kadang dapat positifpada CAD. Sangat scnsitifpada keadaan Left Main
Artery atau Three Vessel Disease dan sensitivjtas akan berkurang 40% pada
Single Disease.
5.  Miokardial Seintigraphy (Thalium):
Dengan exercise atau sires farmakologi dapat (ampak iskaemik, infark, terganggunya fungsi ventrikel kiri.
6.   Kateterisasj:
Digunakan untuk mengkaji luas dan beratnya penyakit pada CAD dan fungsi dan valvular serla ventrikel.

VI.    KOMPLIKASI

1.    Infark Miokard
2.    Gagal Jantung
3.    Kelainan Katup.
4.    VSD.
5.    Multi Organ Failure.

VII.   TERAPI MEDIS

1.  Nitrogliserin
a.   Efek : - Relaksasi otot polos, venodilator.
-   Venus return menurun, darah berkumpul disistemik sehingga preload menurun.
-   Menurunkan kebutuhan oksigen.
-   Menghilangkan spasme arteri koroner sehingga aliran darah dan oksigenasi ke miokard bertambah.
b.  Diindikasikan pada angina pectoris, infark miokard, gagal jantung kiri dan hipertensi.
c.  Dosis sublingual tiap 5 menit hingga tiga kali / dosis.
d.  Dosis intra vena drip mulai 5 - 10 mikrogram / menu dan titrasi tiap 5 - 10 menu hingga nyeri hilang atau hipotensi tampak. Karena berefek menurunkan tekanan darah maka berikan cairan infus dan posisikan pasien tertelungkup.

2.  Beta-Adrenergic Bloker (Atenolol, Metoprolol dli)

a.  Efek: - Mengurangi angina
-     Menurunkan heart rate dan kontraktilitas.
-     Menuninkan kebutuhan oksigen pada miokard.
-     Meninglcatkan waktu pengisian saat diastolik.
-     Meningkatkan toJransi exercise.

b.  Dosis oral biasanya sudah adekwat, diberikan secara IV bila unstable angina.
c.  Kontra indikasi path Asthma Bronchiale, Gagal Jantung (kecuali yang disebabkan oleh iskhemik), AV Block, Hipotensi.

3.  Calsium Channel Antagonis (Nifedipifle, VerapamiL Diltiazem, dll)

a.  Negative inotropic dan krortotropiC.
b.  Meningkatkan ambang angina, mengurangi iskaemik dan meningkatkan tokransi exersi
c.  Vasodilatasi.
d.  Digunakan pada angina, hipertensi. SVT.
e.  Kontra indikasi untuk AortiC Valve Disease, Anemia berat. AV Bloci:, WPW Sindrome.
f.   Dapat digunakan sebagai preparasi pada tindakan PTCA. Stent, CABG. Arteryctomy, Arleriography


VIII. PROSES PERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

1.    Sistem Respirasi

·      Pernafasan dangkai, pucat dan diaporeSi. transient rates.

2.    Sistem Vardioskuler

Rasa terbakar seperti direntas dan berat di daerah dada. dagu, lengan kiri hingga ke belakang punggung dan daerah epigastrium, takikardia, perubahan gelombang T dan transient ST depresi. Arilmia, S.

3.    Sistem Gastrointestinal

Mual, nyeri lambung dan muntah

4.    Sistem Neorologi

Pusing dan nyeri

B.   DIAGNOSA

1.    Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
2.    Cemas berhubungan dengan masuk rumah sakit.
3.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan aritmia.
4.    Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.


C.   RENCANA
Diagnosa keperawatan I
Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan:
Nyeri dada terasa
 Rencana
o  Istirahatkan pasien saat sakit dada.
o  Beri oksigen sesuai protokol.
o  Ukur tanda vital dan rekam
o  Ajarkan tehnik relaksasi.
o  Kaji nyeri dengan skala nyeri.
o  Beri terapi sesuatu program pengobatan.
Diagnosa keperawatan 2
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi penyakitnya.
Tujuan
Cemas berkurang atau hilang
Rencana
o Jelaskan prosedur I tindakan, perkembangan penyakitnya.
o Orientasikan Iingkungan.
o Beri terapi sesuai program.
Diagosa keperawatan 3
Penurunan curah jantung berhubungan dengan aritmia
Tujuan
Mempertahankan curah jantung optimal.
Rencana
o Observasj tanda-tanda yital
o Kaji tingkat kesadaran
o Observasi urine output
o Monitor hemodinamik
o Monitor EKO dan rekam EKO 12 lead.
o Beri terapi sesuai program.
Diagnosa Keperawatan 4
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan
Pasien mendapatkan informasi tentang penyakit. tanda dan gejala, penyebab dan pengobatan.

Rencana
o Kaji kesiapan pasien dalam menerirna informasi.
o Identifikasi kebutuhan informasi.
o Tentukan metode pengajaran yang akan dilakukan
o Jelaskan proses penyakit, tanda dan gejala, penyebab dan pemberian obat.
o Dokumentasikan materi pengajaran dan respon pasien.
o Kolaborasi pasien dengan ahil gizi, rehabilitasi dll.



ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
INFARK MIOKARD

I.      PENGERTIAN

Infark miokard adalah suatu keadaan nekrosis atau kematian otot jantung secara tiba-tiba yang disebabkan tidak adekuatnya suplai darah arteri koroner ke seluruh otot jantung

II.            PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya arteroskierosis karena intima arteri timbul bercak-bercak yang menyebabkan protiferasi set intima dan akhirnya suatu penutupan set terbentuk. Bagian tengah dari penutupan kecil terdiri dari ml set intima nekrosis, kotesterol, lipid pada dinding arteri. Saat penutupan menjadi lebar, ini dikenal dengan plak. Proses inflamasi menyebabkan kolesterol ml mengendap ke arah kerusakan pada intima halus. Sesuai dengan peningkatan ukuran plak, adhesi trombosit mulai terjadi

III.           ETIOLOGI

·      Atheroskterosjs CAD
·      Spasme arten koroner
·      Emboti arteri koroner

IV.          MANIFESTASI KLINIK

1.  Nveri dada lebih dan 30 menit dan makin lama bertambah berat yang menjalar ke daerah leher, dagu, lengan, punggung. Tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat atau nitroghsenin.
2.  Akut ST elevasi dan abnormal gelombang Q

V.           PENEMUAN DIAGNOSTIK

1.  Laboratorium
CK- MB enzym naik datam 6 jam, Ieukositosis
2.  Elektrokardiogram:
Perubahan EKO berhubungan dengan lokasi nekrosis dan ditandai adanya akut ST elevasi dan abnormal gelombang Q
3.  Ekhokardiografi:
Menilik fungsi ventrikel kiri, gerakan dinding jantung abnormal.
4.  Kateterisasi:
Tampak tidak terisi dengan baik daerah infark/iskhemik saat diberikan kontras. Abnormal gemakan dinding jantung saat evaluasi LV graphy.

VI.          KOMPLIKASI

1.  Aritmia dan gangguan sistim konduksi terutama VF, VT dan heart blok
2.  Gagal jantung kiri
3.  Cardiogenk shock
4.  Tromboemboli sistemik atau pulmonar
5.  Papilari muscle rupture,  mitral insufisiensi
6.  Aneurisilla ventrikel
7.  VSD
8.  Perikarditis.

VII.   TERAPI MEDIS

1.  Trombolitik
2.  PTCA
3.  Ancillary drug therapy. seperti aspirin, heparinisasi. nitrate
4.  CABO

VIII. PROSES PERAWATAN

A.   PENGKAJIAN

1.  Sistem Respirasi
Dispnea, pucat, diaphoresis rates
2.  Sistem Vardioskuler
Takikardia, perubahan gelombang Q dan akut ST elevasi, edema tungkai. thrill PMI abnormal,S,. pulsasi ireguler dan distensi vena jugularis.
3.  Sistem Gastrointestinal
Mual, muntah dan nyeri lambung

4.  Sistem Neorologi
Pusing dan nyeri

B.   DIAGNOSA

1.    Nyeri berhubungan dengan penurunan aliran darah koroner yang menyebabkan injuri miokard dan nekrosis.
2.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan iskaemik / nekrosis miokard.
3.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan iskhemik / infark miokard.
4.    Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan body image.
5.    Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

C.   RENCANA
Diagnosa keperawatan I
Nyeri berhubungan dengan penurunan aliran darah korvuler
Tujuan:
Nyeri pasien berkurang atau hilang
 Rencana
o  Istirahatkan pasien saal sakit dada.
o  Beri oksigen sesuai protokol.
o  Ukur tanda vital dan monitor EKG (rekam EKG 12 l’.l)
o  Pasang / perialiankan IV line.
o  Dokumentasikan dan monitor rasa nyeri; kwalitas, durasi, intensitas, frekwensi dan efektivitas obat.
o  Ajarkan teknik relaksasi.
o  Kaji nyeri dengan skala nyeri.
o  Kolaborasi untuk pengobatan yang dibutuhkan, kitis, dosis, frekwensj, rule dan kebutuhan titrasi tergantung dan respon pasien (tanda vital, pain relief).
o  Laporkan bila nyeri berlanjut unluk menentukan intervensi medis yang lebih baik.


Diagnosa keperawatan 2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan iskhemik / neckrosis miokard
Tujuan
Pasien dapat melakukan aktivitas sampai pada batas yang diinginkan atau yang dibutuhkan.
Rencana
o Ukur tanda viral
o Kaji kemainpuan pasien dalam beraktivitas
o Istirahatkan pasien dan beri suasana tenang
o Informasikan untuk tidak menggunakan tenaga/energi yang berlebihan dalam aktivitas sehari-hari seperti jangan mengejar.
aktivitas bila pasien menunjukan respon seperti sakit dada, sesak, pusing dan penurunan BP serta HR.
o Beri terapi sebelum aktivitas sesual program (kolaborasi).
Diagosa keperawatan 3
Penurunan curah jantung berhubungan dengan iskhemik I infark miokard
Tujuan
Curah jantung optimal
Rencana
o Kenali terapi yang berefek penunman cardiac output.
o Observasi tanda vital/monitoring hemodinamik.
o Beri oksigen sesuai protokol.
o Pertahankan I pasang IV line
o Beri terapi sesual program.
o Rekarn EKG 12 lead

Diagnosa Keperawatan 4
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan body image
Tujuan
Cemas berkurang atau hilang
Rencana
o Kaji kesiapan pasien dalam menerirna informasi.
o Kaji tingkat cemas (ringan, sedang, berat)
o Beri kenyamanan dan ketenangan hati seperti temani pasien bicara perIahan-lahan,  kalimat sederhana dan pendek serta perlihatkan rasa empati.
o Motivasi pasien ur.uk mengekspresikan perasaan, pikiran dan keinginan dirinya
o Motivasi pasien untuk berlanya mengenai masalah, penanganan dan progfnosa
o Berikan informasi yang dapat dipercaya dan diperkuat informasi yang telah diberikan
o Berikan kesernpatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalamana yang sama
o Beri dukungan pada keluarga : etika mereka berupaya untuk beradaptasi.
Diagnosa Keperawatan 5
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan
Pasien mendapatkan informasi tentang penyakit, tanda dan gejala. penyebab dan pengobatan.
Rencana
o Kaji kesiapan pasien dalam menerirna informasi.
o Identifikasi kebutuhan informasi.
o Tentukan metode pengajaran yang akan dilakukan (perorangan, video, garnbar dll)
o Jelaskan proses penyakit, tanda dan gejala, penyebab dan penggunaan obat.
o Dokumentasikan pengajaran dan respofl pasien.
o Kolaborasi pasien dengan ilmu gizi, rehabilitasi dll.





















Oval: HIPERTENSI KRISISASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


I.    PENGERTIAN

Hipertensi krisis adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi dimana tekanan diastol meiebihi l20 mmHg-130 mmHg

Hipertensi krisis dibagi menjadi 2:
o   Hipertensi emergensi bersifát akut, membahayakan jiwa.Hal ini terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target
o   Hipertensi urgensi adalah hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu diturunkan segera atau bertahap dalam waktu 24 — 48 jam. Penurunan tekanan darah terlalu cepat dapat rnenimbulkan efek ischemik pada organ target.

II.  PATOFISIOLOGI

Pada hipertenst primer, perubahan patologisnya tidak jelas di dalam pembuluh darah dan organ-organ. Perubahan patologis terjadi perlahan-lahan yang meluas yang mengambil tempat pada pembuluh besar dan pembuluh darah kecil pada organ-organ seperti jantung, ginjal dan otak. Pembuluh darah seperti aorta, arteri koroner, arteri basiler yang ke otak dan ke pembuluh darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan membengkak. Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke jantung menurun. Begitu juga ke otak dan ekstermitas bawah btsa juga terjadi kerusakan pada pembuluh darah besar
(oklusi atau perdarahan).


III. ETIOLOGI

Menurut penyebabnya, hipertensi dapat di bagi dalam 2 kategori yaitu:
1.  Hipertensi primer atau esensial merupakan bagian terbesar (90%) dan penderita hipertensi yang ada di masyarakat. Sampal saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari hipertensi primer ini.
2.  Hipertensi sekunder (5% - 10%) dan jumlah kasus di masyarakat. Hipertensi ini disebabkan oleh kelainan-kelainan di dalam tubuh, di antaranya:
a.      Kelainan ginjal
o  Glomerulonepritis akut (GNA).
o  Glomerulonepritis kronis (GNC).
o  Pyeioiiepritis kronis (PNC).
o  Penyempitan arteri renalis
b.      Kelainan hormon
o  Diabetes melitus
o  Pil KB.
c.      Kelainan neurologis
d.      Lain-lain (obat-obatan, preeklamsi, koartasio aorta).

IV.    MANIFESTASI KLINIK

Pada hipertensi, kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan, tetapi pada beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan otot, epistaksis bahkan ada yang mengalami perubahan mental.

V. PENEMUAN DIAGNOSTIK

Pada pasien hipertensi data-data yang menunjang dapat ditemukan pada beberapa pemeriksaan diantaranya adalah:

EKG
Kemungkinan adanya gambaran pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri dan adanya penyakit jantung koroner atau aritmia Iainnya.
 
Laboratorium.
Fungsi ginjal (urine lengkap, ureum, cretinin, BUN dan asam urat serta darah lengkap lainnya).

Foto rontgen.
Kemungkinan ditemukan gambaran pembesaran jantung, peningkatan vaskularisasi atau aorta yang lebar.
 
Ekhocardiografi
Biasanya ditemukan gambaran penebalan pada dinding ventrikel kiri, dilarasi, gangguan fungsi sisiolik dan diastolik dan penurunan kontraktilitas jantung.

VI.    KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering timbul adalah:
o   Anak yang TF asianotik sering berkembang menjadi sianotik.
o   Gejala bertambah memburuk sehubungan dengan semakiri beratnya stenosis infundibulum.
o   Sering terjadi spell hipoksia
o   Abses cerebri
o   Infeksi endokarditis
o   Polisitemia
o   Gangguan pertumbuhan
o   Koagulopathi
o   Anemia defisiensi besi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi ini adalah dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ lain di antaranya:
1.    Penyakit pembuluh darah otak
o  Stroke
o  Perdarahan otak
o  Transient Ischemic Attack (TIA).
2.    Penyakit jantung
o  Gagal jantung
o  Angina pectonis
o  Infark miokard
3.    Penyakit ginjal
Gagal ginjal.
4.    Penyakit mata
o   Perdarahan retina
o  Penebalan retina
o  Odema pupil.

VII.   PROSES PERAWATAN

PENGKAJIAN

1.    Aktifitas dan istirahat
Subyektif
:
temah, lelap dan sesak nafas
Obyekif
:
denyut nadi meningkat, perubahan irama jantung dan tahypnea.
2.    Sirkulasi
Subyektif
:
riwayat hipertensi, aterosklerotik,CAD, kelainan katup jantung, CVD dan palpitasi.
Obyekif
:
tekanan darah meningkai, hipotensi postural, nadi bounding, kekuatan pulsasi berbeda pada area yang berbeda
3.    Integritas ego  
Subyektif
:
perubahan kepribadian, cemas, depresi, euphoria, niarah yang kronis dan stress
Obyekif
:
perubahan suasana hati dan mood , gelisah, lapangan perhatian  menyempit, otot-otot wajah tegang dan pola bicara meningkat
4.    Eliminasi
Subyektif
:
riwayat infeksi,. obstruksi traktus urinarius
5.    Makanan dan cairan
Subyektif
:
menyenangi makanan yang asin dan berlemak, mual, muntah,riwayat penggunaan diuretik, berat badan bertambah atau berkurang.
Obyekif
:
berat badan normal atau obesitas, edema, distensi vena jugularis.
6.    Neurosensoris
Subyektif
:
Pernah pingsan, pusing, sakit kepala, kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan dan epistaksis
Obyekif
:
terjadi perubahan dalam : kesadaran, orientasi, pola dan isi pembicaraan, proses berfikir, respons motorik, papil edema, exudat dan perdarahan pada retina.
7.    Rasa nyeri dan tidak nyaman
Subyektif
:
angina, nyeri inermitten pada kaki, sakit kepala yang berat pada occipital dan nyeri abdomen
8.    Pernafasan
Subyektif
:
dyspnea pada aktifitas, tachipnea, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnca dan batuk
Obyekif
:
“respiratory distress”, terdapat bunyi nafas tambahan : ronkhi dan wheezing, tampak sianosis
9.    Keamanan
Subyektif
:
koordinasi tubuh lemah, riwayat hipotensi postural
10. Pendidikan
Subyektif
:
terdapat faktor resiko hipertensi, atherosclerotik. penyakit jantung, diabetes ataupun penyakit ginjal



DIAGNOSA

1.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokonstrikSil iskhemi miokardl hipertrophi ventrikel
2.    Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan kelemahan yang menyeluruhl suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang
3.    Gangguan rasa nyaman sakit kepala berhubungan dengan kenaikan tekanan pada pembuluh darah cerebral
4.    Gangguan nutrisi lebih dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan berlebihan/ gaya hidup sedentary
5.    Koping pasien tidak efektif berhubungan dengan: krisis situasional I maturitas/ perubahan hidup yang multiple/ kurang relaksasi/ tidak melakukan olah raga/ nutrisi buruk/harapan tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi tidak realistis/ metode koping tidak adekuat.

RENCANA
Diagnosa keperawatan I
Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload/vasokonstriksi/iskemi miocard/hipertrophi ventrikel
Tujuan:
Curah jantung optimal
 Rencana
o  Monitor tekanan darah, ukur pada kedua tangan dan paha untuk pengkajiafl pertama. Gunakan manset yang ukurannya tepat dan tehnik pengukuran yang
akurat.
o  Perhatikan pulsasi perifer dan kualitasnya.
o  Auskultasi bunyi jantung dan nafas.
o  Observasi warna, kelembaban dan suhu kulit serta waktu pengisian kapiler.
o  Kaji apakah ada edema.
o  Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi jumlah pengunjung dan lamanya waktu berkunjung.
o  Batasi aktifitas, buat skedul istirahat pasien yang tidak boleh di ganggu.
o  Ajarkan keluarga memberi masase punggung dan leher serta tinggikan bagian kepala pasien.
o  Motivasi pasien untuk melakukan tehnik relaksasi dan aktifitas yang dapat mengalihkari perhatian.
o  Observasi respon pasien terhadap obat anti hipertensi.
Diagnosa keperawatan 2
Ketidakmampuan melawan aktititas berhubungan dengan kelemahan yang menyeluruh/ suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang.
Tujuan
Dapat melakukan aktifitas
Rencana
o Kaji respon pasien terhadap aktifitas, ukur tanda-tanda vital. Perhatikan jika kenaikan nadi Iebih dan 20X/menit dan nadi istirahat atau terdapat peningkatan diastolic 40 mmHg/ tekanan diastolik 20 mmHg. Perhatikan juga timbulnya dyspnea, chest pain, keletihan yang berlebihan diaphoresis pusing dan sinkop.
o Motivasi pasien untuk menghemat tenaga misalnya mandi dengan duduk di kursi.
o Motivasi pasien untuk meningkatkan aktifitas secara bertahap sesuai dengan kondisi dan kemampuan fisik pasien.

Diagosa keperawatan 3
Gangguan rasa nyaman, sakit kepala berhubung dengan kenaikan tekanan pada pembujuh darah cerebral
Tujuan
Sakit kepala hilang
Rencana
o Tirah baring pada face akut.
o Beri kompres dingin pada kening, Pwlggung dan leher. Ciptakan ketenangan, penerangan yang redup, motivasi untuk melakukan tehnik relaksasi
o Motivasi pasien untuk tidak melakukan kegiatan yang menanbah sakit kepala misalnya mengedan waktu buang air besar, batuk yang keras.
o Motivasi untuk melakukan mobilisasi sesual kondisi pasien
o Beri obat sesuai instruksi dokter (penenang, analgetika).
 Diagosa keperawatan 4
Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan berlebihan/ gaya hidup sedentary.
Tujuan
Berat badan ideal
Rencana
o Kaji kebutuhan pasien tentang hubungan antara hipertensi dan obesitas. Diskusikan tentang pentingnya mengurangi kalori, garam, lemak dan gula dalam intake makanan sesuai dengan yang dianjurkan dokter/ ahli gizi.
o Dorong dan pastikan keinginan pasien untuk mengurangi berat-badan.
o Observasi intake kalori setiap hari, identifikasi kekuatan dan kelemahan. Jalani program diet.
o Buat rencana penurunan berat badan yang realistis: 0,5 - 1 kg/mg.
o Motivasi pasien untuk mempertahankan intake makanan yang ditetapkan, waktu makan dan perasaan waktu makan.
o Motivasi pasicn unwk memilih rnakanan yang sesuai, menghindari makanan yang berlemak jenuh dan kolesterol seperti mentega, keju, telor, daging dan es krim.
o Rujuk pasien keahli gizi.
Diagosa keperawatan 5
Koping pasien tidak efektif berhubungan dengan : krisis situasional / maturitas/ perubahan hidup yang multiple/ kurang relaksasi/ tidak rnelakukan olah raga/ nutrisis buruk? harapan tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi tidak realistis? metode koping tidak adekuat.
Tujuan
Koping mekanisme efektif
Rencana
o Observasi tingkat sianosis pada pasien
o Kaji keefektifan pasien dengan mengobservasi perilaku, kemampuan mengutarakan perasaan, perhatian serta kemampuan pasien untuk berpartipasi dalam pengobatan/ perawatan.
o Observasi dan catat gangguan tidur, kelelahan, menurunnya konsentrasi, mudah tersinggung, tidak mampu memecahkan masalah.
o Lakukan pemecahan masalah bersama pasien dalam mengidentifikasi perubahan cara hidup sehat dengan mengurangi atau menghindan faktor-faktor resiko tersebut.
o Diskusikan tentang pentingnya menghentikan merokok dan tolong pasien menyusun rencana berhenti merokok.
o Tekankan pentingnya partisipasi pasien dalam pengobatan dan perlunya kontrol secara teratur ke dokter.
o Ajarkan dan demonstrasikan cara mengukur tekanan darah hingga pasien dapat melakukan sendiri.
o Bantu pasien dalam menentukan schedul minim obat agar nyaman dan menyenangkan bagi pasien.
o Jelaskan tentang rasional efek samping dan dosis obat serta pentingnya minum obat sesuai instruksi dokter
o Timbang dan catat berat badan setiap hari
o Cegah intake alkohol.
o Benikan makanan cairan yang mengandung katium tinggi seperti jenik, pisang, tomat dan kentang sesuai indikasi.
o Kolaburasi dengan dokter jika pasien tidak mau makan atau minum.
o Observasi tanda dan gejala kenaikan BBIkgI han atau 2,5 kg/mg, edema pada kaki, asites, haus yang berlebihan,peningkatan nadi dan nadi ireguler.
o anti hipertensi dosis tertentu dan jadual tertentu. Motivasi pasien untuk mencegah kelupaan atau merubah/ menambah dosis obat serta menghentikan obat tanpa sepengatahuan dokter.
o Motivasi pasien agar waspada terhadap timbutnya efek samping obat.
o Anjurkan pasien untuk merubah posisi secara bertahap, dan posisi tidur ke posisi berdiri harus melalui posisi duduk untuk beberapa menit, jika tidur agar kepala sedikit di tinggikan.
o Anjurkan pasien agar tidak berdiri terlalu lama dan melakukan latihan pada kaki jika sedang di tempat tidur.
o Anjurkan pasien untuk menghindan mandi air panas, sauna bersamaan dengan minum minuman yang mengandung alkohol.
o Jelaskan pada pasien untuk melakulcan konsultasi dokter sebelum menggunakan obat yang lain dan yang diberi dokter.
o Jelaskan rasional dan diet pasien (rendah garam, lemak jenuh dan kolesterol). Bantu pasien mengidentifikasi makanan yang merupakan sumber garam narium dan mengurangi seperti garam dapur, snack yang asin, daging yang di proese, keju, asinan, saus soda, kue dan vetsin.
o Tekankan pentingnya membaca label makanan
o Motivasi pasien untuk mengurangi makanan yang mengandung asarn lemak jenuh dan kolesterol.
o Aniurkan pasien untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi kafein seperti kopi, teh, coklat.
o Tekankan pentingnya istinahat setiap hari
o Anjurkan pasien untuk meinonitor fisiologisnya terhadap aktifitas (denyut nadi dan pernafasan).
o Anjurkan pasien untuk tidak melakukan aktifitas yang dapat menimbulkan chest pain, sesak nafas, pusing dan kelelahan yang berat.
o Motivasi pasien untuk melakukan olah raga berjalan, berenang sesuai dengan kemampuan pasien.
o Tekankan pentingnya menghindarkan kegiatan isometrik.
o Anjurkan pasien melaporkan sakit kepala yang timbul timbul waktu tidur, tekanan darah yang tiba-tiba naik atau secara kontinyu meningkat, adanya chest pain, sesak nafas, kenaikan berat badan yang bermakna, edema perifer, gangguan penglihatan, epistaksis yang simultan dihentikan, depresi. emosi yang labil dan timbulnya efek samping obat.
o Demonstrasikan penggunaan ice pack di belakang leher dan tekan pada 1/3 distal hidung, serta miringkan kepala ke depan jika ada epistaksis.
o Berikan informasi tentang sumber-sumber yang ada di masyarakat dan beri dorongan pada pasien dalam melakukan perubahan cara hidup dan lakukan rujukan jika ada indikasi.


Bevel: KARDIOGENIK SYOKASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


I.              PENGERTIAN
Kardiogenik syok adalah suatu sindroma kilnis yang kompleks dimana jantung tidak mampu mempertahankan curah jantung yang adekuat untuk memcnuhj kebutuhan metabolisme tubuh yang ditandai dengan menurunnya kesadaran sampai koma.
II.            PATOFISIOLOGI
Jika penyebabnya karena kerusakan ventrikel kiri yang luas, peningkatan volume akhir diastolik akan menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri, kemudian terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya edema pulmonal. Akibat dan hal ini akan terjadi gangguan pertukaran gas dan berkurangnya oksigenasi di daerah perifer, sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
III.           ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab kardiogenik syok:
a.    lskhemik ventrikel misalnya karena MCI akut
b.    Gangguan struktur jantung, misalnya kerusakan septum ventrikel, rupture otot papilans
c.    Gangguan irama jantung.

IV.          MANIFESTASI KLINIK
Hipotensi
Tachikardia
Penurunan gangguan kesadaran
Penurunan urine output
Pulsasi arteni perifer lemah
Pengisian kapiler yang lambat
Pernapasan cepat
Penurunan curah jantung
Peningkatan PCWP
Peningkatan SVR
Penurunan C.l

V.           PEMERISAAN DIAGNOSTIK
Echokardiografi: EF yang rendah, mungkin akan terlihat adanya hipokinetik di ventrikel kiri.
Radiologi: Akan terlihat adanya bendungan di paru, CTR pada mula-mula mungkin masih dalam batas normal tetapi beberapa hari jantung akan membesar.
VI.          KOMPLIKASI
Aritmia vcntrikel
Gagal napas.
VII.   PENATALAKSANAAN MEDIS
Tergantung etiologinya, jika penyebabnya karena sumbatan akut pada koroner (infank akut) maka revaskularisasi koroner sangat diperlukan baik melalui pemberian rombolitik, primary PTCA. pemasanga IABP untuk meningkatkan suplay koroner maupun mengurangi beban ventrikel kiri, atau operasi bedah pintas koroner.
Obat- obat yang diberikan adalah: inotropik, vasodilator dan diuretik untuk menurunkan preload dan afterload, anti aritmia
Pemberian oksigen yang adekuat, koreksi asam basa dan kelainan laboratorium lain.
VIII.   PROSES KEPERAWATAN
A.     PENGKAJIAN :
Subjektif: Adanya rasa haus, nausea, vomiting, dispnea, nyeri dada
Objektif :
·         Kulit: Pucat, dingin, berkeringat, bibir kering
·         Pernapasan: Napas cepat dan dangkal, tidak teratur, wheezing, ronchi, apnea
·         Kardiovaskuler: Takhikardia, nadi tidak teratur, hipotensi,
capillary refill menurun dan aritmia
·         Eliminasi: Urine output menurun <0,5 ml /kgbb/jam
·         Neurologi: Gelisah, sensitif, agitasi, penurunan kesadaran
·         Laboratorium: Perubahan elektrolit, gas darah dan asani basa.
B.     DIAGNOSA

1.    Penurunan curah jantung sehubungan dengan kerusakan ventrikel kiti
2.    Resiko terjadi komplikasi gangguan fungsi organ tubuh
3.    Cemas berhubungan dengan penyakit yang diderita.

C.     RENCANA

Diagnosa keperawatan 1
Penurunan curah jantung sehubungan dengan kerusakan ventrikel kiri
Tujuan
Curah jantung optimal
Rencana
·         Monitor tanda-tanda vital, parameter hemodinamilc sesuai dengan kondisi pasien
·         Benkan cairan koloid, kristaloid maupun darah sesuai dengan pengobatan
·         Berikan titrasi obat-obatan untuk mempertahankan pertiisijaraingan
·         Catat intake output
·         Monitor hasil laboratorium dan thorax foto
·         Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 90 %

Diagnosa keperawatan 2
Resiko terjadi komplikasi gangguan fungsi organ tubuh berhubungan penurunan curah jantung

Tujuan
Komplikasi pada organ lain tidak terjadi

Rencana
a.    DISFUNGSI SISTEM NEUROLOGI
-       Monitor dan catat penibahan tingkat kesadaran
-       Observasi ketat terjadinya cedera akibat perubahan kesadaran
-       Pertahankan lingkungan yang anan dan tenang
b.    DISFUNGSI/ ISKEMIK RENAL
-   Monitor urine output, peningkatan kadar ureum, kreatinin dan elekirolit
-   Kolaborasi untuk pemasangan cateter urine
-   Berikan terapi sesuai program pengobatan
-   Monitor tanda-tanda kelebihan cairan
c.    DISFUNGSI GASTROINTESTINAL
-       Monitor adanya nyeri addominal, distensi lambung, nausea, vomiting,   diare,  serta bising usus
-       Ukur intake dan output
-       Berikan enteral/parenteral nutrisi sesuai program

d.    DISFUNGSI/ ISKHEMIA VASKULER PERIFER
-       Monitor timbulnya acral dingin, kulit pucat, sianosis, pulsasi perifer yang Iemah, penurunan pengisian kapiler
-       Catat perubahan perfusi perifer
-       Cegah timbulnya dekubitus
-       Pertahankan pasien tetap hangat dan kering

e.    DISFUNGSI RESPIRASI
-       Monitor adanya gangguan respirasi. dispnu, digunakannya otot-otot asesori pernapasan
-       Pertahankan saturasi 02 dalam batas normal (>90 %)
-       Monitor arialisa gas darah
-       Auskultasi dan catat suara napas
-       Lakukan pengisapan lendir bib diperlukan
-       Pertahankan patensi jalan napas
 
Diagnosa keperawatan 3
Cemas berhubungan dengan penyakit yang diderita

Tujuan
Cemas teratasi

Rencana
-       Pertahankan tingkungan yang tenang dan aman
-       Jelaskan setiap akan melakukan prosedur
-       Ajarkan teknik rebksasi
-       Bantu pasien mengemukakan kecemasannya


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

Oval: STROKE 

I.              PENGERTIAN
Stroke atau Cerebrovascular Accident atau Brain Attack adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh beberapa macam keadaan yang menyebabkan gangguan aliran darah di otak yang menyebabkan tidak adekuatnya aliran darah ke otak (cerebral iskhemia) atau cerebral hemoragik di otak sehingga terjadi penurunan fungsi neurologis dari ringan sampai berat.
 
II. PATOFISIOLOGI
·         Volume darah ke otak memerlukan sekitar 20% dan cardiac output. jika volume tersebut berkurang. dalam 30 detik akan terjadi gangguan metabolisme syaraf kemudian dalam waktu 2 menit metabolisme akan berhenti dan dalam waktu 5 menit akan terjadi kematian sel di otak, kondisi seperti ini akan menyebabkan kerusakan di otak dan mulai ringan sampai berat.
·         Tromboemboli stroke terjadi akibat oklusi dan arteri cerebral oieh karena embolus, nekrosis dan edema
·         Subarachnoid hemorhagik stroke akibat artenovenous malformasi, trauma dan hiperlensi
III. ETIOLOGI
1.    Faktor ektrakranial dimana merupakan faktor utarna penyebab stroke, curah jantung menurun sampai 113 bagian volume darah ke otak, perubahan viskositas darah dan anemia atau polisitemia
2.    Faktor intrakranial, antara lain:
-       Faktor metabolisme, gangguan metabolisme sangat penting dalam regulasi intracranial dan dapat menyebabkan vasodilatasi, meningkatnya karbondioksida dan menurunnya oksigen
-       Pembuluh darah yang mengalami anomaly
-       lntrakranial pressure, disebabkan oleh neoplasma, trauma, inflamasi dan hidrosephalus
3.    Atheroskierosis
4.    Tromboemboli
IV. MANIFISTASI KLINIK
1.    Gangguan fungsi neuromotor
a)    Mobilitas
b)    Fungsi pernapasan,
c)    Menelan dan bicara
d)    Ketidak mampuan merawat diri
2.    Gangguan komunikasi
a)    Aphasia
b)    Dysphasia
c)    Gangguan otot yang mengontrol bicara
d)    Gangguan artikulasi
3.    Ganggua afektif
a)    Ketidak rnampuan pasien mengontrol emosi
b)    Depresi .
c)    Frustrasi karena masalah ketidakmampuan melakukan aktifitas dan komunikasi
4.    Ganggu fungsi intelektual
5.    Gangguan persepsi
6.    Gangguan fungsi eliminasi

Manifestasi klinik berdasarkan lokasi gangguan pembuluh darah di otak
1.  Middle cerebral artery
a. Kontralateral paralise
b. Kontralateral anestesi
c. Apasia
2.  Anterior cerebral arteri
a. motor deficit kaki dan kontralateral sensory
b. Inkontinensia urine
c. Perubahan personality
d. Gangguan berfikir
3.  Posterior cerebral arteri
a. Kehilangan senson yang kontralateral
b. Kontralateral hemiplegia
c. Dysphasia
d. Disorientasi
e. Gangguan penglihatan
f. Kehilangan daya ingat

V. PENEMUAN DIAGNOSTIK
1.    Computer tomography, dapat mengidentifikasi ukuran dan lokasi terjadinya infark, dapat membedakan apakah pendarahan atau infark dalam hal ini sangat efektif untuk menentukan terapi.
2.    Magnetic Resonance Imaging, memberikan gambaran lebih lengkap dari CT Scan, membaca apakah hemorrhagic atau non hemorrhagic infark
3.    Cerebrospinal fluid analysis
4.    DopIer ultrasound.

VI KOMPLIKASI
 
VU PENATALAKSANAAN MEDIK
1.    Preventif, kontrol hipertensi, kontrol DM, tidak merokok, membatasi alkohol, pembenan aspirin dan antikoaguian
2.    Pengobatan, pemberian aspirin, persantin, tikiopidin
3.    Operasi: karotik endartercktomy, transluminal angioplasty, extrakranial bypass
4.    Perawatan saat akut, mempertahankan jalan napas yang adekuat, oksigenasi, pemberian antikoagulan, pengobatan edema cerebral, control cairan dan elektrolä
5.    Trombolitik terapi
6.    Rehabilitasi medic
 
VIII PROSES KEPERAWATAN

A.   Pengkajian
-       Keadaan umurn: emosi labil, lethargy, apatis
-       Pernapasan: loss of cough refleks, pemapasan irregular, takhipnu, ronchi, okiusi jalan napas, apnca
-       Kardiovaskular: hipertensi, tachycardia, bruit
-       Gastrointestinal: bowel incontinentia, bising usus rnenurun, refleks menelan menurun, konstpasi
-       Urinary: serir.g kencing, inkontinensia
-       I”eurologi: paresis, paralise, aphasia, dysartria, perubahan kesadaran, tanda-tanda babinski, amnesia, perubahan perilaku dan kejang
 
B. Diagnosa ‘‘J J’’’
1.    Gangguan perfusi jaringan di serebral sehubungan dengan penurunan aliran darah ke otak
2.    Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3.    Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fungsi neuro muskular
4.    Gangguan menelan sehubungan cengan gangguan fungsi neuro muscular.
C. Rencana

Diagnosa keperawatan 1

Gangguan perfusi jaringan di serebral sehubungan dengan penurunan aliran darah keotak
 
Tujuan
Perfusi jaringan cerebral adekuat

Rencana
-       Observasi tanda-(anda vital
-       Kaji tingkat kesadaran
-       Hindari penurunan tekanan darah secara drastis
-       Ben terapi scsuai program

Diagnosa keperawatan 2

Keterbatasan aktititas berhubungan dengan kelemahan fisik
 
Tujuan

Mampu melakukan aktifitas bertahap
 
Rencana
-       Kaji kemampuan aktifitas
-       Kaji gangguan integritas kulit
-       Rubah posisi setiap 2 jam
-       Lakukan latihan pasif/aktif
-       Kolaburasi dengan fisiotherapis
-       Bantu dalam pemenuhan kebutuhan
-       Beri pujian terhadap kemajuan dalam melakukan aktifitas.
 
Diagnosa kepcrawatan 3

Gangguan komunikasj verbal berhubungan dengan gangguan fungsi neuro muskujar

Tujuan
Dapat berkomunikasi sesuai dengan kemampuan
Rencana
-       Kaji tingkat kemampuan komunikasi
-       Beri metode komunjkaj alternatif
-       Dukung keluarga untuk melatih komunikasi
-       Kolaburasi digan speech therapis
 
Diagnosa keperawatan 4

Gangguan menelan sehuhungan dengan gangguan fungsi neuro muscular
 
Tujuan
Gangguan ntenelan teratasi
 
Rencana
-       Kaji keindlilpuan menelan
-       Pasang NGT jika diperlukan
-       Latih kemampuan menelan bertahap
-       Awasi terjadi aspirasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar