A. MITRAL
STENOSIS
I.
DEFINISI
Mitral stenosis adalab suatu keadaan di mana terjadi obstruksi atau penyempitan dan katup mitral yang menghambat aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
Mitral stenosis adalab suatu keadaan di mana terjadi obstruksi atau penyempitan dan katup mitral yang menghambat aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
II.
PATOFISIOLOGI
·
Terjadi
proses fibrosis yang progresif, skar dan kaIsifikasi dari daun katup mitral
·
Katup
mitral menjadi menyempit (normal MVA 4-6 cm)
·
Terjadi
peningkatan tekanan di atrium kiri dan proses tersebut berlansung terus
akibatnya akan tenjadi hipertensi pulmonal
III.
ETIOLOGI
·
Penyakit
rematik
·
Gangguan
kongenital katup mitral
·
Tumor
di atrium kiri
·
Kalsifikasi
di anulus niiiral
IV.
MANIFESTASI KLINIK
·
Sesak
·
Batuk
·
Hemoptysis
·
Siaotik
·
Atrial
Fibnilasi
·
Fatique
·
Tanda-tanda
gagal jantung kanan
·
Diastolik
murmur
·
Opening
snap
V.
PENEMUAN DIAGNOSTIK
·
Kateterisasi
jantung: kalsifikasi katup mitral, peningkatan tekanan
LVEDP, peningkatan tekanan arteri pulmonalis
LVEDP, peningkatan tekanan arteri pulmonalis
·
Ekhokardiogram:
penebalan pada anterior dan posterior katup mitral. pergerakan katup abnormal
·
EKG:
RV hiperiropi, atrial fibriilasi
VI.
KOMPLIKASI
·
Edema
paru
·
Disritmia
·
REF
·
Pulmonay
Hypertensi
·
Angina
Pektoris
B. MITRAL
INSUFISIENSI
I.
DEFINISI
Mitral insufisjensi adalah suatu keadaan di mana
terjadi kebocoral pada katup mitral di mana darah yang dipompakan dari atrium kiri ke ventrikel kiri saat sistol
ventrikel kembali lagi ke atrium kiri.
II.
PATOFISIOLOGI
·
Katup
mitral mengalami kegagalan saat menutup selama Sistol ventrikel
·
Lebih
dan 50% jumlah darah kembali lagi ke atrium kiri dan ventrikel kiri
·
Terjadinya
peningkatan volume di ventrikel kiri akan menyebabkan dilatasi ventrikel
·
LVEDP
dari tekanan di atrium kiri meningkat
·
Peningkatan
tekanan di arlerii pulmonalis akan menyebabkan hipentensipurmonal
·
Terjadi
kegagalan jantung kanan
III.
ETIOLOGI
·
Penyakit
jantung rheumatic
·
Malformasi
bawaan katup mitral, chordac tendinae atau anulus
·
Trauma
·
Ruptur
chordae tendinae
·
Ruptur
papillary muscle
IV.
MANIFESTASI KLINIK
·
Dyspnca
·
Orthopnea
·
PND
·
Fatique
·
Palpitasi
·
Holosistolik
murmur
·
Tanda-tanda
gagal jantung
V.
PENEMUAN DIAGNOSTIK
·
Thoraks photo: terjadi pcmbesarall atrium kiri dan
pembesaiarl ventrikel kiri
·
Kateterisasi jantung: terjadi peningkatan tekanan
diastol akhir, ventrikel kiri dan atrium kiri
·
EKO:
RVH, P mitral
VI.
KOMPLIKASI
Gagal
jantung kongesti
VII.
TERAPI MEDIK
1. Pengobatan
non surgikal
·
terapi
antibiotika
·
digitalis
·
diuretik
·
restriksi
sodium
·
antikoagulan
·
obat-obat
antianitmia
·
beta
adrenergik blocker
·
PercutaneusTransluminary
Balloon Valvuloplasty.
2. Pembedahan
·
Valvulotomy
·
Anuloplasty
·
Mitral
valve repair
·
Mitral
valve replacement
VIII. PROSES KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
a. Data subjektif
Riwayat demam reumatik, cepat lelah, DOE, PND, riwayat nyeri dada
Riwayat demam reumatik, cepat lelah, DOE, PND, riwayat nyeri dada
b. Data objektif
·
Integument:
diaphoresis. sianotik, clubbing, peripheral edema
·
Kardiovaskuler
bunyi jantung abnormal, thrill, sistolik murmur, diastol murmur, atrial fibrilasi,
takhikardi, hipotensi
·
Gantrointestinal:
asites, hepatomegali
·
Thoraks
photo-pembesaran ruang-ruang jantung
·
EKG:aritmia
B.
DIAGNOSA
1. Ketidakmampuan
melakukan aktifitas
berhubungan dengan Insufisiensi oksigen
sekunder dengari penurunan curah
jantung dan hipertensi pulmonal
2. Gangguan
pola tidur berhubungan
dengan bendungan paru
3. Kelebihan cairan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
jantung memompakan darah ke seluruh tubuh
4. Penurunan curah
jantung berhubungan dengan kerusakan
katup jantung
5. Resiko
tinggi terjadi komplikasi emboli
sistemik dan emboli pulmonal berhubungan dengan lepasnya
vegetasi katup jantung.
C.
RENCANA
Diagnosa
keperawatan I
Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan penurunan oksigen sekunder dan penurunan curah jantung dan hipertensi
pulmonal
Tujuan:
Meningkatnya kemampuan melakukan aktifttas dengan adanya toleransi jantung.
Rencana
o Kaji dan
observasi respon pasien terhadap aktifitas (tanda- tanda vital)
o Rencanakan periode istirahat antar program aktifitas
o Bantu pasien
untuk melakukan perawatan
diri secara bertahap
o Meningkatkan
program aktifiias secara periodik.
Diagnosa keperawatan 2
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan bendungan paru
Tujuan
Gangguan
pola tidur teratasi
Rencana
o Tinggikan tempat tidur bagian kepala
30-40 derajat
o Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
o Jaga
lingkungan agar tenang
Diagosa
keperawatan 3
Kelebihan cairan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
jantung memompakan
darahnya ke seluruh tubuh
Tujuan
Mengurangi kelebihan cairan tubuh
Rencana
o Monitor gejala
kelebihan cairan seperti edema perifer
o Kaji tanda vital, auskultasi suara paru, distensi
vena jugularis, ukur intake dan
output, palpasi edema perifer,
ukur berat badan dan lingkar perut
o Batasi penggunaan garam
o Monitor hasil laboratorium (elektrolit,
Hb, BUN. urine analisa)
Diagnosa
Keperawatan 4
Penuruan curah jantung
berhubungan dengan fungsi katup jantung
Tujuan
Curah jantung optimal
Rencana
o Monitor tekanan darah, pulsasi perifer, pernapasan, suara paru dan suara jantung
o Kaji parameter hemodinamik (PAP. PA\VP, CO. CVP) sesuai indikasi
o Tirah baring selama periode akut.
Tinggikan kepala 30-40 derajat untuk
menurunkan volume sekuncup dan menurunkan kebutuhan oksigen
o Berikan oksigen sesuai kebutuhan
o Monitor irama jantung
o Ukur intake dan output
o Berikan terapi inotropik sesuai advis
medis
Diagnosa Keperawatan 5
Resiko
tinggi terjadi komplikasi emboli sisitemik dan emboli pulmonal berhubungan dengan lepasnya vegetasi katup
Tujuan
Tidak
terjadi emboli sistemik maupun pulmonal
Rencana
o Monitor adanya perubahan kesadaran.
sesak, hemoptoe, nyeri, pulsasi tidak teraba,
urine output menurun, perubahan warna kulit
o Auskultasi suara paru
o Berikan koaguIan sesuai advis medis
o Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
o Kaji pulsasi perifer dan pulsasi
ekstremitas bawah, warna dan adanya
edema
o Lakukan ROM ekstremitas
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
I. DEFINISI
Atrial
Septal Defek adalah suatu
defek pada septum atrium yang
menyebabkan adanya aliran darah di antara atrium kanan dan atrium kiri.
Ada 3 tipe:
1. Ostium
Prinium (ASD I), defek terjadi di
bawah/akhir dan pada septum. Dapat
dihubungkan dengan kelainan katup mitral.
2. Ostium
Scundum (ASD 2), defek terjadi
dekat pertengahan septum.
3. Sinus
Venosus Defek, defek terletak
di junction vena kava superior dan
atrium kanan.
II. PATOFISIOLOGI
Pasien dengan defek septum
atrium mempunyai beban pada sisi
kanan jantung, akibat pirau dan atrium kiri ke atrium kanan. Pada basil foto dada tampak
atrium kanan dan ventrikel kanan
membesar, pulmonalis menonjol dan
vaskularisasi pam meningkat. Aorta,
Atrium kiri dan Ventrikel kiri relatif tidak akan berubah. Elektrokardiogram menunjukan surnbu QRS normal atau berdeviasi ke kanan,
terdapat inkomplit right bundle branch block yang ditandai oleh pola RSR di hantaran VI disertai
hipertropi vertikal kanan. Defek
septum atrium biasanya asimptomatik
pada auskultasi bunyi jantung I normal
atau mengeras, pada bunyi jantung
II terdengar split.
III. ETIOLOGI
ASD merupakan penyakit kongenital, terjadi bila ada kesalahan dalam jumlah absorbsi atau proliferasi jaringan selama perkembangan embriologi pada minggu ke-empat sampai minggu ke-enam kehamilan, maka dapat terjadi defek.
IV. MANIFESTASI KLINIK
Pasien mungkin asimtomatik. Dapat juga berlanjut menjadi CHF, adanya karateristik dan path murmur. Pasien beresiko terjadinya disritmia dan penyakit obstriksi pembuluh darah pulmonal yang selanjutnya terjadi emboli karena peningkatan aliran darah paru yang kronis.
V. PENEMUAN DIAGNOSTIK
·
EKG: Normal, RVH, RBBB, PR memanjang, left axis
defiasi (Ostium Primum), normal atau right axis (Ostium Scundum).
·
X - ray:
Pembesaran RA, RV, PA,
peningkatan vaskularisasi ke pulmonal,
tanda LA, LV dan Aorta
knob kemungkinan kecil
·
Echo:
pada Ostium scundum pembesaran RV, paradoxic movement pada septum pada saat sistol
·
Kateterisasi
: L- R shunt, peningkatan O2
saturasi pada RA, tekanan pada RA biasanya normal, MR.
VI.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada ASD besar yaltu gagal jantung
VII.
TERSPI
MEDIS
Tindakan Operasi
Operasi penutupan dengan dekron patch pada moderat sampai defek yang besar perbaikan dengan cardiopulmonary by pass biasanya dilakukan sebagai usia sekunder. Pada sinus venostus defek dilakukan pemasangan patch. Pada ASD I dilakukan repair antar jantung, pergantian mitral.
Tanpa operasi
ASD juga dapat dilakukan penutupan menggunakan alat khusus melalui prosedur kateterisasi.
VIII. PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
o
Shunt
kecil asimptomatik
o
Shunt
besar (moderat), sesak pada saat exercise, penurunan toleransi terhadap
aktifitas.
B. DIAGNOSA
1. Cemas berhubungan dengan penyakit yang
diderita.
2. Resiko intoleransi aktifitas
berhubungan dengan immobilisasi, kurang pengetahuan atau penurunan fungsi
jantung.
3. Koping individu dan keluarga tidak
efektif berhubungan dengan tidak adekuat atau informasi yang salah mengenai
diagnosa atau perubahan-perubahan gaya hidup dan peran akibat penyakitnya.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses
penyakitnya.
C. RENCANA
Diagnosa keperawatan I
Cemas berhubungan dengan penyakit yang diderita
Tujuan
Mengidentifikasi
dan menurunnya tingkat kecemasan
Rencana :
- Kaji tingkat
anxietas dan tentukan
penyebab primer
- Kaji tingkat
informasi pasien untuk mengidentifikasi kesalahan pengertian sehubungan dengan
kondisinya
- Kaji
mekanisrne koping yang biasa digunakan.yang berkaitan dengan Stress.
- Lengkapi, klarifikasi
dan validasi informasi yang sesuai dengan kondisi
- Bantu pasien
untuk berfikir secara realistis terhadap anxietas, berikan alternatif lain
dalam menangani stress seperti; membantu imaginasi, melakukan relaxasi otot secara
progresif.
- Berikan
“reinforcement” positif tentang prognosis, bantu pasien dalam mencapai tujuan dan
gaya hidup yang realistik.
Diagnosa keperawatan 2
Resiko intoleransi aktifitas berhubungan
dengan immobilisasi, kurang pengetahuan atau penurunan fungsi jantung.
Tujuan
Dapat mempertahankan tingkat aktifitas yang optimum.
Rencana
- Kaji tingkat
aktifitas, tennakan
aktifitas yang tepat sesuai dengan
kondisinya.
- Kaji dan monitor respon terhadap aktifitas
dengan memperhatikan jenis aktifitas,
intensitas, frekuensi dan adanya gejala
yang timbul. Untuk pasien dengan cadangan jantung yang menurun Iakukan càra-cara yang dapat memperbaiki toleransi aktifitas
dengan menurunkan kelelahan.
Diagnosa keperawatan 3
Koping individu dan keluarga tidak
efektif berhubungan dengan tidak
adekuat atau informasi yang salah mengenai diagnose penyakitnya atau perubahan-perubahan gaya hidup dan peran akibat penyakitnya.
Tujuan
Koping individu dan keluarga efektif.
Koping individu dan keluarga efektif.
Rencana
- Identifikasi kesalahan pengertian berhubungan dengan rasa bersalah, takut, kecenderungan untuk
perlindungan yang berlebihan yang tidak tepat.
-
Kenali
tingkat emosi dan stress finansial yang dialami keluarga terhadap kondisi
pasien, merujuk kepada pelayanan penunjang yang tepat: pelayanan sosial,
konseling pekerjaan.
-
Libatkan
keluarga dalam rencana penyuluhan, berikan dorongan secara verbal tentang perasaan
individu dan bersama sebagai keluarga.
- Berikan kesempatan untuk diskusi dengan keluarga.
Diagnosa keperawatan 4
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi
Tujuan
Tingkat
pengetahuan meningkat
Rencana
-
Lengkapi
pasien dan keluarga dengan gambaran adanya defek (tanda dan gejala) dan intervensi
secara bcdah atau non bedah
-
Ingatkan
aktifitas yang dianjurkan dan pembatasannya sesuai indikasi.
-
Lengkapi
konsultasi mengenai pelajaran di sekolah, olah raga dan pekerjaan.
-
Jelaskan
tentang diet dan pembatasannya sesuai indikasi
-
Jelaskan
untuk pencegahan terjadinya endokarditis
-
Jelaskan
pentingnya kontrol teratur
-
Untuk
remaja dan orang dewasa, Iengkapi konsultasi perhatian tentang keturunan,
pernikahan dan melahirkan.
- Untuk wanita, lengkapi informasi
sehubungan dengan resko
kehamilan dan persalinan sesuai dengan defek, intervensi bedah dan status klinik. Diskusikan mengenai pentingnya konsultasi kehamilan dan penggunaan kontrasepsi yang tepat.
kehamilan dan persalinan sesuai dengan defek, intervensi bedah dan status klinik. Diskusikan mengenai pentingnya konsultasi kehamilan dan penggunaan kontrasepsi yang tepat.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
I.
PENGERTIAN
Tetralogi of Failot menipakan penyakit
jantung bawaan (sianotik) yang terdiri dan empat kelainan, yaitu: defek septum
ventrikel, stenosis pulmonal infundibuler, ovcniding oarta, dan hiperiropi
ventrikel kanan.
II. PATOFISIOLOGI
Secara anatomis Tetralogi of Failot
merupakan suatu defek septum ventrikel sub aortik yang disertai deviasi ke
anterior septum infundibuler. Deviasi mi menyebabkan akai aorta bergeser ke
depan, sehingga tcrjadi overiding aorta terhadap septum interventrikul’r
stenosis pada bagian infundibuier ventrikel kanan dan penyempitan arteri
pulmonal. Tekanan dalam ventrikel kanan meningkat karena obstruksi
infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada
tetralogi fallot darah akan didorong ke ki masuk ke aorta, sehingga tekanan
dalam ventrikel, ventrikel kiri dan aorta relatif menjadi sama. Berat
ningarinya stenosis pada ToF tergantung pada berat ningarinya stenosis
infundibuler yang terjadi dan arah pirau interventnikel, sianosi mi bisa timbul
sejak lahir dan mi menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat, atau
atresia pulmonal. Sianosi biasanya berkembang perlahan-Iahan dengan
bertambahnya usia dan mi menandakan adanya peningkatan hipertropi infundubuler
pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian tersebut.
III. ETIOLOGI
Tetralogi of Fallot merupakan salah
sau jenis kelainan jantung bawaan yang disebabkan oleh adanya ketidaksempurnaan
pembentukan jantung dalam masa kehamilan.
IV. MANIFESTASI
KLINIK
1. Sianosis
2. Dyspnea
3. Squatting
4. Clubbing finger (jail tabuh)
5. Murmur
V. PENEMUAN
DIAGNOSTIK
EKG:
Pada TF yang sianotik ditemukan deviasi ke kanan (1200 — 1500). Pada ToF yang
asianotik axis normal. RVH selalu ada, R.AH kadang-kadang ada.
Photo thorak:
o
Pasien
yang sianosis: Tidak tampak kardiomegali,
gambaran vaskularisasi paru-paru tanpak kurang (oligemi). Apex jantung
tampak naik (boot shaped heart); Kadang-kadang ditemukan pembesaran RA.
o
Pasien
yang asianosis: pemeriksaan x-ray tidak dapat dibedakan pada pasien dengan VSD
kecil.
ECHOKARDIOGRAFT: Dengan Echo dua dimensi tampak VSD
besar dengan overiding aorta.
LABORATORIUM: Pada pasien yang
sianosis kadar hernatokrit Iingi (polisitemia)
VI.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering timbul adalah:
o
Anak
yang TF asianotik sering berkembang menjadi sianotik.
o
Gejala
bertambah memburuk sehubungan dengan semakin beratnya stenosis infundibulum.
o
Sering
terjadi spell hipoksia
o
Abses
cerebri
o
Infeksi
endokarditis
o
Polisitemia
o
Gangguan
pertumbuhan
o
Koagulopathi
o
Anemia
defisiensi besi
VII.
TERAPI MEDIS
1. Mempertahankan hygiene mulut gigi
2. Antibiotika profilaksis untuk mencegah
infeksi endokarditis sesuai indikasi
3. Deteksi dan mengobati anemia
defisiensi besi
4. Kenali dan atasi spell hipoksia
(posisikan klien dengan posisi knee chest, berikan Morphin sulfate 0,1 — 0,2
mg/kg SC/IM, atasi asidosis dengan memberikan bicnat 1 mEqikg IV, berikan
oksigen)
5. Propanolol oral untuk mencegah spell
hipoksia
6. Pembedahan dapat berupa paliatif untuk
menambah aliran darah ke paru-paru seperti operasi BT shunt sesuai indikasi,
atau pembedahan koreksi total dengan menutup VSD dan pelebaran RVOT.
VIII. PROSES
PERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Sistemik:
Klien tampak sianosis, ada riwayat
sering squatting (jongkok)
Sirkulasi:
Murmur sistolik, ejection click
(aorta), murmur kontinyUS bila ada PDA
Respirasi:
Klien sesak pada saat aktifitas.
Ekstremitas:
Sianosis dan jan tabuh (clubbing
finger)
B.
DIAGNOSA
1. Gangguan oksigenasi berhubungan dengan
adanya efek pirau ventrikel
kanan ke ventnkel kiri, pulmonal
stenosis.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan peningkatan suhu tubuh
3. Kurangnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan kelelahan
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik sekunder gangguan sirkulasi
5. Risiko
terjadi spell hipoksia berhubungan dengan aktifitas.
C. RENCANA
Diagnosa
keperawatan I
Gangguan oksigenasi berhubungan dengan adanya pirau
ventrikel kanan ke ventrikel kiri, pulmonal stenosis.
Tujuan:
Kebutuhan oksigen terpenuhi
Kebutuhan oksigen terpenuhi
Rencana
o Atur posisi
nyaman untuk klien
o Observasi
tanda-tanda vital
o Observasi
saturasi oksigenasi
o Aktifitas
sesuai dengan kemampuan fisik
o Kolaburasi pemberian oksigen.
Diagnosa
keperawatan 2
Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh.
Tujuan
Rasa
nyaman terpenuhi
Rencana
o Penahankan lingkungan yang sejuk
o Berikan kompres air biasa
o Berikan selimut
o Observast suhu, intake cairan yang cukup
o Kolaborasi pemberian obat-obatan.
Diagosa
keperawatan 3
Kurangnya
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kelelahan
Tujuan
Kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Rencana
o Ukur berat badan setiap hari
o Atur makan porsi kecil tapi sering
o Beri makan dengan posisi knee chest
o Kolaborasi dengan bagian gizi dalam
pemberian diet.
Diagosa keperawatan 4
Gangguan
tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik.
Tujuan
Tumbuh
kembang sesuai usia
Rencana
o Kaji faktor penyebab
o Beri informasi pada orang tua tentang
tugas perkembangan anak sesuai usia
o Beri motivasi pada pasien untuk
melakukan tugas tumbuh kembangnya sesuai usia.
Diagosa
keperawatan 5
Risiko
terjadi spell berhubungan dengan aktifitas yang meningkat
Tujuan
Spell
tidak terjadi
Rencana
o Observasi tingkat sianosis pada pasien
o Pertahankan rasa nyaman uncuk mencegah
faktor pencetus timbulnya spell (aktifitas yang meningkat)
o Ukur saturasi oksigen
o Kolaborasi pemberian oksigen
o Observasi adanya tanda-tanda speli
o Membatasi aktifitas pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
I.
PENGERTIAN
Gagal jantung adalah keadaan dimana
jantung tidak mampu dapat memompakan cukup darah guna memenuhi kebutuhan
oksigen untuk metabolisme tubuh serta kebutuhan nutrisi sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan antara suplai dan deman oksigen miokard.
Fungsi utama jantung adalah
rnemompakan darah yang masuk ke ventrikel dan sistem vena yang bertekanan
rendah melawan sistem arterial yang bertekanan tinggi. Gangguan kemampuan pompa
ini mengakibatkan ketidak-adekuatan pengosongan vena dan ketidak-adekuatan
hantaran darah ke sirkulasi pulmonal dan sistemik.
II. PATOFISIOLOGI
Untuk menkompensasi penurunan curah
jantung terjadi peningkatan aktifitas saraf simpatetik, stimulasi pengeluaran
Renin. Angiotensin- Aldosteron, dan pelepasan ADH. Mekanisme kompensasi
neuro-hormonal ini membantu sementara dalam mempertahankan curah jantung yang
adekuat tetapi menyebabkan terjadinya “cardiac modeling” (perubahan pada
struktur dan ventriikel: dilatasi, hypertropi) serta berperan memperberat
kondisi gagal jantung itu sendiri.
III. ETIOLOGI
Setiap kondisi yang dapat mempengaruhi
efesiensi jantung sebagai pompa akan menyebabkan terjadinya gagal jantung.
Mekanisme dan kondisi yang dapat menyebabkan kegagalan jantung tersebut dapat
disimpulkan sbb:
1. Penurunan Kontraktilitas Miokard:
a. Penyakit Jantung Koroner
b. Tamponade Jantung
c. Aneurisma Ventrikel
d. Penyakit lnfiltra
2. Kerja Miokard berlebihan:
a. Afterload meningkat:
- Hypentensi
- Stenosis Aorta/Pulmonal
- Cor Pulmonal
b. Preload meningkat:
- Insufisiensi Aorta! Mitral/Trikuspid
- Shunting kongenital kiri dan kanan
3. Kebutuhan Tubuh meningkat:
a. Anemia berat
b. Kehamilan
c. Thyroto icosis
d. Fistula arteri-vena
e. Defisiensi nutrisi (penyakit
beri-beri)
Gagal jantung dapat diklasifikasikan
sebagai gagal jantung kanan atau kiri, “backward” atau “forward”, serta sistolik
atau diastolik failure.
Sistem klasifikasi fungsional
berdasarkan hubungan antara gejala dan jumlah aktifitas yang dapat menimbulkan
gejala dibuat oleh New York Heart Association. Dalam sistem terdapat 4 kelas.
Pada kelas 1 tidak timbul gejala dalarn melakukan aktifitas normal, sedangkan
kelas IV gejala timbul walaupun pada keadaan istirahat.
IV.
MANIFESTASI
KLINIK
Géjala dan tanda yang timbul pada
gagal jantung bergantung pada sisi jantung yang mengalami gangguan. Gejala pada
“forward failure” disebabkan oleh penurunan curah jantung. Sedangkan gejala
pada “backward failure” berhubungan dengan kegagalan ventrikel dalam
pengosongan sempurna yang menyebabkan gangguan aliran darah.
Pada gagal jantung kiri terjadi penurunan
kemampuan. pengosongan ventrikel kiri yang menyebabkan penurunan perfusi
sistemik serta penumpukan darah di atrium kiri dan pembuluh pulmonal. Bendungan
di pembuluh pulmonal menyebabkan edema paru dengan gejala takhipnea, dypsnea,
bunyi nafas abnormal. Pada gagal jantung kanan, efek dan penurunan fungsi dan
pengosongan ventrikel kanan adalah penurunan aliran darah pulmonal dan penahan
darah di atrium kanan. Hal ini menyebabkan bendungan vena sistemik. Yang dimanifestasikan dengan
edema perifer dan gejala disfungsi dan pembesaran organ. Pada tahap awal dapat
terjadi kegagalan jantung pada satu sisi saja (biasanya sisi kiri) tetapi
kemudian dapat berkembang menjadi gagal pada kedua sisi.
V. PENEMUAN
DIAGNOSTIK
1.
Foto Thorax
Didapat gambaran kardiomegati bendung
vena pulmonal serta adanya efusi
2.
EKG
Melihat gambaran infark, aritmia
maupun pembesaran jantung
3.
Laboratorium darah
·
Hemoglobin:
melihat adanya anemia
·
Enzimjaruung:
Melihat resiko infark akut
·
Fungsi
hepar: Terurama pada gagal jantung kanan
·
Fungsj
renal
·
Elektrolit
: Melihat kadar potasim dan sodium sebagai indikator kelebihan cairan. Kadar
potassium dapat rendah bila pasien dengan terapi diuretic
·
Digoxin
level: Pemeriksaan ini diperlukan untuk pasien yang telah mendapatkan terapi
digitalis untuk mengetahui apakah mengalami intoksikasi digitalis
4.
Echocardiogrphi
·
Ketebalan
otot-otot ruang jantung
·
Fungsi
sistol dan diastol
·
Pembentukan
trombus
·
Fungsi
katup
5.
Nuklir scanning
·
Fungsi
ruang jantung
·
Iskemi,
infark miocard
6.
Katerisasi
7.
Monitoring hemodinamik
Pemeriksaan dapat mengestimasi fungsj
ventrikel dengan akurat. Data berikut ini menggunakan tekanan baji paru (PAWP)
sebagai petunjuk dalam mengkaji perkembangan gagal jantung.
Nilai PAWP
|
|
Kesan
|
0-6 mmHg
|
|
Penurunan volume
sirkulasi
|
6-12 mmHg
|
|
Dalam batas normal
|
12-20 mmHg
|
|
Bendungan paru ringan
|
20-25 mmHg
|
|
Bendungan paru sedang
|
25-30mmHg
|
|
Bendungan paru berat
|
>30 mmHg
|
|
Edema paru
|
VI.
KOMPLIKASI
Komplikasi
akibat dari gagal jantung sendiri :
·
Aritmia
Dapat terjadi karena respon terhadap peningkatan katekolamin dan iskhemi miokard. Iskhemi atrial yang lama dapat menimbulkan atrial fibrilasi
Dapat terjadi karena respon terhadap peningkatan katekolamin dan iskhemi miokard. Iskhemi atrial yang lama dapat menimbulkan atrial fibrilasi
·
Angina
dan infark miokard
Terjadi akibat dan peningkatan kerja otot jantung yang iskhemi atau
akibat dan penurunan perfusi arteri koroner akibat dan penurunan tekanan sistemik.
·
Shock
Terjadi
akibat dan penurunan
curah jantung
·
Renal
failure
Terjadi akibat dan penurunan aliran
darah ke ginjal
·
Pembentukan
kembàli
Terjadi akibat bendungan dan stasis
vena.
·
Hepatomegali
Akibat dan bendungan vena
Komplikasi akibat dan pengobatan:
·
Hypovolume
Akibat dan pemberian terapi diuretik disertai pengeluaran cairan dan sodium yang berlebihan.
Akibat dan pemberian terapi diuretik disertai pengeluaran cairan dan sodium yang berlebihan.
·
Hypokalemia
Akibat dan pengeluaran potasium yang berlebihan akibat dan terapi diutetik
Akibat dan pengeluaran potasium yang berlebihan akibat dan terapi diutetik
·
lntoksikasi
digitalis
Akibat dan penggunaan digitalis
berlebihan, hypokalemi, gangguan fungsi renal.
·
Aritmia
Dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan elektrolit maupun intoksikasi digitalis
Dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan elektrolit maupun intoksikasi digitalis
·
Infark
miokard
Terjadi akibat dan beban kerja miokard
yang meningkat serta efek dan pemberian inotropik
VII.
TERAPI MEDIS
Fokus pengobatan adalah memperbaiki
performan jantung. Diuretik dan ACE inhibitor adalah obat utama pada gagal
jantung. Inotropik positif digunakan untuk mengurangi gejala. Hasil penelitian
memperlihatkan penambahan beta bloker dan spironolakton juga dapat memperbaiki
status pasien dengan gagal jantung. Diyakini ACE inhibitor, beta bloker, dan
spironolactone mempengaruhi aktifitas kompensasi neurohoniional yang terjadi
pada gagal jantung. Terapi pharmakologis gagal jantung bervariasi tergantung
pada apakah pasien menderita gagal sistolik (dilatasi ventrikel dan tidak
adekuatnya pengosongan ventrikel) atau gagal diastolik (gangguan relaksasi
ventrikel yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel). Inotropik positif
adalah kontra indikasi pada pengobatan gagal diastolik
VIII. PROSES
PERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Riwayat Kesehatan
Pengurnpulan data subjektif tentang
kondisi yang menyebabkan pasien membutuhkan perawatan di RS. Infark miokard
seringkali penyebab timbulnya gagal jantung sehingga perlu dikaji lebih jauh.
Oleh karena itu data yang dikumpulkan hendaknya meliputi:
·
Riwayat
Penyakit jantung dan pengobatannya
·
Nyeri
dada
·
Sering
timbul rasa nafas pendek
·
Toleransi
terhadap aktifitas memur
·
Kaki
mengalami pembengkakan
·
Peningkatan
berat badan berlebihan dalam beberapa hari
·
Sering
terbangun pada malam hari, tinggi kepala saat tidur
·
Obat
yang masih diminum
·
Diet
yang dijalankan
·
Penyakit
lain yang diderita
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemerian fisik meliputi pengenalan
gejala dan tanda serta penyebab gagal jantung.
- Gejala
dan tanda penurunan curah
jantung
·
Kelelahan
·
Peningkatan
denyut jantung
·
Nadi
lemah
·
Hipotensi
·
Pucat
·
Berkeringat
·
Sincope,
Pusing, penurunan kesadaran
- Gejala
dan tanda bendungan jantung, paru, dan vena:
·
Terdapat
BJ 3 dan atau BJ4
·
Orthopnea
·
Nafas
cepat
·
Terdapat
ronchi paru
·
Batuk
·
Edema
perifer
·
Distensi
vena jugular
·
Hepatomegali
·
Anorexia
- Gejala dan tanda edema paru:
·
batuk produktif disertai sputum dengan bercak
darah merah muda
·
gallop
·
nocturia
dan oliguria
3.
Pemeriksaan Penunjang
Lihat pada penjelasan penemuan diagnostik
Lihat pada penjelasan penemuan diagnostik
B.
DIAGNOSA
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
preload. afterload dan kontra aktifitas
2.
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan:
-
meningkatnya frekuensi dan kedalaman nafas akibat takut dan cemas
-
menurunnya
“compliance” paru akibat dan efusi
pleura dan penumpukan cairan di
interlitium paru dan alveoli
-
menurunnya
pengembangan paru akibat kelemahan,
menurunnya mobilitas dan
penekanan diagprama karena penumpukan
cairan
-
depresi pernafasan atau akibat dan hypoxia,
hypercapnia, dan penurunan suplai darah cerebral.
3.
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas
berhubungan dengan:
-
Peningkatan
resisten jalan nafas akibat dan edema mukosa bronkhial dan penekanan jalan nafas akibat dan pembesaran pembuluh pulmonal
-
Penumpukan
sekret akibat dan penuninan
mobilitas dan kemampuan batuk yang menurun
4.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan:
- gangguan
difusi akibat dan penumpukan cairan di intertisial paru dan alveoli
-
penurunan perfusi
jaringan paru akibat dan penurunan curah jantung
5.
Volume cairan berlebih berhubungan dengan:
- retensi
garam dan air akibat dan penurunan kecepatan filtrasi, glomerulus (GFR) dan
aktifasi mekanisme RAA
-
penurunan
pengeluaran cairan akibat dan peningkatan ADH
6.
Gangguan
keseimbangan elektrolit berhubungan
dengan hemodilusi dan efek terapi diuretik
7.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen
sekunder dengan penurunan curah jantung
dan hipertensi pulmonal.
C. RENCANA
Diagnosa
keperawatan I
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan preload, afterload dan kontraktifitas
Tujuan:
Curah jantung optimal
Curah jantung optimal
Rencana
o Observasi tekanan darah
o Auskultasi bunyi, denyut, dan irama
jantung
o Palpasi nadi perifer
o Observasi warna kulit,
diaphoresis dan pengisian kapiler
o Observasi tingkat kesadaran
o Tinggikan posisi kaki
o Kolaborasi pemberian terapi.
Diagnosa
keperawatan 2
Tidak
efektifnya pola nafas berhubungan dengan:
o meningkatnya frekuensi dan kedalaman nafas akibat dan takut dan cemas
o menurunnya “compliance” paru akibat
dan efusi pleura dan penumpukan cairan di intertitium paru dan alveoli
o menurunnya pengembangan paru akibat
dan kelemahan, menurunnya mobilitas, dan penekanan diagprama karena penumpukan
cairan
o depresi pemafasan atau akiba dan
hypoxia, hypercapnia, dan penurunan suplai darah cerebral.
Tujuan
Pernafasan
efektif
Rencana
o Observasi pernafasan (frekuensi, irama dan
kedalaman)
o Auskultasi bunyi paru
o Beri posisi nyaman
o Observasi cyanosis dan mukosa
Diagosa
keperawatan 3
Tidak
efektifnya jalan nafas berhubungan dengan:
o peningkatan resisten jalan nafas
akibat dan edema mukosa bronkhial dan penekanan jalan nafas akibat dan
pembesaran pembuluh pulmonal
o penumpukan sekret akibat dan perubahan
mobilitas dan kemampuan batuk yang menurun.
Tujuan
Mempertahankan jalan nafas efektif
Rencana
o latih nafas dalam dan batuk efektif
o lakukan fisiotherapi dada
o lakukan pengisapan lendir
o koordinasi pemberian therapi
bronkhodilator
o atur posisi agar tidak terjadi
aspirasi
o pastikan intake cairan dan humidikasi
baik
o beri terapi sesual program pengobatan
Diagnosa
Keperawatan 4
Gangguan periukaran
gas berhubungan dengan:
o gangguan difusi akibat dan penumpukan
cairan di intersisial paru dan alveoli
o penurunan perfusi jaringan paru akibat dan penurunan curah jantung
Tujuan
Gangguan pertukaran
gas teratasi
Rencana
o Ajarkan dan motivasi untuk nafas dalarn
o Pertahankan
jalan nafas
o Atur posisi yang nyaman
o Ajarkan
gejala dan konsekwensi dan hypoksemia
o Ajarkan
pengaturan penggunaan
terapi oksigen
o Periksa
analisa gas darah
o Pilih alat
terapi oksigen sesuai dengan aktifitas pasien.
Diagnosa
Keperawatan 5
Volume cairan
berlebih berhubungan dengan:
o retensi garam dan air akibat dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) dan aktifasi mekanisme RAA
o penurunan pengeluaran cairan akibat dan peningkatan ADH
Tujuan
Keseimbangan cairan dalarn batas normal
Rencana
o Lakukan ROM ekstremitas
o Observasi intake dan output cairan
o Timbang berat badan dan ukur lingkar
perut setiap hari
o Observasi tanda-tanda vital
o Beri terapi sesuai program pengobatan.
Diagnosa
Keperawatan 6
Gangguan keseimbangan elektrolit berhubungan dengan
hemodilusi dan efek terapi diuretik
Tujuan
Elektrolit dalam batas normal
Rencana
o Kaji keluhan
rasa haus, pusing
o Observasi intake dan out put
o Observasi
tingkat kesadaran
o Monitor
irama jantung
o Cek
elektrolit
Diagnosa
Keperawatan 7
Ketidakmampuan melakukan
aktifitas berhubungan dengan penurunan
oksigen sekunder dan penurunan curah
jantung dan hipertensi pulmonal.
Tujuan
Meningkatnya kemampuan melakukan aktifitas dengan adanya toleransi jantung
Rencana
o Kaji dan
observasi respons pasien terhadap aktifitas (tanda-tanda vital)
o Rencanakan
periode istirahat antar program aktifitas
o Bantu pasien
untuk melakukan perawatan diri secara bertahap
o Meningkatkan
program aktifitas secara periodik
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
I.
PENGERTIAN
Edema paru adalah suatu keadaan dimana
terjadi akumulasi cairan abnormal di dalam alveoli dan ruang interstisial paru.
Merupakan komplikasi dan gangguan jantung dan paru yang perlu penanganan dengan
segera.
II.
PATOFISIOLOGI
Untuk menkompensasi penurunan curah
jantung. terjadi peningkatan aktifitas saraf simpatetik, stimulasi pengeluaran
Renin, Angiotensin- Aldosteron, dan pelepasan ADH.
Mekanisme kompensasi neuro-hormonal
ini membantu sementara dalam mempertahankan curah jantung yang adekuat tetapi
menyebabkan tenjadinya “cardiac modeling” (perubahan pada struktur dan
ventnikel: dilatasi, hypertropi) serta berperan memperberat kondisi gagal
janitung itu sendiri.
Pada keadaan normal terdapat keseimbangan
antara tekanan hidrostatik dan ontotik di dalam kapiler pulmonal. Jika tekanan
hidrostatik meningkat, atau tekanan onkotik koloid menurun maka akan
mengakibatkan cairan tertahan di kapiler pulmonal dan ruang interstisial,
keadaan ini disebut sebagai edema interstisial. Jika cairan secara terus
menerus masuk melalui kapiler pulmonal dan masuk ke alveoli disebut edema
alveolar.
Edema paru dapat menyebabkan gangguan
difusi antara alveoli dan kapiler pulmonal.
3 (tiga) langkah terjadinya edema paru adalah:
- “stage 1” - peralihan cairan ke
intertisial paru meningkat akibat dan aliran limfatik meningkat
- “stage 2” — kapasitas limfatik untuk
mengalirkan cairan menurun dan cairan mulai menumpuk di ruang intertisial yang
mengelilingi bronithiolus dan vaskuler paru terlihat sebagai gambaran intertisial
edema paru pada foto thorax.
- “stage 3” — dengan semakiri
meningkatnya jumlah cairan, peningkatan tekanan menyebabkan kerusakan permiabialitas
membran alveolar. Pertama-tama cairan memasuki perifer kapiler alveoli lalu
kemudian membanjirii alveoli. Pada ‘stage’ 3 gambaran foto thorax akan terlihat
garnbaran edema alveolar, pertukaran gas menjadi terganggu.
III.
ETIOLOGI
Umumnya penyebab dan edema paru adalah berasal
dan jantung. Identifikasi penyebab utama akan dapat menyelamatkan hidup.
Adapun beberapa penyebab dan edema
paru adalah:
1. Perubahan permiabiltas kapiler :
a. Edema paru karena infeksi (viral atau
bakterial)
b. Terhirup racun
c. Adanya racun dalam sirkulasi
d. Zat vasoaktif (histamni, kinins)
e. Kerusakan faktor koagula (Disseminated
intravascular coagulation)
f. Reaksi Immunologi
g. Radiasi pneumonia
h. Uremia
i. Tenggelam
j. Aspirasi pneumonia
k. Terhisap asap
l. Adult respiratory distress syndrome
2. Peningkatan tekanan kapiler paru :
a. Penyebab kardiak:
- Gagal jantung kiri
- Mitral stenosis
- Subakut bakerjal endokarditis
c. Penyebab Non kardiak:
1) Fibrosis vena pulmonal
2) Stenosis vena pulmonal kongenital
3) Penyakit oklusif vena pulmonal
d. Pemberian cairan infus berlebih.
3. Penurunan tekanan onkotik
Hypobuminemia dari berbagai penyebab
(renal, hepatik, nutrisi, atau kehilangan protein enteropati)
4. Lymphatic insufficiency
5. Campuran atau mekanisme lain tidak
diketahui
a. Edema paru akibat dari “High-ahitude”
b. Edema paru neurogenik (trauma CNS,
perdarahan subarachnoid)
c. Overdosis narkotik
d. Emboli pulmonal (sangat jarang)
e. Penyakit parencim paru
f. Eklampsia
g. Kardiovers
h. Postanesthetik
i. Kandiopulmonary bypass
IV.
MANIFESTASI
KLINIK
Gejala dan
tanda pada edema paru
dapat dimulal sebagai manifestasi utama
penyakit tertentu atau evolusi dan penyakit yang ada.
Pasien terlihat dispnea, takhipnea, ditopne, hypertensi, ekstremitas dingin dengan disertai atau tidak cianotik, batuk dengan bercak darah, penggunaan pernafasan tambahan, ronkhi disertai atau tidak wheezing.
Pada proses awal, saat edema hanya terjadi di interstisial, pasien dapat hanya tertihat takhipnea dan batuk kering. Saat cairan paru menumpuk, pasien dengan cepat akan menjadi dipsnea, sianosis, dan mengeluarkan banyak sputum dengan bercak darah merah muda.
Pasien terlihat dispnea, takhipnea, ditopne, hypertensi, ekstremitas dingin dengan disertai atau tidak cianotik, batuk dengan bercak darah, penggunaan pernafasan tambahan, ronkhi disertai atau tidak wheezing.
Pada proses awal, saat edema hanya terjadi di interstisial, pasien dapat hanya tertihat takhipnea dan batuk kering. Saat cairan paru menumpuk, pasien dengan cepat akan menjadi dipsnea, sianosis, dan mengeluarkan banyak sputum dengan bercak darah merah muda.
V.
PENEMUAN
DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan pada edema paru adalah pemeriksaan
darah:
Analisa gas darah pada tahap awal
terdapat penurunan PO2 dan PCO2 yang kemudian pada tahap lanjut PO2 akan semakin turun sedangkan PCO2 semakiri meningkat. Pada PO2 <50 mmHg serta PCO2
= 50 mmHg menggambarkan kondisi semakiri memburuk sehingga diperlukan ventilasi mekanik.
Analisis dan pemeriksaan mikroskopik urin:
Kemungkinan
terdapat proteinuria.
Foto thorak.S PA dan lateral:
Tanda awal edema paru (intertisial edema) adalah garis the Kerley B
garis horizontal terlihat secara lateral
pada sisi bawah sepanjang 2 cm
long pada daerah pembuluh darah
di sudut paru. Saat edema berkembang menjadi alveolar edema maka akan terlihat gambar bayangan kupu-kupu di
daerah central dan daerah pinggiran lobus
tampak bersih. Gambaran lain yang dapat terlihat adalah pembesaran
jantung pada pasien dengan gagal jantung. Perlu diingat bahwa pada tahap awal
ARDS dapat menyebabkan edema paru kardiak.Untuk dapat membantu membedakan edema
kardiak dan non kardiak dan eksudat seperti
pada pnemonia yaitu kecepatan edema
timbul dan hilang, perkembangan bermakna dalam waktu 24 jam akan terlihat pada edema paru kardiak.
EKG
Bila terdapat gangguan kardiak yang
menimbulkan edema, EKG dapat terlihat
gambaran gangguan irama atau pembesaran jantung.
Pemerikaaan lanjut:
Pada pasien tertentu di mana penyebab
edema tak jelas, kateterisasi jantung kanan dapat dilakukan untuk melakukan
pengukuran tekanan baji paru.
yang besarnya meningkat letih dan 25 mmHg pada edema paru, sedangkan pada non
kardiak edema paru tekanan baji
paru normal atau rendah. Hocardiography dapat memperlihatkan valvular atau kardiomiopati bila ada. Kultur darah dan pemenksalm fungsi paru dapat dilakukan setelah kondisi
stabil.
VI.
KOMPLIKASI
Komplikasi dan edema
paru adalah gagal nafas
VII.
TERAPI MEDIS
Pendekatan terapi pada edema paru
adalah:
1. Terapj oxygen 100% melalui sungkup untuk memenuhi kebutuhan
oxygenisasi
2. Pemberian Morfin untuk mengurangi
kecemasan, menurunkan respon simpatetik
sehingga terjadi dilatasi vena dan menurunkan beban awal. yang dapat
mengurangi edema paru. Akan
tetapi tidak boleh diberikan pada pasien dengan penurunan sensory “respiratory
drive” karena akan dapat menyebabkan henti nafas. Bila hal ini terjadi naloxone
(0.8 to 2.0 mg IV bolus) harus
diberikan. Dosis awal morfin is 2 to
5 mg IV bolus, dapat diulang
sampai dengan maximum I5 mg.
3. Furosem (40 to 100 mg IV bolus) harus
segera diberikan karena dapat langsung memobilisasi cairan dan paru ke
sirkulasi kernudian dikeluarkan melalui urine sehingga mengurangi “venous return”.
4. Nitroglycerine
harus diberikan sublingual atau intavena drip,
akan membantu mengurang edema dengan
vena dilatasi. Juga mendilatasi arteri koroner sehingga dapat mengobati
ishkemia yang dapat merupakan penyebab terjadinya edema paru
5. Digoxin
dapat diberikan bila terjadi atrial
fibrilasi dengan rapid ventrikular respon.
6. Terapi inhalasme dengan
beta-adrenergic agonists atau aminophylin IV dapat diberikan untuk mengatasi bronchospasme yang mungkin
terjadi sebagai respon dari edema paru. Aminoplyjin meningkatkan aliran renal
plasmatic, pengeluar sodium, kontraksj cardiac dan menyebabkan venoditatasi,
sehingga menurunkan resiko vascular
perifer. Keduanya dapat meyebabkan takhikardia dan aritmia supra ventrjkujer.
7. Cara lain untuk mengurangi preload
adalah dengan .plebotomi sekiiar 500 ml
dan plasmapheresis
8. Bila terjadi edema paru non cardiac harus diatasi penyebab, pertahankan fungsi respirasi dan pertimbangkan penggunaan obat
yang sesuai.
VIII. PROSES
PERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Riwayat Kesehatan
PengumpuIan data subjektif tentang kondisi yang menyebabkan pasien membutuhkan
perawat di RS. Gagal jantung
seringkali penyebab timbulnya edema parui sehingga perlu dikaji lebih jauh.
Oleh karena itu data yang dikumpulkan hendaknya meliputi:
·
Riwayat
penyakit jantung dan pengobatanya.
·
Sering
timbul rasa nafas pendek
·
Toleransi
terhadap aktifitas menurun
·
Kaki
mengalami pembengkakan
·
Peningkatan
berat badan berlebihan dalam beberapa hari
·
Sering
terbangun pada malarn hari, tinggi kepala saat tidur
·
Obat
yang masih diminum
·
Diet
yang di jalankan
·
Penyakit lain yang diderita
c.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik meliputi pengenalan gejala dan tanda edema paru:
-
Gejala dan tanda bendungan jantung, paru, dan vena:
·
Terdapat BJ 3 dan atau BJ 4
·
Onthopnea
·
Nafas cepat
·
Terdapat ronchi paru
·
Batuk
·
Edema
pcrifcr
·
DistenSi
vena jugular
·
Hepatomegali
·
Anorexia
-
Gejala
dan tanda edema paru:
·
batuk
produktif diserta sputum dengan
bercak darah merah
muda
muda
·
gallop
·
nocturia dan
oliguria
d. Pemeriksaan
Penunjang
Lihat
pada penjelasan penemuan diagnostik
B.
DIAGNOSA
1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan:
·
Meningkatnya frekuensi dan kedalaman nafas akibat dan takut
dan cemas
dan cemas
·
Menurunnya
“complaince” paru akibat dan efusi pleura dan penumpukan cairan di intertitium
paru dan alveoli
·
Menurunnya
pengembangan paru akibat dan kelemahan, menurunnya mobilitas, dan penekanan
diagprama karena penumpukan cairan
·
Depresi
pernafasan atau akibat dan hypoxia, hypercapflia. dan penurunan suplai darah
cerebral.
2. Tidak efektifnya kebersihan jalan
nafas berhubungan dengan:
·
peningkatan
resisten jalan nafas akibat dan edema mukosa bronkhial dan penekanan jalan
nafas akibat dan pembesaran pembuluh pulmonal
·
penumpukan
sekret akibat dan penut-unan mobilitas dan kemampuan batuk yang menurun.
3. Gangguan pertukaran gas hypoxemia
berhubungan dengan:
·
gangguan
difusi akibat dan penumpukan cairan di interstisial paru dan alveoli
·
penurunan
perfusi janingan paru akibat dan penurunan curah jantung
4. Gangguan pertukaran gas hypercapnia
berhubungan dengan:
·
gangguan
difusi akibat dan penumpukan cairan di interstisial paru dan alveoli
·
alkalosis
metabolik
5. Ketidakmampuan melakukan aktifitas
berhubungan dengan penurunan oksigen sekunder dan penurunan curah jantung dan
hipertensi pulmonal.
C. RENCANA
Diagnosa
keperawatan I
Tidak
efektifnya pola nafas berhubungan dengan:
·
Peningkatnya
frekuensi dan kedalaman nafas akibat dan takut dan cemas
·
Menurunnya
“complaince’ paru akibat dan efusi pleura dan penumpukan cairan di intertitium
paw dan alveoli
·
Menurunnya
pengembangan paru akibat dan kelemahan
·
Menurunnya
mobilitas, dan penekanan diagprama karena penumpukan cairan
·
Depresi
pernafasan atau akibat dan hypoxia, hypercapnia, dan penurunan suplai darah
cerebral
Tujuan:
Curah jantung optimal
Curah jantung optimal
Rencana
o Beri rasa nyaman (atur posisi, terapi
analgetik)
o Latih tehnik relaksasi
o Atur penggunaan energi
o Pertahankan patensi jalan nafas
o Observasi tanda-tanda vital
o Observasi tingkat kesadaran
o Beri therapy 02
o Periiksa analisa gas darah
Diagnosa
keperawatan 2
Tidak
efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan
dengan:
o peningkatan resisten jalan nafas akibat dan edema mukosa bronkhial dan
penekanan jalan nafas akibaL dan pembesaran pembuluh pulmonal
o penumpukan sekret akibat dan penurunan
mobilitas dan kemarnpuan batuk yang menurun.
Tujuan
Mempentahankan
kebersihan jalan nafas
Rencana
o Observasi pernafasan (frekuensi, irama
dan kedalaman)
o Auskultasi bunyi paru
o Beri posisi nyaman
o Observasi cyanosis dan mukosa
o latih nafas dalam dan batuk efektif
o lakukan fisiotherapi dada
o lakukan pengisapan lendir
o koordinasi pembenian therapi
bronchodilator
o atur posisi agar tidak terjadi
aspirasi paru
o pastikan intake cairan dan humidikasi
baik
o beri terapi sesuai program
Diagosa
keperawatan 3
Tidak
efektifnya jalan nafas berhubungan dengan:
o peningkatan resisten jalan nafas
akibat dan edema mukosa bronkhial dan penekanan jalan nafas akibat dan
pembesaran pembuluh pulmonal
o penumpukan sekret. akibat dan
perubahan mobilitas dan kemampuan batuk yang menurun.
Gangguan
pertukaran gas hypoxemia berhubungan dengan:
o gangguan difusi akibat dan penumpukan
cairan di intestisial paru dan alveoli
o penurunan perfusi jaringan paru akibat
dan penurunan curah jantung
Tujuan
Oksigen
arteri dalam batas normal
Rencana
o Ajarkan dan motivasi untuk nafas dalam
o Peningkatan jalan nafas
o Atur posisi yang nyaman
o Ajarkan gejala dan konsekwensi dan
hypoksemia
o Ajarkan pengaturan penggunaan terapi
oksigen
o Pilih alat terapi oksigen sesuai
dengan aktifitas pasien
Diagnosa
Keperawatan 4
Gangguan
pertukaran gas hypercapnia berhubungan dengan:
o gangguan difusi akibat dan penumpukan
cairan di intertisial paru dan alveoli
o alkaloss metabolik
Tujuan
Mengembalikan
PaCO2 ke dalam batas
kómpensasi pasien
Rencana
o Ajarkan dan motivasi untuk nafas dalam
o Peningkatan jalan nafas
o Atur posisi yang nyaman
o Ajarkan gejala dan konsekwensi dan
hypoksemia
o Ajarkan pengaturan penggunaan terapi
oksigen
o Pilih alat terapi oksigen sesuai
dengan aktifitas pasien
o Stjmulasj usaha nafas jika diperlukan (pada pos anasthesi, penggunaan narkotik.
tranquaher)
o Ajarkan
tanda, gejala dan konsekwens, dan
hypercapnia
o Hindari
penggunaan terapi yang mengandung depresan CNS
o Monior
status asam-basa dan konsultasikan dengan dokter tentang penyebab
dan penanganan.
Diagnosa Keperawatan 5
Ganguan rasa nyaman sesak berhubugan dengan:
o peningkatan
resisten jalan nafas
o peningkatan
level aktifitas
o penurunan
“lung complaince” (edema paru).
Tujuan
Meningkatkan rasa nyaman dengan mengurangi dypsnea
Rencana
o Latih relaksasi
o Atur jadwal
aktifitas dan istirahat
o Latih nafas
dalam
o Atur posisi yang nyaman
Diagnosa
Keperawatan 6
Ketidakmarnpuan
rnelakukan aktifitas berhubungan
dengan penurunan oksigen sekunder dan penurunan curah jantung dan hipertensi purnonal.
Tujuan
Meningkatnya kemampuan meIakukan aktifitas dengan adanya toleransi jantung.
Rencana
o Kaji dan observasi respons pasien
terhadap aktifitas (tanda — tanda
vital)
o Rencanakan periode istirahat antar
program aktifitas
o Bantu pasien uniuk melakukan
perawatatan diri secara bertahap
o Meningkatkan
prograrn aktifitas secara periodik.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
ANGINA
PEKTOKIS
I.
PENGERTIAN
Angina pektoris adalah nyeri dada yang
ditimbulkan karena iskhemik rniokard tanpa kematian set dan sifatnya sementara.
II. PATOFISIOLOGI
Iskhemik miokard terjadi akibat kehdakseimbangan
antara suplal dan kebutuhan oksigen otot-otot jantung.
III. ETIOLOGI
·
AtherOSkelOns
arteri koroner.
·
Hypertensi.
·
Penyakit
pada katup Aona.
·
Anemia
·
Aritmia
(terutama takiaritmia).
·
TirotokSikoSls.
·
Shock
·
Gagal jantung.
·
Spasme
arteri koroner.
IV.
MANIFESTASI KLINIK
·
Rasa
terbakar seperti direntas dan berat didaerah dada, leher, dagu, tengan kiri
hingga ke belakang punggung dan daerah epigastrium
·
Sukar
bernafas.
·
Lemas
·
Mual
·
Pucat
·
Keringat
dirigin
·
Takikardia.
·
Tekanan
darah naik.
V. PENEMUAN
DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Enzym
CK-MB tidak naik pada angina.
2. Ktrokardiogram
Kadang tampak gambaran dan injuri miokardiat atau iskhemik, transien ST
depresi dan perubahan getombang T.
Kadang tampak gambaran dan injuri miokardiat atau iskhemik, transien ST
depresi dan perubahan getombang T.
3. Ekhokardiograpi:
Kadang tampak gambaran transient gerakan dinding yang abnormal,
terganggunya fungsi katup jantung, hiperiropi.
Kadang tampak gambaran transient gerakan dinding yang abnormal,
terganggunya fungsi katup jantung, hiperiropi.
4. Hasil kadang dapat positifpada CAD.
Sangat scnsitifpada keadaan Left Main
Artery atau Three Vessel Disease dan sensitivjtas akan berkurang 40% pada
Single Disease.
Artery atau Three Vessel Disease dan sensitivjtas akan berkurang 40% pada
Single Disease.
5. Miokardial Seintigraphy (Thalium):
Dengan exercise atau sires farmakologi dapat (ampak iskaemik, infark, terganggunya fungsi ventrikel kiri.
Dengan exercise atau sires farmakologi dapat (ampak iskaemik, infark, terganggunya fungsi ventrikel kiri.
6. Kateterisasj:
Digunakan untuk mengkaji luas dan beratnya penyakit pada CAD dan fungsi dan valvular serla ventrikel.
Digunakan untuk mengkaji luas dan beratnya penyakit pada CAD dan fungsi dan valvular serla ventrikel.
VI.
KOMPLIKASI
1. Infark Miokard
2. Gagal Jantung
3. Kelainan Katup.
4. VSD.
5. Multi Organ Failure.
VII.
TERAPI MEDIS
1. Nitrogliserin
a. Efek : - Relaksasi otot polos, venodilator.
-
Venus
return menurun, darah berkumpul disistemik sehingga preload menurun.
-
Menurunkan
kebutuhan oksigen.
-
Menghilangkan
spasme arteri koroner sehingga aliran darah dan oksigenasi ke miokard
bertambah.
b. Diindikasikan pada angina pectoris,
infark miokard, gagal jantung kiri dan hipertensi.
c. Dosis sublingual tiap 5 menit hingga
tiga kali / dosis.
d. Dosis intra vena drip mulai 5 - 10
mikrogram / menu dan titrasi tiap 5 - 10 menu hingga nyeri hilang atau
hipotensi tampak. Karena berefek menurunkan tekanan darah maka berikan cairan
infus dan posisikan pasien tertelungkup.
2. Beta-Adrenergic Bloker (Atenolol,
Metoprolol dli)
a. Efek: - Mengurangi angina
-
Menurunkan
heart rate dan kontraktilitas.
-
Menuninkan
kebutuhan oksigen pada miokard.
-
Meninglcatkan
waktu pengisian saat diastolik.
-
Meningkatkan
toJransi exercise.
b. Dosis oral biasanya sudah adekwat,
diberikan secara IV bila unstable angina.
c. Kontra indikasi path Asthma
Bronchiale, Gagal Jantung (kecuali yang disebabkan oleh iskhemik), AV Block,
Hipotensi.
3. Calsium Channel Antagonis
(Nifedipifle, VerapamiL Diltiazem, dll)
a. Negative inotropic dan krortotropiC.
b. Meningkatkan ambang angina, mengurangi
iskaemik dan meningkatkan tokransi exersi
c. Vasodilatasi.
d. Digunakan pada angina, hipertensi.
SVT.
e. Kontra indikasi untuk AortiC Valve
Disease, Anemia berat. AV Bloci:, WPW Sindrome.
f. Dapat digunakan sebagai preparasi pada
tindakan PTCA. Stent, CABG. Arteryctomy, Arleriography
VIII. PROSES
PERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Sistem Respirasi
·
Pernafasan
dangkai, pucat dan diaporeSi. transient rates.
2.
Sistem Vardioskuler
Rasa terbakar seperti direntas dan
berat di daerah dada. dagu, lengan kiri hingga ke belakang punggung dan daerah
epigastrium, takikardia, perubahan gelombang T dan transient ST depresi.
Arilmia, S.
3.
Sistem Gastrointestinal
Mual,
nyeri lambung dan muntah
4.
Sistem Neorologi
Pusing
dan nyeri
B.
DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan
kebutuhan oksigen
kebutuhan oksigen
2. Cemas berhubungan dengan masuk rumah
sakit.
3. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan aritmia.
4.
Kurang
pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. RENCANA
Diagnosa
keperawatan I
Nyeri
berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan:
Nyeri dada terasa
Nyeri dada terasa
Rencana
o Istirahatkan pasien saat sakit dada.
o Beri oksigen sesuai protokol.
o Ukur tanda vital dan rekam
o Ajarkan tehnik relaksasi.
o Kaji nyeri dengan skala nyeri.
o Beri terapi sesuatu program pengobatan.
Diagnosa
keperawatan 2
Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi penyakitnya.
Tujuan
Cemas
berkurang atau hilang
Rencana
o Jelaskan prosedur I tindakan,
perkembangan penyakitnya.
o Orientasikan Iingkungan.
o Beri terapi sesuai program.
Diagosa
keperawatan 3
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan aritmia
Tujuan
Mempertahankan
curah jantung optimal.
Rencana
o Observasj tanda-tanda yital
o Kaji tingkat kesadaran
o Observasi urine output
o Monitor hemodinamik
o Monitor EKO dan rekam EKO 12 lead.
o Beri terapi sesuai program.
Diagnosa
Keperawatan 4
Kurang
pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan
Pasien
mendapatkan informasi tentang penyakit. tanda dan gejala, penyebab dan
pengobatan.
Rencana
o Kaji kesiapan pasien dalam menerirna
informasi.
o Identifikasi kebutuhan informasi.
o Tentukan metode pengajaran yang akan
dilakukan
o Jelaskan proses penyakit, tanda dan
gejala, penyebab dan pemberian obat.
o Dokumentasikan materi pengajaran dan
respon pasien.
o Kolaborasi pasien dengan ahil gizi,
rehabilitasi dll.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
INFARK
MIOKARD
I.
PENGERTIAN
Infark miokard adalah suatu keadaan
nekrosis atau kematian otot jantung secara tiba-tiba yang disebabkan tidak
adekuatnya suplai darah arteri koroner ke seluruh otot jantung
II.
PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya arteroskierosis
karena intima arteri timbul bercak-bercak yang menyebabkan protiferasi set
intima dan akhirnya suatu penutupan set terbentuk. Bagian tengah dari penutupan
kecil terdiri dari ml set intima nekrosis, kotesterol, lipid pada dinding
arteri. Saat penutupan menjadi lebar, ini dikenal dengan plak. Proses inflamasi
menyebabkan kolesterol ml mengendap ke arah kerusakan pada intima halus. Sesuai
dengan peningkatan ukuran plak, adhesi trombosit mulai terjadi
III.
ETIOLOGI
·
Atheroskterosjs
CAD
·
Spasme
arten koroner
·
Emboti
arteri koroner
IV.
MANIFESTASI
KLINIK
1. Nveri dada lebih dan 30 menit
dan makin lama bertambah berat yang menjalar ke daerah leher, dagu, lengan,
punggung. Tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat atau nitroghsenin.
2. Akut ST elevasi dan abnormal gelombang
Q
V.
PENEMUAN
DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
CK- MB
enzym naik datam 6 jam, Ieukositosis
2. Elektrokardiogram:
Perubahan EKO berhubungan dengan lokasi nekrosis dan ditandai adanya akut ST elevasi dan abnormal gelombang Q
Perubahan EKO berhubungan dengan lokasi nekrosis dan ditandai adanya akut ST elevasi dan abnormal gelombang Q
3. Ekhokardiografi:
Menilik fungsi ventrikel kiri, gerakan dinding jantung abnormal.
Menilik fungsi ventrikel kiri, gerakan dinding jantung abnormal.
4. Kateterisasi:
Tampak tidak terisi dengan baik daerah infark/iskhemik saat diberikan kontras. Abnormal gemakan dinding jantung saat evaluasi LV graphy.
Tampak tidak terisi dengan baik daerah infark/iskhemik saat diberikan kontras. Abnormal gemakan dinding jantung saat evaluasi LV graphy.
VI.
KOMPLIKASI
1. Aritmia dan gangguan sistim konduksi
terutama VF, VT dan heart blok
2. Gagal jantung kiri
3. Cardiogenk shock
4. Tromboemboli sistemik atau pulmonar
5. Papilari muscle rupture, mitral insufisiensi
6. Aneurisilla ventrikel
7. VSD
8. Perikarditis.
VII.
TERAPI
MEDIS
1. Trombolitik
2. PTCA
3. Ancillary drug therapy. seperti
aspirin, heparinisasi. nitrate
4. CABO
VIII. PROSES
PERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Sistem
Respirasi
Dispnea, pucat, diaphoresis rates
2. Sistem
Vardioskuler
Takikardia, perubahan gelombang Q dan
akut ST elevasi, edema tungkai. thrill PMI abnormal,S,. pulsasi ireguler dan
distensi vena jugularis.
3. Sistem
Gastrointestinal
Mual,
muntah dan nyeri lambung
4. Sistem
Neorologi
Pusing
dan nyeri
B.
DIAGNOSA
1.
Nyeri
berhubungan dengan penurunan aliran darah
koroner yang menyebabkan injuri miokard dan nekrosis.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan iskaemik / nekrosis miokard.
3. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan iskhemik / infark miokard.
4. Cemas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan dan body image.
5.
Kurang
pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. RENCANA
Diagnosa
keperawatan I
Nyeri
berhubungan dengan penurunan aliran darah korvuler
Tujuan:
Nyeri pasien berkurang atau hilang
Nyeri pasien berkurang atau hilang
Rencana
o Istirahatkan pasien saal sakit dada.
o Beri oksigen sesuai protokol.
o Ukur tanda vital dan monitor EKG
(rekam EKG 12 l’.l)
o Pasang / perialiankan IV line.
o Dokumentasikan dan monitor rasa nyeri;
kwalitas, durasi, intensitas, frekwensi dan efektivitas obat.
o Ajarkan teknik relaksasi.
o Kaji nyeri dengan skala nyeri.
o Kolaborasi untuk pengobatan yang
dibutuhkan, kitis, dosis, frekwensj, rule dan kebutuhan titrasi tergantung dan
respon pasien (tanda vital, pain relief).
o Laporkan bila nyeri berlanjut unluk menentukan
intervensi medis yang lebih baik.
Diagnosa
keperawatan 2
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan iskhemik / neckrosis miokard
Tujuan
Pasien
dapat melakukan aktivitas sampai pada batas yang diinginkan atau yang
dibutuhkan.
Rencana
o Ukur tanda viral
o Kaji kemainpuan pasien dalam
beraktivitas
o Istirahatkan pasien dan beri suasana
tenang
o Informasikan untuk tidak menggunakan
tenaga/energi yang berlebihan dalam aktivitas sehari-hari seperti jangan
mengejar.
aktivitas bila pasien menunjukan respon seperti sakit dada, sesak, pusing dan penurunan BP serta HR.
aktivitas bila pasien menunjukan respon seperti sakit dada, sesak, pusing dan penurunan BP serta HR.
o Beri terapi sebelum aktivitas sesual
program (kolaborasi).
Diagosa
keperawatan 3
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan iskhemik I infark miokard
Tujuan
Curah
jantung optimal
Rencana
o Kenali terapi yang berefek penunman
cardiac output.
o Observasi tanda vital/monitoring
hemodinamik.
o Beri oksigen sesuai protokol.
o Pertahankan I pasang IV
line
o Beri terapi sesual program.
o Rekarn EKG 12 lead
Diagnosa
Keperawatan 4
Cemas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan body image
Tujuan
Cemas
berkurang atau hilang
Rencana
o Kaji kesiapan pasien dalam menerirna
informasi.
o Kaji tingkat cemas (ringan, sedang,
berat)
o Beri kenyamanan dan ketenangan hati
seperti temani pasien bicara perIahan-lahan,
kalimat sederhana dan pendek serta perlihatkan rasa empati.
o Motivasi pasien ur.uk mengekspresikan
perasaan, pikiran dan keinginan dirinya
o Motivasi pasien untuk berlanya
mengenai masalah, penanganan dan progfnosa
o Berikan informasi yang dapat dipercaya
dan diperkuat informasi yang telah diberikan
o Berikan kesernpatan berbagi rasa
dengan individu yang mengalami pengalamana yang sama
o Beri dukungan pada keluarga : etika
mereka berupaya untuk beradaptasi.
Diagnosa
Keperawatan 5
Kurang
pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan
Pasien
mendapatkan informasi tentang penyakit, tanda dan gejala. penyebab dan pengobatan.
Rencana
o Kaji kesiapan pasien dalam menerirna
informasi.
o Identifikasi kebutuhan informasi.
o Tentukan metode pengajaran yang akan
dilakukan (perorangan, video, garnbar dll)
o Jelaskan proses penyakit, tanda dan
gejala, penyebab dan penggunaan obat.
o Dokumentasikan pengajaran dan respofl
pasien.
o Kolaborasi pasien dengan ilmu gizi,
rehabilitasi dll.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
I.
PENGERTIAN
Hipertensi krisis adalah keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi dimana tekanan
diastol meiebihi l20 mmHg-130 mmHg
Hipertensi krisis dibagi menjadi 2:
o Hipertensi emergensi bersifát akut,
membahayakan jiwa.Hal ini terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target
o Hipertensi urgensi adalah hipertensi
berat tanpa ada gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu diturunkan segera atau bertahap dalam
waktu 24 — 48 jam. Penurunan tekanan darah terlalu cepat dapat rnenimbulkan
efek ischemik pada organ target.
II. PATOFISIOLOGI
Pada hipertenst primer, perubahan
patologisnya tidak jelas di dalam pembuluh darah dan organ-organ. Perubahan
patologis terjadi perlahan-lahan yang meluas yang mengambil tempat pada
pembuluh besar dan pembuluh darah kecil pada organ-organ seperti jantung,
ginjal dan otak. Pembuluh darah seperti aorta, arteri koroner, arteri basiler
yang ke otak dan ke pembuluh darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan
membengkak. Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke jantung menurun. Begitu juga
ke otak dan ekstermitas bawah btsa juga terjadi kerusakan pada pembuluh darah
besar
(oklusi atau perdarahan).
(oklusi atau perdarahan).
III. ETIOLOGI
Menurut penyebabnya, hipertensi dapat di bagi dalam 2 kategori yaitu:
1. Hipertensi primer atau esensial merupakan bagian
terbesar (90%) dan penderita hipertensi
yang ada di masyarakat. Sampal
saat ini belum diketahui secara
pasti penyebab dari hipertensi primer ini.
2. Hipertensi sekunder (5% - 10%) dan
jumlah kasus di masyarakat. Hipertensi ini disebabkan oleh kelainan-kelainan di
dalam tubuh, di antaranya:
a. Kelainan ginjal
o Glomerulonepritis akut (GNA).
o Glomerulonepritis kronis (GNC).
o Pyeioiiepritis kronis (PNC).
o Penyempitan arteri renalis
b. Kelainan hormon
o Diabetes melitus
o Pil KB.
c. Kelainan neurologis
d. Lain-lain (obat-obatan, preeklamsi,
koartasio aorta).
IV.
MANIFESTASI
KLINIK
Pada hipertensi, kebanyakan pasien
tidak mempunyai keluhan, tetapi pada beberapa pasien mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah,
muntah, kelemahan otot, epistaksis bahkan ada yang mengalami perubahan mental.
V. PENEMUAN
DIAGNOSTIK
Pada pasien hipertensi data-data yang
menunjang dapat ditemukan pada beberapa pemeriksaan diantaranya adalah:
EKG
Kemungkinan adanya gambaran pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri dan adanya penyakit jantung koroner atau aritmia Iainnya.
Laboratorium.
Fungsi ginjal (urine lengkap, ureum, cretinin, BUN dan asam urat serta darah lengkap lainnya).
Foto rontgen.
Kemungkinan ditemukan gambaran
pembesaran jantung, peningkatan vaskularisasi atau aorta yang lebar.
Ekhocardiografi
Biasanya ditemukan gambaran penebalan pada dinding ventrikel kiri, dilarasi, gangguan fungsi sisiolik dan diastolik dan penurunan kontraktilitas jantung.
VI.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering timbul adalah:
o
Anak
yang TF asianotik sering berkembang menjadi sianotik.
o
Gejala
bertambah memburuk sehubungan dengan semakiri beratnya stenosis infundibulum.
o
Sering
terjadi spell hipoksia
o
Abses
cerebri
o
Infeksi
endokarditis
o
Polisitemia
o
Gangguan
pertumbuhan
o
Koagulopathi
o
Anemia
defisiensi besi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi
pada penyakit hipertensi ini adalah dapat menyebabkan kerusakan pada
organ-organ lain di antaranya:
1. Penyakit pembuluh darah otak
o Stroke
o Perdarahan otak
o Transient Ischemic Attack (TIA).
2. Penyakit jantung
o Gagal jantung
o Angina pectonis
o Infark miokard
3. Penyakit ginjal
Gagal ginjal.
4. Penyakit mata
o Perdarahan retina
o Penebalan retina
o Odema pupil.
VII.
PROSES
PERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Aktifitas dan istirahat
|
||
Subyektif
|
:
|
temah,
lelap dan sesak nafas
|
Obyekif
|
:
|
denyut nadi meningkat, perubahan
irama jantung dan tahypnea.
|
2. Sirkulasi
|
||
Subyektif
|
:
|
riwayat hipertensi,
aterosklerotik,CAD, kelainan katup jantung, CVD dan palpitasi.
|
Obyekif
|
:
|
tekanan darah meningkai, hipotensi
postural, nadi bounding, kekuatan pulsasi berbeda pada area yang berbeda
|
3. Integritas ego
|
||
Subyektif
|
:
|
perubahan kepribadian, cemas,
depresi, euphoria, niarah yang kronis dan stress
|
Obyekif
|
:
|
perubahan suasana hati dan mood ,
gelisah, lapangan perhatian menyempit,
otot-otot wajah tegang dan pola bicara meningkat
|
4. Eliminasi
|
||
Subyektif
|
:
|
riwayat
infeksi,. obstruksi traktus urinarius
|
5. Makanan dan cairan
|
||
Subyektif
|
:
|
menyenangi makanan yang asin dan
berlemak, mual, muntah,riwayat penggunaan diuretik, berat badan bertambah
atau berkurang.
|
Obyekif
|
:
|
berat badan normal atau obesitas,
edema, distensi vena jugularis.
|
6. Neurosensoris
|
||
Subyektif
|
:
|
Pernah pingsan, pusing, sakit
kepala, kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan dan epistaksis
|
Obyekif
|
:
|
terjadi perubahan dalam : kesadaran,
orientasi, pola dan isi pembicaraan, proses berfikir, respons motorik, papil
edema, exudat dan perdarahan pada retina.
|
7. Rasa nyeri dan tidak nyaman
|
||
Subyektif
|
:
|
angina, nyeri inermitten pada kaki,
sakit kepala yang berat pada occipital dan nyeri abdomen
|
8. Pernafasan
|
||
Subyektif
|
:
|
dyspnea pada aktifitas, tachipnea,
orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnca dan batuk
|
Obyekif
|
:
|
“respiratory distress”, terdapat
bunyi nafas tambahan : ronkhi dan wheezing, tampak sianosis
|
9. Keamanan
|
||
Subyektif
|
:
|
koordinasi tubuh lemah, riwayat
hipotensi postural
|
10. Pendidikan
|
||
Subyektif
|
:
|
terdapat faktor resiko hipertensi,
atherosclerotik. penyakit jantung, diabetes ataupun penyakit ginjal
|
|
|
|
DIAGNOSA
1.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokonstrikSil iskhemi
miokardl hipertrophi ventrikel
2.
Ketidakmampuan
melakukan aktifitas berhubungan dengan kelemahan yang menyeluruhl suplai dan
kebutuhan oksigen tidak seimbang
3.
Gangguan
rasa nyaman sakit kepala berhubungan dengan kenaikan tekanan pada pembuluh
darah cerebral
4.
Gangguan
nutrisi lebih dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan berlebihan/
gaya hidup sedentary
5.
Koping
pasien tidak efektif berhubungan dengan: krisis situasional I maturitas/
perubahan hidup yang multiple/ kurang relaksasi/ tidak melakukan olah raga/
nutrisi buruk/harapan tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi tidak
realistis/ metode koping tidak adekuat.
RENCANA
Diagnosa
keperawatan I
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload/vasokonstriksi/iskemi
miocard/hipertrophi ventrikel
Tujuan:
Curah jantung optimal
Curah jantung optimal
Rencana
o Monitor tekanan darah, ukur pada kedua
tangan dan paha untuk pengkajiafl pertama. Gunakan manset yang ukurannya tepat
dan tehnik pengukuran yang
akurat.
akurat.
o Perhatikan pulsasi perifer dan
kualitasnya.
o Auskultasi bunyi jantung dan nafas.
o Observasi warna, kelembaban dan suhu
kulit serta waktu pengisian kapiler.
o Kaji apakah ada edema.
o Ciptakan lingkungan yang tenang,
batasi jumlah pengunjung dan lamanya waktu berkunjung.
o Batasi aktifitas, buat skedul
istirahat pasien yang tidak boleh di ganggu.
o Ajarkan keluarga memberi masase
punggung dan leher serta tinggikan bagian kepala pasien.
o Motivasi pasien untuk melakukan tehnik
relaksasi dan aktifitas yang dapat mengalihkari perhatian.
o Observasi respon pasien terhadap obat
anti hipertensi.
Diagnosa
keperawatan 2
Ketidakmampuan melawan aktititas berhubungan dengan
kelemahan yang menyeluruh/ suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang.
Tujuan
Dapat melakukan aktifitas
Rencana
o Kaji respon pasien terhadap aktifitas,
ukur tanda-tanda vital. Perhatikan jika kenaikan nadi Iebih dan 20X/menit dan nadi istirahat atau terdapat peningkatan
diastolic 40 mmHg/ tekanan diastolik 20 mmHg. Perhatikan juga timbulnya
dyspnea, chest pain, keletihan yang berlebihan diaphoresis pusing dan sinkop.
o Motivasi pasien untuk menghemat tenaga
misalnya mandi dengan duduk di kursi.
o Motivasi pasien untuk meningkatkan
aktifitas secara bertahap sesuai dengan kondisi dan kemampuan fisik pasien.
Diagosa
keperawatan 3
Gangguan
rasa nyaman, sakit kepala berhubung dengan kenaikan tekanan pada pembujuh darah
cerebral
Tujuan
Sakit
kepala hilang
Rencana
o Tirah baring pada face akut.
o Beri kompres dingin pada kening,
Pwlggung dan leher. Ciptakan ketenangan, penerangan yang redup, motivasi untuk
melakukan tehnik relaksasi
o Motivasi pasien untuk tidak melakukan
kegiatan yang menanbah sakit kepala misalnya mengedan waktu buang air besar, batuk yang keras.
o Motivasi untuk melakukan mobilisasi
sesual kondisi pasien
o Beri obat sesuai instruksi dokter
(penenang, analgetika).
Diagosa keperawatan 4
Gangguan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan berlebihan/
gaya hidup sedentary.
Tujuan
Berat
badan ideal
Rencana
o Kaji kebutuhan pasien tentang hubungan
antara hipertensi dan obesitas.
Diskusikan tentang pentingnya mengurangi kalori, garam, lemak dan gula dalam intake makanan sesuai
dengan yang dianjurkan dokter/
ahli gizi.
o Dorong dan pastikan keinginan pasien
untuk mengurangi berat-badan.
o Observasi intake kalori setiap hari,
identifikasi kekuatan dan kelemahan. Jalani program diet.
o Buat rencana penurunan berat badan
yang realistis: 0,5 - 1 kg/mg.
o Motivasi pasien untuk mempertahankan
intake makanan yang ditetapkan, waktu makan dan perasaan waktu makan.
o Motivasi pasicn unwk memilih rnakanan
yang sesuai, menghindari makanan yang berlemak jenuh dan kolesterol seperti
mentega, keju, telor, daging dan es krim.
o Rujuk pasien keahli gizi.
Diagosa
keperawatan 5
Koping
pasien tidak efektif berhubungan dengan : krisis situasional / maturitas/
perubahan hidup yang multiple/ kurang relaksasi/ tidak rnelakukan olah raga/
nutrisis buruk? harapan tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi tidak
realistis? metode koping tidak adekuat.
Tujuan
Koping mekanisme efektif
Rencana
o Observasi tingkat sianosis pada pasien
o Kaji keefektifan pasien dengan mengobservasi perilaku,
kemampuan mengutarakan perasaan, perhatian serta kemampuan pasien untuk berpartipasi dalam pengobatan/ perawatan.
o Observasi dan catat gangguan tidur,
kelelahan, menurunnya konsentrasi, mudah tersinggung, tidak mampu memecahkan
masalah.
o Lakukan pemecahan masalah bersama
pasien dalam mengidentifikasi perubahan cara hidup sehat dengan mengurangi atau
menghindan faktor-faktor resiko tersebut.
o Diskusikan tentang pentingnya
menghentikan merokok dan tolong pasien menyusun rencana berhenti merokok.
o Tekankan pentingnya partisipasi pasien dalam
pengobatan dan perlunya kontrol secara teratur ke dokter.
o Ajarkan dan demonstrasikan cara mengukur
tekanan darah hingga pasien dapat melakukan
sendiri.
o Bantu pasien dalam menentukan schedul minim obat agar nyaman dan menyenangkan bagi pasien.
o Jelaskan tentang rasional efek samping
dan dosis obat serta pentingnya minum obat sesuai instruksi dokter
o Timbang dan catat berat badan setiap
hari
o Cegah intake alkohol.
o Benikan makanan cairan yang mengandung katium
tinggi seperti jenik, pisang, tomat dan
kentang sesuai indikasi.
o Kolaburasi
dengan dokter jika pasien
tidak mau makan atau minum.
o Observasi
tanda dan gejala kenaikan BBIkgI han atau 2,5 kg/mg,
edema pada kaki, asites, haus yang berlebihan,peningkatan nadi dan nadi ireguler.
o anti hipertensi dosis tertentu dan jadual
tertentu. Motivasi pasien untuk mencegah kelupaan atau merubah/ menambah dosis
obat serta menghentikan obat tanpa sepengatahuan dokter.
o Motivasi
pasien agar waspada terhadap timbutnya efek samping obat.
o Anjurkan
pasien untuk merubah posisi secara bertahap, dan posisi tidur ke posisi berdiri
harus melalui posisi duduk untuk beberapa
menit, jika tidur agar kepala sedikit
di tinggikan.
o Anjurkan
pasien agar tidak berdiri terlalu lama dan melakukan latihan pada kaki jika sedang di
tempat tidur.
o Anjurkan
pasien untuk menghindan mandi air panas, sauna bersamaan dengan minum
minuman yang mengandung alkohol.
o Jelaskan pada pasien untuk melakulcan konsultasi dokter sebelum menggunakan obat
yang lain dan yang diberi dokter.
o Jelaskan rasional dan diet pasien
(rendah garam, lemak jenuh dan kolesterol). Bantu pasien mengidentifikasi
makanan yang merupakan sumber garam narium dan mengurangi seperti garam dapur, snack yang asin, daging yang di
proese, keju, asinan, saus soda, kue dan vetsin.
o Tekankan pentingnya membaca label makanan
o Motivasi
pasien untuk mengurangi makanan yang mengandung asarn lemak jenuh dan kolesterol.
o Aniurkan pasien untuk mengurangi atau
menghentikan konsumsi kafein seperti kopi, teh, coklat.
o Tekankan pentingnya istinahat setiap
hari
o Anjurkan pasien untuk meinonitor
fisiologisnya terhadap aktifitas (denyut nadi dan pernafasan).
o Anjurkan pasien untuk tidak melakukan
aktifitas yang dapat menimbulkan chest pain, sesak nafas, pusing dan kelelahan
yang berat.
o Motivasi pasien untuk melakukan olah
raga berjalan, berenang sesuai dengan kemampuan pasien.
o Tekankan pentingnya menghindarkan
kegiatan isometrik.
o Anjurkan pasien melaporkan sakit
kepala yang timbul timbul waktu tidur, tekanan darah yang tiba-tiba naik atau
secara kontinyu meningkat, adanya chest pain, sesak nafas, kenaikan berat badan
yang bermakna, edema perifer, gangguan penglihatan, epistaksis yang simultan
dihentikan, depresi. emosi yang labil dan timbulnya efek samping obat.
o Demonstrasikan penggunaan ice pack di
belakang leher dan tekan pada 1/3 distal hidung, serta miringkan kepala ke
depan jika ada epistaksis.
o Berikan informasi tentang sumber-sumber
yang ada di masyarakat dan beri dorongan pada pasien dalam melakukan perubahan
cara hidup dan lakukan rujukan jika ada indikasi.
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
I.
PENGERTIAN
Kardiogenik syok adalah suatu sindroma kilnis yang kompleks dimana jantung tidak mampu mempertahankan curah jantung yang adekuat untuk memcnuhj kebutuhan metabolisme tubuh yang ditandai dengan menurunnya kesadaran sampai koma.
Kardiogenik syok adalah suatu sindroma kilnis yang kompleks dimana jantung tidak mampu mempertahankan curah jantung yang adekuat untuk memcnuhj kebutuhan metabolisme tubuh yang ditandai dengan menurunnya kesadaran sampai koma.
II.
PATOFISIOLOGI
Jika penyebabnya karena kerusakan ventrikel kiri yang luas, peningkatan volume akhir diastolik akan menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri, kemudian terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya edema pulmonal. Akibat dan hal ini akan terjadi gangguan pertukaran gas dan berkurangnya oksigenasi di daerah perifer, sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
Jika penyebabnya karena kerusakan ventrikel kiri yang luas, peningkatan volume akhir diastolik akan menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri, kemudian terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya edema pulmonal. Akibat dan hal ini akan terjadi gangguan pertukaran gas dan berkurangnya oksigenasi di daerah perifer, sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
III.
ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab kardiogenik syok:
Ada beberapa penyebab kardiogenik syok:
a. lskhemik ventrikel misalnya karena MCI
akut
b. Gangguan struktur jantung, misalnya
kerusakan septum ventrikel, rupture otot papilans
c. Gangguan irama jantung.
IV.
MANIFESTASI
KLINIK
Hipotensi
Tachikardia
Penurunan gangguan kesadaran
Penurunan urine output
Pulsasi arteni perifer lemah
Pengisian kapiler yang lambat
Pernapasan cepat
Penurunan curah jantung
Peningkatan PCWP
Peningkatan SVR
Penurunan C.l
Hipotensi
Tachikardia
Penurunan gangguan kesadaran
Penurunan urine output
Pulsasi arteni perifer lemah
Pengisian kapiler yang lambat
Pernapasan cepat
Penurunan curah jantung
Peningkatan PCWP
Peningkatan SVR
Penurunan C.l
V.
PEMERISAAN DIAGNOSTIK
Echokardiografi:
EF yang rendah, mungkin akan terlihat adanya hipokinetik di ventrikel kiri.
Radiologi:
Akan terlihat adanya bendungan di paru, CTR pada mula-mula mungkin masih dalam
batas normal tetapi beberapa hari jantung akan membesar.
VI.
KOMPLIKASI
Aritmia vcntrikel
Gagal napas.
Aritmia vcntrikel
Gagal napas.
VII. PENATALAKSANAAN
MEDIS
Tergantung
etiologinya, jika penyebabnya karena sumbatan akut pada koroner (infank akut)
maka revaskularisasi koroner sangat diperlukan baik melalui pemberian
rombolitik, primary PTCA. pemasanga IABP untuk meningkatkan suplay koroner
maupun mengurangi beban ventrikel kiri, atau operasi bedah pintas koroner.
Obat- obat yang diberikan adalah: inotropik, vasodilator dan diuretik untuk menurunkan preload dan afterload, anti aritmia
Pemberian oksigen yang adekuat, koreksi asam basa dan kelainan laboratorium lain.
Obat- obat yang diberikan adalah: inotropik, vasodilator dan diuretik untuk menurunkan preload dan afterload, anti aritmia
Pemberian oksigen yang adekuat, koreksi asam basa dan kelainan laboratorium lain.
VIII. PROSES
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN :
Subjektif: Adanya rasa haus, nausea,
vomiting, dispnea, nyeri dada
Objektif :
·
Kulit:
Pucat, dingin, berkeringat, bibir kering
·
Pernapasan:
Napas cepat dan dangkal, tidak teratur, wheezing, ronchi, apnea
·
Kardiovaskuler:
Takhikardia, nadi tidak teratur, hipotensi,
capillary refill menurun dan aritmia
capillary refill menurun dan aritmia
·
Eliminasi:
Urine output menurun <0,5 ml /kgbb/jam
·
Neurologi:
Gelisah, sensitif, agitasi, penurunan kesadaran
·
Laboratorium:
Perubahan elektrolit, gas darah dan asani basa.
B. DIAGNOSA
1. Penurunan curah jantung sehubungan
dengan kerusakan ventrikel kiti
2. Resiko terjadi komplikasi gangguan
fungsi organ tubuh
3. Cemas berhubungan dengan penyakit yang
diderita.
C. RENCANA
Diagnosa
keperawatan 1
Penurunan
curah jantung sehubungan dengan kerusakan ventrikel kiri
Tujuan
Curah jantung optimal
Rencana
Curah jantung optimal
Rencana
·
Monitor
tanda-tanda vital, parameter hemodinamilc sesuai dengan kondisi pasien
·
Benkan
cairan koloid, kristaloid maupun darah sesuai dengan pengobatan
·
Berikan
titrasi obat-obatan untuk mempertahankan pertiisijaraingan
·
Catat
intake output
·
Monitor
hasil laboratorium dan thorax foto
·
Berikan
oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 90 %
Diagnosa keperawatan 2
Resiko
terjadi komplikasi gangguan fungsi organ tubuh berhubungan penurunan curah
jantung
Tujuan
Komplikasi pada organ lain tidak terjadi
Komplikasi pada organ lain tidak terjadi
Rencana
a.
DISFUNGSI
SISTEM NEUROLOGI
-
Monitor
dan catat penibahan tingkat kesadaran
-
Observasi
ketat terjadinya cedera akibat perubahan kesadaran
-
Pertahankan
lingkungan yang anan dan tenang
b.
DISFUNGSI/
ISKEMIK RENAL
- Monitor urine output, peningkatan kadar ureum, kreatinin dan elekirolit
- Kolaborasi untuk pemasangan cateter urine
- Berikan terapi sesuai program pengobatan
- Monitor tanda-tanda kelebihan cairan
- Monitor urine output, peningkatan kadar ureum, kreatinin dan elekirolit
- Kolaborasi untuk pemasangan cateter urine
- Berikan terapi sesuai program pengobatan
- Monitor tanda-tanda kelebihan cairan
c.
DISFUNGSI
GASTROINTESTINAL
-
Monitor
adanya nyeri addominal, distensi lambung, nausea, vomiting, diare,
serta bising usus
-
Ukur
intake dan output
-
Berikan
enteral/parenteral nutrisi sesuai program
d.
DISFUNGSI/
ISKHEMIA VASKULER PERIFER
-
Monitor
timbulnya acral dingin, kulit pucat, sianosis, pulsasi perifer yang Iemah, penurunan pengisian kapiler
-
Catat
perubahan perfusi perifer
-
Cegah timbulnya dekubitus
-
Pertahankan
pasien tetap hangat dan kering
e. DISFUNGSI RESPIRASI
- Monitor adanya gangguan respirasi.
dispnu, digunakannya otot-otot asesori pernapasan
- Pertahankan saturasi 02 dalam batas
normal (>90 %)
- Monitor arialisa gas darah
- Auskultasi dan catat suara napas
- Lakukan pengisapan lendir bib
diperlukan
- Pertahankan patensi jalan napas
Diagnosa keperawatan 3
Cemas berhubungan dengan penyakit yang diderita
Tujuan
Cemas teratasi
Rencana
-
Pertahankan
tingkungan yang tenang dan aman
-
Jelaskan
setiap akan melakukan prosedur
-
Ajarkan
teknik rebksasi
-
Bantu
pasien mengemukakan kecemasannya
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
I.
PENGERTIAN
Stroke atau Cerebrovascular Accident atau Brain Attack adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh beberapa macam
keadaan yang menyebabkan gangguan aliran darah di otak yang menyebabkan tidak adekuatnya aliran darah ke otak (cerebral iskhemia) atau cerebral hemoragik di otak sehingga
terjadi penurunan fungsi neurologis dari ringan sampai berat.
II. PATOFISIOLOGI
·
Volume
darah ke otak memerlukan sekitar 20% dan cardiac output. jika volume tersebut
berkurang. dalam 30 detik akan terjadi gangguan metabolisme
syaraf kemudian dalam waktu 2 menit metabolisme akan berhenti dan dalam
waktu 5 menit akan terjadi kematian sel di otak, kondisi seperti ini akan
menyebabkan kerusakan di otak dan mulai ringan sampai berat.
·
Tromboemboli stroke terjadi akibat oklusi dan arteri cerebral oieh karena embolus, nekrosis dan edema
·
Subarachnoid hemorhagik stroke akibat artenovenous
malformasi, trauma dan hiperlensi
III.
ETIOLOGI
1. Faktor ektrakranial dimana merupakan
faktor utarna penyebab stroke, curah jantung menurun sampai 113 bagian volume
darah ke otak, perubahan viskositas darah dan anemia atau polisitemia
2. Faktor intrakranial, antara lain:
- Faktor metabolisme, gangguan
metabolisme sangat penting dalam regulasi intracranial dan dapat menyebabkan vasodilatasi, meningkatnya
karbondioksida dan menurunnya oksigen
- Pembuluh darah yang mengalami anomaly
- lntrakranial pressure, disebabkan oleh
neoplasma, trauma, inflamasi dan
hidrosephalus
3. Atheroskierosis
4. Tromboemboli
IV.
MANIFISTASI KLINIK
1.
Gangguan
fungsi neuromotor
a)
Mobilitas
b)
Fungsi
pernapasan,
c)
Menelan
dan bicara
d)
Ketidak
mampuan merawat diri
2.
Gangguan
komunikasi
a)
Aphasia
b)
Dysphasia
c)
Gangguan
otot yang mengontrol bicara
d)
Gangguan
artikulasi
3.
Ganggua
afektif
a)
Ketidak
rnampuan pasien mengontrol emosi
b)
Depresi
.
c)
Frustrasi
karena masalah ketidakmampuan melakukan aktifitas dan komunikasi
4.
Ganggu
fungsi intelektual
5.
Gangguan
persepsi
6.
Gangguan
fungsi eliminasi
Manifestasi
klinik berdasarkan lokasi gangguan pembuluh darah di otak
1. Middle cerebral artery
a. Kontralateral paralise
b. Kontralateral anestesi
c. Apasia
a. Kontralateral paralise
b. Kontralateral anestesi
c. Apasia
2. Anterior cerebral arteri
a. motor deficit kaki dan kontralateral sensory
b. Inkontinensia urine
c. Perubahan personality
d. Gangguan berfikir
a. motor deficit kaki dan kontralateral sensory
b. Inkontinensia urine
c. Perubahan personality
d. Gangguan berfikir
3. Posterior cerebral arteri
a. Kehilangan senson yang kontralateral
b. Kontralateral hemiplegia
c. Dysphasia
d. Disorientasi
e. Gangguan penglihatan
f. Kehilangan daya ingat
a. Kehilangan senson yang kontralateral
b. Kontralateral hemiplegia
c. Dysphasia
d. Disorientasi
e. Gangguan penglihatan
f. Kehilangan daya ingat
V. PENEMUAN DIAGNOSTIK
1.
Computer
tomography, dapat mengidentifikasi
ukuran dan lokasi terjadinya infark, dapat membedakan apakah pendarahan atau infark dalam hal ini sangat
efektif untuk menentukan terapi.
2.
Magnetic
Resonance Imaging, memberikan gambaran lebih lengkap dari CT Scan, membaca
apakah hemorrhagic atau non hemorrhagic infark
3.
Cerebrospinal
fluid analysis
4.
DopIer
ultrasound.
VI
KOMPLIKASI
VU PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Preventif, kontrol hipertensi, kontrol
DM, tidak merokok, membatasi alkohol, pembenan
aspirin dan antikoaguian
2. Pengobatan, pemberian aspirin,
persantin, tikiopidin
3. Operasi: karotik endartercktomy,
transluminal angioplasty, extrakranial bypass
4. Perawatan saat akut, mempertahankan
jalan napas yang adekuat, oksigenasi, pemberian antikoagulan, pengobatan edema
cerebral, control cairan dan elektrolä
5. Trombolitik terapi
6. Rehabilitasi medic
VIII PROSES KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
- Keadaan umurn: emosi labil, lethargy,
apatis
- Pernapasan: loss of cough refleks,
pemapasan irregular, takhipnu, ronchi, okiusi jalan napas, apnca
- Kardiovaskular: hipertensi,
tachycardia, bruit
- Gastrointestinal: bowel incontinentia,
bising usus rnenurun, refleks menelan menurun, konstpasi
- Urinary: serir.g kencing, inkontinensia
- I”eurologi: paresis, paralise,
aphasia, dysartria, perubahan kesadaran, tanda-tanda babinski, amnesia,
perubahan perilaku dan kejang
B. Diagnosa ‘‘J J’’’
1. Gangguan perfusi jaringan di serebral
sehubungan dengan penurunan aliran darah ke otak
2. Keterbatasan aktifitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan gangguan fungsi neuro muskular
4. Gangguan menelan sehubungan cengan
gangguan fungsi neuro muscular.
C. Rencana
Diagnosa keperawatan 1
Gangguan
perfusi jaringan di serebral sehubungan dengan penurunan aliran darah keotak
Tujuan
Perfusi jaringan cerebral adekuat
Rencana
-
Observasi
tanda-(anda vital
-
Kaji
tingkat kesadaran
-
Hindari
penurunan tekanan darah secara drastis
-
Ben
terapi scsuai program
Diagnosa keperawatan 2
Keterbatasan
aktititas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan
Mampu melakukan aktifitas bertahap
Rencana
-
Kaji
kemampuan aktifitas
-
Kaji
gangguan integritas kulit
-
Rubah posisi
setiap 2 jam
-
Lakukan
latihan pasif/aktif
-
Kolaburasi
dengan fisiotherapis
-
Bantu dalam pemenuhan
kebutuhan
-
Beri pujian terhadap kemajuan dalam melakukan
aktifitas.
Diagnosa kepcrawatan 3
Gangguan komunikasj verbal berhubungan dengan gangguan
fungsi neuro muskujar
Tujuan
Dapat berkomunikasi sesuai dengan kemampuan
Rencana
- Kaji tingkat kemampuan komunikasi
- Beri metode komunjkaj alternatif
- Dukung
keluarga untuk melatih komunikasi
- Kolaburasi digan speech therapis
Diagnosa keperawatan 4
Gangguan menelan sehuhungan dengan gangguan fungsi neuro muscular
Tujuan
Gangguan ntenelan teratasi
Rencana
- Kaji
keindlilpuan menelan
- Pasang NGT jika diperlukan
- Latih kemampuan menelan bertahap
- Awasi terjadi aspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar